Beckham Terpilih sebagai Duta Budaya Qatar, Amnesty: Belajar HAM Dulu!

Beckham dinilai abai terhadap penegakan HAM di Qatar

Jakarta, IDN Times – Mantan kapten tim sepak bola Inggris, David Beckham, dipilih oleh pemerintah Qatar sebagai duta budaya. Nilai kontrak yang ditandatangani Beckham mencapai 206,5 juta dolar AS (sekitar Rp2,9 triliun).

Kesepakatan selama sepuluh tahun itu terjalin setelah Beckham terbang ke Doha awal bulan ini. Selain mempromosikan pariwisata dan budaya Qatar, wajah Beckham juga akan terpampang sebagai wajah Piala Dunia Qatar 2022.

Sayangnya, tidak sedikit pihak yang menentang kontrak tersebut, dengan menyebut rekam jejak Qatar sebagai negara yang tidak ramah hak asasi manusia (HAM), termasuk diskriminasi terhadap pekerja asing serta komunitas LGBTQ.

Baca Juga: 5 Tips Merawat Kulit Wajah ala David Beckham, Bikin Awet Muda!

1. Tanggapan pihak Beckham soal penolakan

Beckham Terpilih sebagai Duta Budaya Qatar, Amnesty: Belajar HAM Dulu!fifa.com

Amnesty International pada Minggu (24/10/2021) menentang keputusan tersebut dan meminta Beckham untuk mendalami catatan HAM Qatar.

"Tidak mengherankan jika David Beckham ingin terlibat dalam acara sepak bola besar seperti itu. Tetapi kami akan mendesaknya untuk belajar tentang situasi hak asasi manusia di Qatar dan bersiap untuk membicarakannya," kata Sacha Deshmukh selaku CEO Interim Amnesty International.

Menanggapi berbagai penolakan, juru bicara Beckham berdalih, bosnya justru sedang menggunakan kekuatan sepak bola untuk mewujudkan kebaikan pada berbagai tingkatan.

Baca Juga: Amnesty International Tutup Kantor Pusat Regionalnya di Hong Kong

2. Pemerintah Qatar dinilai abai terhadap HAM

Beckham Terpilih sebagai Duta Budaya Qatar, Amnesty: Belajar HAM Dulu!Ilustrasi Kebebasan Bersuara (IDN Times/Arief Rahmat)

Deshmukh kemudian mengungkap sejumlah pelanggaran hak yang dilakukan oleh Qatar, termasuk kriminalisasi atas hubungan sesama jenis, pembatasan terhadap kebebasan berbicara, dan diskriminasi terhadap pekerja asing.

“Meskipun ada beberapa reformasi yang disambut baik, (tetapi masih ada) pekerja migran yang dibiarkan tidak dibayar. Pihak berwenang telah gagal untuk menyelidiki ribuan kematian dalam satu dekade terakhir, meskipun ada bukti hubungan antara kematian dini dan kondisi kerja yang tidak aman dan (cuaca yang) sangat panas,” papar Deshmukh.

Baca Juga: Eks Militer Pelanggar HAM Uruguay Gilberto Vázquez Meninggal

3. Kelompok HAM kaitkan kematian pekerja di Qatar dengan pembangunan jelang Piala Dunia

Beckham Terpilih sebagai Duta Budaya Qatar, Amnesty: Belajar HAM Dulu!Ilustrasi salah satu stadion di Qatar (FIFA.com)

Human Rights Watch sebelumnya melaporkan, majikan di Qatar sering tidak membayar upah pekerja. Mereka juga mengkhawatirkan situasi pandemik COVID-19 yang memperburuk kehidupan para migran yang memang sudah rentan.

Sedikitnya 6.500 pekerja migran dari negara-negara Asia Selatan diperkirakan tewas di Qatar, sejak negara itu memenangkan hak menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2010.

Menurut data yang dikumpulkan The Guardian, rata-rata 12 pekerja migran dari India, Pakistan, Nepal, Bangladesh, dan Sri Lanka meninggal di Qatar setiap minggu dalam periode 2011-2020.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya