Bagaimana Indonesia Sikapi Perang Dagang AS vs Tiongkok?

"Kita akan terus belajar hidup tanpa Amerika Serikat"

Jakarta, IDN Times - Perekonomian dunia tengah gunjang-ganjing akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok. Dilansir dari Business Insider, sekurangnya ada 10 negara yang berdampak betul terhadap kebijakan yang dipicu oleh Donald Trump itu. Bagaimana dengan Indonesia?

Ke-10 negara itu adalah Irlandia, Islandia, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Republik Ceko, Hungaria, Republik Slovakia, Taiwan, dan Luxembourg. 

Baca: Apa yang Perlu Kamu Tahu Soal Perang Dagang AS-Tiongkok

Meski dampak signifikan hanya dirasakan oleh Malaysia dan Singapura di Asia Tenggara, imbasnya turut dirasa oleh Indonesia. Karenanya, pemerintah harus mengambil sikap menanggapi perang dagang antara dua negara besar tersebut. 

Terkait kebijakan yang diambil, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Siswo Pramono, menjelaskan dasar kebijakan luar negeri yang diambil oleh Indonesia. Menurutnya, kebijakan luar negeri adalah hal yang faktual bukan ideal. 

"Begini, kalau foreign policy itu kan faktual. Jadi kita berdiplomasi dengan kondisi yang ada, bukan dengan yang kita harapkan. Kita memang tidak bisa mengubah Amerika, tapi kita bisa mempengaruhinya," kata Siswo pada sebuah diskusi di Kementerian Luar Negeri, akhir pekan lalu.

Dia menambahkan, di era industri 4.0, peran sektor swasta yang menguat akan menjadi kekuatan tersendiri untuk mempengaruhi Amerika Serikat. Lebih lanjut, bagaimana kira-kira sikap Indonesia menanggapi perang dagang yang dimulai oleh Presiden AS Donald Trump sejak 6 Juli 2018 itu? 

1. Indonesia tidak ingin ASEAN terpecah belah

Bagaimana Indonesia Sikapi Perang Dagang AS vs Tiongkok?ASEAN (Twitter/ASEAN)

Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas kawasan. Siswo menyampaikan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia sangat bergantung dengan kapabilitas negara tetangganya. 

"Ada istilahnya itu geopolitik, yaitu kalau negara tetangga kita kuat, maka kita juga akan kuat. Kita bisa memilih teman, tapi gak bisa pilih tetangga," kata dia.

Diapun kemudian menegaskan bahwa Indonesia tidak suka ASEAN dipecah belah, baik oleh Amerika ataupun Tiongkok. "Tapi tadi sudah disampaikan ya, mungkin saja karena gaya bicara atau komunikasi (AS yang dianggap terlalu vokal). Jadi maksudnya tidak begitu mungkin (memecah belah)," lanjutnya. 

2. Prinsip bebas-aktif tetap dijiwai oleh Indonesia

Bagaimana Indonesia Sikapi Perang Dagang AS vs Tiongkok?Bendera Indonesia (Pixabay/mufidpwt)

Bagi Asia Tenggara, khususnya Indonesia, tantangan menghadapi dua kubu besar bukan hal baru. Dua dasawarsa sebelumnya, Indonesia berhasil menghadapi dilema Perang Dingin. "Wong kita Perang Dingin saja masih bisa survive kok. Makanya kita akan terus berdialog (dengan banyak negara)," ungkap dia. 

Siswo melanjutkan, permasalahan yang dihadapi Indonesia hari ini adalah ketimpangan ekonomi. Ia meyakini investasi ekonomi dan pembangunan dari negara lain bisa menjadi solusinya. Kendati begitu, dalam konteks AS vs Tiongkok, Indonesia siap menerima kerja sama dari berbagai pihak. 

"Tentu investasi dengan pertimbangan khusus, seperti inovasi yang tinggi, hasil dari research and development serta memiliki standar investasi internasional, Itu yang kami harapkan. Dan itu tidak hanya kami harapkan dari Amerika atau Tiongkok, tapi dari semua negara," beber Siswo.  

3. Indonesia melihat Amerika Serikat bukan hanya Donald Trump

Bagaimana Indonesia Sikapi Perang Dagang AS vs Tiongkok?Poster bergambar karikatur Donald Trump (Pixabay/tiburi)

Di tahun pertamanya menjabat sebagai orang nomor satu di Negeri Paman Sam, Donald Trump telah menunjukkan berbagai kebijakan kontroversial. Namun, Siswo mengakui tidak adil rasanya bila Amerika Serikat dilihat dari Donald Trump semata. 

"Memang ya kebijakan luar negeri adalah karya lembaga eksekutif. Tapi juga ada kontrol dari parlemen, pressure group yaitu para pelaku bisnis. Jadi gak bisa lihat Amerika Serikat sebagai Trump semata. Kan banyak yang terlibat di situ," papar alumni The Australia National University itu. 

"Makanya tadi saya sampaikan, kita bisa mempengaruhinya melalui dialog. Kalau kamu (Amerika Serikat) menjauh (dengan kebijakan luar negerinya) ya kamu sendiri yang akan rugi. Wong center of world-nya ada di sini (Asia Tenggara, secara umum dan Indonesia khususnya). Karena di Asia Tenggara ini ada semuanya (perwakilan negara dan organisasi internasional). Semua negara punya political will yang harus dihargai dan kita akan belajar untuk hidup tanpa Amerika," jelasnya.

Kalau kamu jadi diplomat, apa yang akan kamu lakukan menghadapi perang dagang Amerika Serikat vs Tiongkok?

Baca juga: Ingin Jadi Diplomat? Ini 5 Hal yang Harus Kamu Persiapkan

Topik:

  • Sugeng Wahyudi
  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya