Mahmoud Abbas: Kekerasan di Palestina Salah Arah, Perdamaian Terancam!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas meminta warga untuk segera mengakhiri protes. Menurutnya, unjuk rasa damai yang kini beralih menjadi gerakan perlawanan telah bergerak ke arah yang salah.
“Protes masyarakat Arab (warga muslim Palestina) bergerak ke arah yang sangat berbahaya, karena protes telah beralih menjadi kekerasan. Ini adalah ancaman bagi perdamaian pemuda Arab,” kata dia dilansir dari Middle East Eye, Rabu (12/5/2021).
Ketegangan di seluruh negeri bermula dari bentrokan antara warga Palestina, yang menolak penggusuran di Sheikh Jarrah, Jerussalem, dengan aparat Israel. Otoritas Israel mulai menembakkan granat kejut dan gas air mata untuk membubarkan massa yang berkerumun, ketika mereka hendak merayakan lailatul qadar di 10 malam terakhir Ramadan.
Hamas membalas kekerasan polisi Israel dengan menembakkan roket dari wilayah lepas pantai. Israel yang tak mau tinggal diam membalas dengan serangan udara. Aksi saling serang membunuh 35 warga Palestina, 10 di antaranya adalah anak-anak, dan lima polisi Israel. Lebih dari 233 orang dikabarkan terluka.
Baca Juga: Menlu Retno: Sudah Terlalu Lama Hak Warga Palestina Digrogoti Israel
1. Israel kerahkan tank dan Hamas serang kilang minyak
Dilansir dari Al Jazeera, otoritas Israel melaporkan bahwa serangan roket dari Gaza telah menghantam pipa minyak Israel di dekat Ashkelon. Serangan itu menyebabkan kebakaran besar.
Hamas yang dikabarkan telah melepaskan 130 roket menargetkan Israel sebagai sasaran tembaknya, sebagai bentuk pembalasan atas diskriminasi polisi terhadap jamaah Masjid Al Aqsa.
Di sisi lain, Israel Defense Forces (IDF) telah mengerahkan tank ke perbatasan selatan Jalur Gaza, yang menandakan babak baru dalam ketegangan yang dimulai sejak akhir pekan lalu.
IDF juga mengklaim bahwa mereka telah melumpuhkan tokoh-tokoh kunci intelijen Hamas, termasuk Hasan Kaogi yang merupakan kepala departemen intelijen militer Hamas dan Wail Issa yang merupakan kepala departemen kontra spionase intelijen militer.
Baca Juga: Bentrok dengan Polisi Israel, 305 Warga Palestina Terluka
2. Teks ancaman dan penolakan untuk hengkang dari Yerussalem
Editor’s picks
Sejak kerusuhan terjadi di Kota Tua Yerussalem, banyak warga yang melaporkan bahwa mereka menerima pesan ancaman. Para aktivis menuding pesan tersebut sebagai operasi intelijen Israel untuk mencegah muslim Palestina berkumpul di kompleks Al Aqsa.
“Halo! Anda telah diidentifikasi terlibat dalam aksi kekerasan di masjid al-Aqsa. Kami akan meminta pertanggungjawaban Anda. - Intelijen Israel," demikian bunyi pesan tersebut.
Ezzat Natsheh, seorang aktor berusia 35 tahun dari Yerusalem, menolak untuk takut dengan pesan tersebut. Dia bahkan menyebutnya sebagai lelucon belaka.
“Saya menganggapnya sebagai lelucon. Benarkah? Anda ingin menghukum saya karena saya berada di al-Aqsa atau Sheikh Jarrah? Jika Anda menginginkan saya, Anda dapat mengirimi saya dokumen resmi," kata dia.
Perlawanan juga ditunjukkan para perempuan yang bermukim di Kota Tua Yerussalem.
“Saya akan mengikat diri di kamar saya, jika mereka menggerebek rumah untuk mengusir kami secara paksa. Saya tidak akan meninggalkan Sheikh Jarrah,” kata Muna al-Kurd, perempuan berusia 23 tahun yang hidup di bawah ancaman pengusiran dari rumah mereka di Karm al-Jouni.
Banyak orang Palestina percaya, skala orang yang menerima pesan dan kedekatan mereka dengan Al Aqsa menunjukkan bentuk keterlibatan negara dalam operasi intelijen.
“Kemungkinan besar intelijen Israel menggunakan sistem GPS, untuk mengetahui siapa yang berada di Masjid Al-Aqsa saat ini,” kata Mona Shtaya, manajer advokasi lokal di 7amleh, sebuah organisasi hak digital Palestina.
3. Semua pihak diminta untuk menahan diri
Patut disayangkan karena kerusuhan dan serangan udara terbesar sejak 2014 terjadi satu hari menjelang Idul Fitri, salah satu hari raya umat Islam.
Oleh sebab itu, Abbas meminta semua pihak untuk menahan diri dan mematuhi hukum. “Saya meminta semua orang untuk berperilaku secara bertanggung jawab dan mematuhi aturan. Saya meminta kepemimpinan kami untuk bertindak sesuai dan meminta semua orang untuk tenang dan melindungi ketertiban umum," demikian harap Abbas.
Situasi semakin panas setelah tentara Israel menyerang Khan Younis, salah satu kota di selatan Jalur Gaza. Kendati tidak ada laporan korban akibat serangan tersebut, warga gaza terpaksa mengungsi untuk menghindari serangan udara dan darat pasukan Israel.
Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, khawatir eskalasi konflik bisa memicu perang jika pihak yang bersertu enggan menahan diri.
“Hentikan gejolak segera. Kita sedang menuju perang skala penuh. Para pemimpin di semua sisi harus mengambil tanggung jawab,” kata Wennesland melalui akun Twitter pada Selasa (11/5/2021).
Pada Rabu, Indonesia juga meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah konkret untuk melindungi negara yang memiliki situs suci tiga agama itu.
“Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah nyata. Sudah terlalu lama hak-hak bangsa Palestina digrogoti Israel. Indonesia akan terus bersama bangsa dan rakyat Palestina,” ujar Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi.
Baca Juga: 10 Potret Kerusuhan Palestina-Israel di Kompleks Masjid Al-Aqsa