Korea Utara Sebut Bantuan Kemanusiaan AS Sebagai Siasat Politik Jahat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korea Utara mengkritik bantuan kemanusiaan Amerika Serikat (AS) sebagai siasat politik yang jahat, karena skema itu digunakan untuk menekan suatu negara.
Kang Hyon Chol, peneliti di Asosiasi untuk Promosi Pertukaran Ekonomi dan Teknologi Internasional, lembaga yang berafiliasi dengan Kemlu Korea Utara, mempertegas pernyataan itu sebab banyak negara Barat menawarkan bantuan vaksin COVID-19.
“Ini dengan jelas menunjukkan niat tersembunyi Amerika untuk menghubungkan ‘bantuan kemanusiaan’ dengan ‘masalah hak asasi manusia’, sehingga melegitimasi tekanan mereka pada negara-negara berdaulat untuk mencapai skema politik jahat mereka,” kata Kang pada Minggu (11/7/2021), dikutip dari The Straits Times.
1. Sebut Afganistan sebagai contoh kegagalan bantuan kemanusiaan
Ungkapan Kang di atas merupakan refleksi atas banyaknya bantuan Amerika yang didistribusikan kepada negara-negara dengan catatan HAM buruk. Di antara contoh yang dia sebutkan adalah bantuan Washington kepada pemerintah Afghanistan.
"Dalam praktik sebenarnya, banyak negara telah mengalami rasa pahit sebagai akibat dari menggantungkan banyak harapan pada 'bantuan' dan 'bantuan kemanusiaan' Amerika," ujar Kang.
Baca Juga: Sputnik V Diklaim Jadi Vaksin COVID Paling Ampuh, Efikasi 97,6 Persen
2. Bantuan kemanusiaan jadi awal hubungan diplomatik
Editor’s picks
Para pejabat Gedung Putih mengatakan, mendukung bantuan kemanusiaan ke Korea Utara, tetapi tidak ada upaya yang dilakukan untuk memberikan bantuan langsung. Korea Selatan juga berjanji akan menyediakan vaksin virus corona jika diminta.
Beberapa analis menilai bantuan semacam itu dimanfaatkan untuk melanjutkan pembicaraan diplomatik dengan Seoul dan Washington, setelah Pyongyang menolak bantuan besar pada 2019.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan, yang menangani hubungan dengan Korea Utara, mencatat artikel itu bukan pernyataan resmi. Mereka berkomitmen untuk terus mencari cara agar bisa bekerja sama dengan Pyongyang, demi memastikan kesehatan dan keselamatan kedua populasi semenanjung Korea.
3. Korea Utara menolak vaksin melalui skema COVAX
Dilansir dari Channel News Asia, Korea Utara sempat menolak bantuan vaksin AstraZeneca melalui skema COVAX, karena khawatir dengan efek samping pembekuan darah di sejumlah negara.
Hal yang menarik adalah negara yang dipimpin Kim Jong Un itu juga tidak tertarik dengan vaksin buatan Tiongkok, sebab dinilai tidak cukup ampuh menangani virus corona. Korea Utara menunjukkan gelagat ketertarikan terhadap vaksin Sputnik V buatam Rusia.
Baca Juga: Kim Jong-un: Korea Utara Siap Konfrontasi dengan AS