Catatan Setahun Dubes Ethiopia Busyra: Hapus Stigma, Perkuat Relasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Duta Besar Republik Indonesia untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika, Al Busyra Basnur, meluncurkan buku bertajuk Ethiopia sebagai catatan perwakilan Pemerintah Indonesia setelah bertugas selama satu tahun di sana.
“Saya menulis buku ini untuk berbagi pengalaman dan mendorong berbagai pihak baik di Indonesia maupun di Ethiopia, untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama kedua negara, karena potensi kerja sama, terutama dibidang ekonomi dan pendidikan sangat besar,” kata Al Busyra melalui keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Selasa (21/7/2020).
Baca Juga: Pemuda Ethiopia Menang Lomba Masak Nasi Goreng di KBRI Addis Ababa
1. Memotret perubahan Ethiopia secara drastis
Melalui buku tersebut, Al Busyra yang dulunya pernah menjadi jurnalis itu memotret bagaimana Ethiopia menjalani perubahannya secara drastis. Pasalnya, sepanjang 1984-1986 Ethiopia dikenal karena bencananya yang menyebabkan 1,2 juta penduduk meninggal dunia.
Namun saat ini, negara penghasil kopi itu termasuk sebagai negara maju di Benua Afrika. Pertumbuhan ekonominya rata-rata di atas 10 persen untuk periode 2008-2017.
2. Mitra strategis Indonesia
Editor’s picks
Al Busyra juga hendak menyampaikan bahwa Ethiopia merupakan tempat yang strategis untuk berinvestasi. Saat ini, sudah ada lima perusahaan yang berinvestasi di negara tersebut. Sementara di Benua Afrika, terdapat sekitar 30 investasi perusahaan Indonesia.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di Afrika, yaitu 112 juta jiwa, Ethiopia merupakan mitra strategis bagi Indonesia.
“Potensi kerja sama Indonesia-Ethiopia sangat besar. Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui potensi tersebut, termasuk kondisi real dan kemajuan terkini Ethiopia,” terang dia.
3. Buku yang sangat disarankan bagi millennial
Sementara itu, Ravky Adi Permato, selaku editor menyarankan agar buku ini dibaca oleh banyak masyarakat Indonesia, khususnya millennial. Selain untuk memperkaya wawasan, buku yang dipenuhi data dan angka ini bagus untuk menghapus stigma Ethiopia sebagai negara miskin yang dilanda kelaparan.
“Bagus dibaca oleh berbagai kalangan professional dan generasi muda, terutama yang ingin mengetahui Ethiopia dan Afrika pada umumnya serta dapat dijadikan bahan referensi,” tutup Ravky.
Acara peluncuran buku baru tersebut diselenggarakan melalui video teleconference (VTC) oleh KBRI Addis Ababa bekerja sama dengan Pusat Studi Afrika, FISIP, Universitas Airlangga, Senin (20/7/2020).
Buku diluncurkan secara resmi oleh Falih Suaedi, Dekan FISIP Unair dengan pengantar buku Direktur Pusat Studi Afrika FISIP Unair, Pinky Saptandari. Acara diikuti oleh sejumlah duta besar, akademisi, peneliti, pengusaha, tokoh lembaga swadaya masyarakat, pimpinan organisasi dan tokoh pemuda, mahasiswa dan pelajar, serta pejabat pemerintah dan non-pemerintah.
Baca Juga: PM Ethiopia Menangkan Nobel Perdamaian 2019 dan Kalahkan 300 Kandidat