Bertemu Kanselir Jerman, Presiden AS Joe Biden Sebut Kuba Negara Gagal

AS kini menghadapi krisis kembar Haiti-Kuba

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut Kuba sebagai negara gagal. Pernyataan itu disampaikan saat Biden menggelar konferensi pers bersama Kanselir Jerman Angela Markel yang berkunjung ke Gedung Putih, Kamis (15/7/2021).

Ungkapan Biden merujuk pada situasi Kuba yang sedang kacau-kacaunya. Pada Minggu (11/7/2021), kerusuhan terjadi karena kelangkaan barang pokok, pemadaman listrik dan internet, pembatasan kebebasan sipil, dan penanganan pandemik COVID-19 yang buruk.

Keadaan semakin buruk imbas embargo perdagangan AS yang sudah berlangsung selama beberapa dekade, kebijakan yang saat ini sedang ditinjau ulang oleh pemerintahan Biden.

“Sayangnya, Kuba adalah negara gagal yang menindas warganya,” kata Biden sebagaimana dikutip dari Al Jazeera.

Baca Juga: Kuba Klaim Vaksin Abdala Punya Efikasi Lebih dari 90 Persen

1. AS menghadapi krisis kembar di Haiti dan Kuba

Bertemu Kanselir Jerman, Presiden AS Joe Biden Sebut Kuba Negara GagalPersenjataan, telepon genggam, paspor dan barang-barang lainnya diperlihatkan kepada media bersama dengan tersangka dalam pembunuhan Presiden Jovenel Moise, yang ditembak mati Rabu pagi di rumahnya, di Port-au-Prince, Haiti, Kamis (8/7/2021) (ANTARA FOTO/REUTERS/Estailove St-Val)

Penerus Donald Trump itu didesak Partai Demokrat dan Republik untuk memulihkan layanan internet di Kuba.

“Mereka telah memutuskan akses ke internet. Kami sedang mempertimbangkan, apakah kami memiliki kemampuan teknologi untuk memulihkan akses itu," kata Biden.

Selain itu, Biden menjelaskan, keterlibatan Washington di tengah  ketidakpastian Kuba dan Haiti pasca-Presiden Jovenel Moïse tewas ditembak sekelompok tentara bayaran, menyebut fenomena yang terjadi di kawasan Amerika itu sebagai krisis kembar.

Biden menegaskan AS hanya akan mengirim pasukan marinir ke Haiti untuk menjaga misi diplomatiknya. “Gagasan untuk mengirim pasukan Amerika ke Haiti tidak ada dalam agenda saat ini,” papar dia.

2. AS-Jerman berbeda pendangan soal pembangunan pipa Nord Stream 2

Bertemu Kanselir Jerman, Presiden AS Joe Biden Sebut Kuba Negara GagalKanselir Jerman Angela Merkel menghadiri rapat kabinet mingguan di Kekanseliran di Berlin, Jerman, pada 4 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Hannibal Hanschke

Lawatan Merkel bertujuan untuk memperbaiki hubungan AS-Jerman yang memburuk pada era Trump. Mereka juga membahas tentang perbedaan pandangan soal kerja sama Jerman dengan Rusia dalam pembangunan pipa Nord Stream 2.

Washington berpandangan pipa Nord Stream 2 yang dibangun dari Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik, akan merugikan Ukraina dan akan meningkatkan ketergantungan Eropa pada gas Rusia.

Sebaliknya, Merkel berpandangan Ukraina merupakan negara transit untuk saluran pipa Nord Stream 2, sehingga gas alam tetap mengalir melalui Ukraina, bahkan ketika pipa itu selesai dibangun.

Untuk meyakinkan Biden, Merkel menjanjikan sejumlah instrumen yang akan diambil, termasuk sanksi, jika Rusia tidak memenuhi komitmen kepada Ukraina.

3. Pertemuan Biden-Merkel menemui jalan buntu

Bertemu Kanselir Jerman, Presiden AS Joe Biden Sebut Kuba Negara GagalKanselir Jerman, Angela Merkel (ANTARA FOTO/REUTERS/Hannibal Hanschke)

Koresponden Al Jazeera untuk Gedung Putih, Kimberly Halkett, mengatakan pertemuan tersebut tidak menyelesaikan perbedaan persepsi antara AS-Jerman.

“(Pertemuan Biden-Merkel) tidak menyelesaikan perbedaan mereka. AS tahu pertemuan itu akan menjadi momentum gesekan antara kedua pemimpin negara, dan tampaknya mereka tidak menemukan titik temu,” kata Halkett.

Selain perkara pipa Nord Strem 2, kedua pemimpin juga memiliki pandangan berbeda soal kebijakan bermitra dengan Tiongkok, pembatasan perjalanan ke AS dari Eropa, dan penentangan Jerman terhadap keringanan paten untuk mempercepat produksi vaksin COVID-19.

Kunjungan Merkel ke Gedung Putih, pemimpin Eropa pertama yang berkunjung ke Washington, menunjukkan itikad AS berusaha menebus kesalahan dengan sekutu yang sering diserang selama tahun-tahun kepemimpinan Trump.

Baca Juga: Kuba dan Haiti Memanas, Ini 3 Intervensi Militer AS di Amerika Latin

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya