Nestapa Nakes di Filipina: Tunjangan Nunggak hingga Kerja 15 Jam

Filipina kekurangan 100 ribu nakes usai banyak yang resign

Jakarta, IDN Times - Melbert Reyes, tenaga kesehatan (nakes) di Filipina, merasa dirinya sedang dieksploitasi negara. Reyes mengeluh karena pemerintah tak kunjung membayar tunjangan para nakes, termasuk tunjangan khusus penanganan COVID-19.

Selain keterlambatan pembayaran, ada segudang permasalahan kesehatan yang menghantui Filipina. Sebut saja gaji nakes yang kecil, nakes yang terpapar virus corona hingga tingginya angka pengunduran diri.

Hal itu berdampak terhadap beban kerja berlebih akibat negara terpaksa memanfaatkan jasa nakes yang tersisa.

"Kami tidak merasa diperhatikan," keluh Reyes yang tergabung dalam Asosiasi Perawat Filipina, sebagaimana dikabarkan AFP.  

1. Perawat di Filipina mengeluh kelelahan

Nestapa Nakes di Filipina: Tunjangan Nunggak hingga Kerja 15 JamWarga Filipina memakai masker pelindung dan pelindung wajah sebagai bentuk perlindungan terhadap penyakit virus korona (COVID-19) berjalan di sepanjang jalan pasar di Manila, Filipina, Kamis (3/12/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Eloisa Lopez)

Situasi pandemik di Filipina semakin memburuk. Pada 11 September 2021, negara itu mencatat rekor infeksi tertingginya, yaitu 26.208 kasus positif dalam sehari.

Tren penularan terus naik sejak pertengahan Juli 2021. Banyak rumah sakit meningkatkan kapasitas tempat tidur karena khawatir lonjakan infeksi menyebabkan tingginya permintaan perawatan.

Data resmi menunjukkan, bangsal COVID-19 dan tingkat hunian tempat tidur di ICU lebih dari 70 persen secara nasional. Rumah sakit umum di Kota Binan, dekat Manila, bahkan mengubah tempat parkir mobil menjadi bangsal darurat.

"Banyak perawat kami sakit dan dikarantina," kata direktur medis Melbril Alonte.

"Kami merasa lelah, tetapi kami selalu ingat bahwa kami harus membantu orang-orang kami, karena tidak ada orang lain yang akan melakukannya,” tambah dia.

Baca Juga: Filipina: COVID-19 Naik, Nakes Tuntut Upah dan Tunjangan

2. Filipina kekurangan 100 ribu nakes

Nestapa Nakes di Filipina: Tunjangan Nunggak hingga Kerja 15 JamSeorang anak memakai masker pelindung melihat keluar dari rumahnya di tengah pemberlakuan 'lockdown' untuk membatasi penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), di Caloocan, Metro Manila, Filipina, Kamis (6/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Eloisa Lopez)

Di tengah ancaman varian Delta dan varian baru lainnya, Filipina mengalami krisis nakes. Departemen Kesehatan melaporkan setidaknya Filipina mengalami kekurangan 100 ribu nakes.

Alhasil, nakes yang tersisa dipaksa bekerja lebih dengan gaji kecil dan kontrak jangka pendek yang penuh ketidakpastian. Angka resmi menunjukkan, ada 75 ribu nakes yang bekerja di rumah sakit umum dan swasta.

"Pada awal pandemik, kami memiliki hampir 200 perawat. Pada September, angkanya berkurang menjadi 63,” ungkap Banaga, direktur layanan keperawatan Pusat Medis Lipa Medix di Provinsi Batangas. 

Seorang perawat pemula di rumah sakit umum digaji sekitar 33.575 peso (sekitar Rp9,5 juta) per bulan. Ada pula beberapa perawat yang bekerja di sektor swasta hanya digaji 8.000 peso (sekitar Rp2,2 juta). Para nakes yang dikontrak jangka pendek hanya digaji 22 ribu peso (sekitar Rp6,2 juta).

Asosiasi Rumah Sakit Swasta Filipina melaporkan, sekitar 40 persen perawat di rumah sakit swasta mengundurkan diri sejak awal pandemik.

“Kekurangan staf kronis disebabkan oleh gaji yang tidak memadai,” kata ketua Serikat Perawat Filipina, Maristela Abenojar, sebagaimana diberitakan The Straits Times.

"Kami tidak bisa mendapatkan perawat tambahan, tapi kami juga tidak bisa memaksa mereka untuk melamar," tambah Jose Rene de Grano dari asosiasi rumah sakit swasta.

3. Pekerjaan nakes sangat terancam ditinggalkan

Nestapa Nakes di Filipina: Tunjangan Nunggak hingga Kerja 15 JamIlustrasi tenaga kesehatan (ANTARA FOTO/Fauzan)

Seorang perawat di pusat medis Trixia Bautista mengaku bekerja hingga 15 jam per shift. Ia merawat sebagian besar pasien COVID-19 yang parah di rumah sakit rujukan umum di Ibu Kota Filipina.

Kadang-kadang, dia merawat 30 pasien sendirian, setelah perawat di bangsalnya berhenti atau jatuh sakit.

"Secara fisik sangat melelahkan. Tidak ada cukup orang untuk melayani semua pasien ini,” keluhnya.

Situasi saat ini, berdasarkan keterangan Abenojar, para perawat lebih memilih untuk bekerja di luar negeri daripada di Filipina.

Yasmin Ortega, sosiolog Singapore Management University, menambahkan dampak jangka panjang dari sistem kesehatan Filipina yang buruk adalah orang-orang mulai tidak tertarik menjadi perawat.

“Karena orang berpikir tidak ada gunanya menjadi perawat di sini (Filipina),” katanya.

Baca Juga: Pusat Vaksinasi COVID-19 di Filipina Kini Beroperasi 24 Jam

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya