Konflik dan COVID-19, 14 Juta Warga Afghanistan Terancam Kelaparan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), David Beasley, mengatakan jutaan warga Afghanistan terancam kelaparan karena konflik, kekeringan dan pandemik COVID-19. Beasley berharap para pemimpin dunia bertindak cepat untuk menghindari bencana kemanusiaan tersebut.
Kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), WFP mengaku membutuhkan uang senilai 200 juta dolar AS (sekitar Rp2,8 triliun) pada September 2021 untuk menangani musibah kelaparan di Afghanistan.
"Ada bencana hebat yang datang karena beberapa tahun kekeringan, konflik, kemerosotan ekonomi, diperparah oleh COVID. Jumlah yang yang kepalaran telah melonjak menjadi 14 juta orang sekarang,” kata Beasley di Doha pada Selasa (24/8/2021), dikutip dari The Straits Times.
1. WFP berharap perdebatan politik bisa tuntas sesegera mungkin
Afghanistan menghadapi keruntuhan ekonomi setelah negara dan lembaga asing memutuskan menunda bantuan serta cadangan moneter. Penundaan dilakukan usai Taliban berhasil menguasai ibu kota Kabul pada Minggu (15/8/2021).
Beasley memahami bila masyarakat internasional menghadapi beberapa keputusan yang sangat sulit, antara membantu Afghanistan yang kini dikuasai kelompok militan atau membiarkan negara itu menjadi “neraka di bumi” bagi rakyatnya.
"Rakyat Afghanistan membutuhkan bantuan sekarang. Politik perlu disesuaikan sesegera mungkin,” ujar Beasley.
Ia menambahkan, jumlah orang yang membutuhkan bantuan bisa berlipat ganda kalau komunitas internasional mengabaikan warga Afghanistan.
Baca Juga: Kisah Pilu dari Afghanistan: "Dunia Meninggalkan Kami Sendirian"
2. WFP pesimistis PBB bisa kumpulkan bantuan dalam waktu cepat
Editor’s picks
Sebelumnya, World Health Organization (WHO) juga memperingatkan persediaan obat-obatan di Afghanistan hanya cukup untuk satu pekan. Kondisi itu terjadi setelah pengiriman logistik medis dari luar negeri diblokir karena situasi di Bandara Hamid Karzai, Kabul, yang tidak kondusif.
WHO juga khawatir konflik di Afghanistan dapat menyebabkan lonjakan infeksi COVID-19. Sebab, warga berkerumun menuju bandara dengan harapan dievakuasi oleh pasukan asing, karena mereka tidak mau tinggal di bawah rezim Taliban.
Pada saat yang sama, kala kondisi ekonomi tercekik imbas pandemik, Beasley pesimistis PBB mampu mengumpulkan bantuan untuk rakyat Afghanistan senilai Rp2,8 triliun. Dia berharap negara-negara teluk, termasuk Qatar, hingga Amerika Serikat bisa berkontribusi lebih.
WFP akan mulai kehabisan makanan untuk Afghanistan bulan depan. Diperkirakan, empat juta nyawa akan terancam jika bantuan makanan tidak disiapkan sebelum musim dingin.
"Masalah dan perhatian kami saat ini adalah uang," kata Beasley.
3. Taliban sejauh ini kooperatif dengan WFP
Beasley mengaku Taliban telah memberi jaminan kepada WFP untuk memungkinkan bantuannya terus menjangkau orang-orang tanpa hambatan. Taliban tidak mengenakan pajak pada kendaraan yang membawa pasokan bantuan.
"Mereka sejauh ini kooperatif. Mereka memberi kami kebebasan, netralitas, dan ketidakberpihakan," katanya.
Sementara itu, pada Selasa (24/8/2021), Uni Eropa (UE) mengumumkan peningkatan program bantuan Afghanistan. Kepala Komisi Eropa Ursula Von Der Leyen mengatakan anggaran blok itu yang sebelumnya senilai 50 juta euro (Rp846 miliar) ditingkatkan menjadi lebih dari 200 juta euro (Rp3,3 triliun).
Anggaran disiapkan untuk membantu warga Afghanistan yang masih berada di negara itu dan mereka yang telah melarikan diri.
Baca Juga: Pengiriman ke Afghanistan Mampet, Stok Medis Cuma Cukup untuk Sepekan