Deretan Bukti Kejahatan Junta Myanmar Bak Sindikat Penjahat Bersenjata

Mereka bahkan menjarah uang gereja dan roti warga

Jakarta, IDN Times - Aparat bersenjata Myanmar semakin berkuasa sejak junta melancarkan kudeta terhadap pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021. Bentrokan antara aparat dengan gerakan sipil anti-kudeta, yang mengakibatkan lebih dari 750 orang meninggal dunia, hanya satu dari sekian kejahatan yang terungkap.
 
Di bawah kendali Jenderal Min Aung Hlaing, aksi kekerasan dan kejahatan yang dilakukan aparat mendapat impunitas. Mereka bisa melenggang bebas untuk menjarah, memukul, hingga memeras warga tanpa harus berakhir di jeruji besi.
 
Kini, budaya korupsi kian mengakar di Myanmar. Hanya karena memiliki kekuasaan, militer yang menduduki jabatan sipil menyalahgunakan wewenangnya untuk menguntit uang negara.
 
Setelah menghimpun laporan masyarakat, media lokal Myanmar Now melaporkan sederet kejahatan yang dilakukan aparat. Apa saja sih? Yuk simak ulasannya di bawah ini.

Baca Juga: Dukung Penyetopan Kekerasan di Myanmar, Australia Suntik ASEAN $5 Juta

1. Memeras rakyat meminta uang tebusan

Deretan Bukti Kejahatan Junta Myanmar Bak Sindikat Penjahat BersenjataDemonstran memprotes kudeta militer di Mandalay, Myanmar, Senin (22/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Pada 14 Maret 2021 malam, seorang pria berusia 20-an sedang menunggu di halte bus dekat jembatan Bayintnaung, Yangon. Tiba-tiba datang mobil untuk menawarinya tumpangan pulang. Awalnya pemuda itu menolak. Kemudian, muncul lelaki dari dalam mobil dan mengancamnya dengan pisau.  
 
“Ikutlah dengan kami jika kamu tidak ingin mati,” kata lelaki tersebut.
 
Pemuda itu tidak memiliki pilihan lain. Dia akhirnya memasuki mobil dan duduk di kursi paling belakang. Dia sadar dirinya tidak sendirian. Sudah ada orang lain yang diborgol dan kepalanya ditutup dengan tudung hitam.
 
Mereka kemudian dibawa ke kantor polisi dan dimasukkan ke dalam sel. Keesokan harinya, polisi menelepon keluarga pemuda itu dan meminta uang tebusan senilai 300 ribu kyat Myanmar (setara Rp2,8 juta) dikirim melalui Wave Money.
 
Selama berada di dalam penjara, pemuda tersebut melihat satu per satu para tahanan dikeluarkan dari dalam sel setelah polisi berbicara dengan keluarga. Saat itulah dia yakin bila polisi telah melakukan aksi pemerasan.

2. Menjarah harta dan properti rakyat

Deretan Bukti Kejahatan Junta Myanmar Bak Sindikat Penjahat BersenjataPendemo memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Rabu (17/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Selain memeras, aparat juga menjarah properti rakyat. Salah satu tindakan aparat yang terekam dan sempat viral di media sosial adalah penjarahan roti di warung pinggir jalan. Sejak saat itu, selama berhari-hari, pengunjuk rasa meneriakkan “kembalikan paratha (sejenis roti) kami!”
 
Penjarahan dalam jumlah besar terjadi di sebuah desa di Kotapraja Twante, Yangon pada 18 Maret 2021. Tentara mendobrak masuk ke rumah bukan hanya mengambil paksa ponsel dan kamera, tapi juga uang tunai, emas, dan perhiasan. Seorang warga melaporkan kehilangan properti senilai 10 juta kyat Myanmar (setara Rp93,4 juta).
 
Beberapa hari kemudian, di Kotapraja Hlaing ,Yangon, pasukan menyerbu ke sebuah kantor hanya untuk menyerang penghuninya. Mereka kemudian pergi setelah mengambil uang senilai 700 ribu kyat (Rp6,5 juta) dan lima ponsel.
 
“Mereka baru saja muncul dan meminta kami membuka pintu. Jika kami tidak melakukannya, mereka akan masuk begitu saja,” kata lelaki berusia 28 tahun yang iPhone 12 miliknya direbut paksa.

3. Korupsi uang negara

Deretan Bukti Kejahatan Junta Myanmar Bak Sindikat Penjahat BersenjataKepala junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta pada 1 Februari, memimpin parade militer pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, Sabtu (27/3/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Htun Myat Aung, seorang kapten tentara yang membelot pada Maret untuk bergabung dengan Gerakan Pembangkangan Sipil, tidak dapat menyangkal perilaku tercela aparat. Dia bahkan menyebut, sejak kudeta terjadi tidak ada bedanya antara aparat dengan pencuri.
 
“Ada juga korupsi di antara pegawai pemerintah lainnya. Apa yang membedakannya dengan militer adalah mereka memiliki senjata. Jadi pada dasarnya ini adalah perampokan bersenjata,” kata Htun Hyat Aung.
 
Sebagai mantan komandan peleton dari Divisi Infanteri Ringan 77, Htun Hyat Aung sangat mengerti cara berpikir aparat ketika merampas uang negara. Aparat yang melakukan korupsi tidak akan malu dengan perbuatannya karena mereka menganggap rasuah adalah perbuatan yang lumrah.
 
“Sebagian besar menganggap (perbuatan korupsinya) tidak lebih buruk dari jenis korupsi yang mewabah di layanan sipil Myanmar,” katanya.
 
Lebih buruk lagi, beberapa aparat bahkan memanfaatkan momen kerusuhan untuk melakukan korupsi demi memperkaya diri. Mereka meyakini, dengan mengenakan seragam dan membawa senjata, berarti mereka memiliki hak untuk mengambil apapun dari warga sipil.  
 
“Mereka mendapatkan lebih dari cukup, semua yang mereka butuhkan,” tambah Htun Hyat Aung.

4. Berlagak seperti sindikat penjahat

Deretan Bukti Kejahatan Junta Myanmar Bak Sindikat Penjahat BersenjataPengunjuk rasa anti kudeta berjalan dibekakang barikade sementara api membakar Jembatan Bayint Naung di Mayangone, Yangon, Myanmar, Selasa, 16 Maret 2021 (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer)

Tidak seperti kebanyakan pejabat yang menyalahgunakan wewenang untuk keuntungan mereka sendiri, junta sering kali tampak termotivasi oleh kekejaman, seperti keinginan memperkaya diri dengan mengorbankan orang lain.
 
Pada 1 Maret, misalnya, tentara terlihat merusak rumah dan sepeda motor di Myeik, Tanintharyi, Myanmar selatan. Tidak hanya mencuri 400.000 kyat (Rp3,7 juta) dari penduduk setempat, mereka juga memukuli seorang wanita hamil.
 
Pada April 2020, pasukan yang dikirim ke Kotapraja Okkalapa, Selatan Yangon, menyita hampir 500 liter minyak goreng, logistik yang seharusnya ditujukan kepada pegawai publik.
 
Dalam insiden serupa, pada 14 Maret, pasukan junta mengambil ayam goreng yang hendak dibagikan kepada 80 siswa yang ditahan di penjara Insein Yangon. Lebih memalukan lagi, junta bahkan menjara kotak amal di gereja-gereja.
 
“Mereka dilatih seperti binatang untuk melakukan apa yang diperintahkan tanpa berpikir. Mereka mengambil apa saja yang bisa mereka pegang, kami sudah terbiasa dengan itu setiap kali konflik,” kata Khon Ja, seorang aktivis Kachin.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Berjanji Hentikan Kekerasan, Tapi Ada Syaratnya

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya