Omicron Mengganas, WHO: Negara Eropa Jangan Asal Wajibkan Vaksin COVID

Menurut WHO, wajib vaksin harus menjadi cara terakhir

Jakarta, IDN Times – Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperingatkan negara-negara di Eropa agar tidak merilis kebijakan yang mewajibkan vaksinasi COVID-19. Menurut WHO, kebijakan itu harus menjadi langkah terakhir dalam memerangi pandemik virus corona.

“Kewajiban vaksin harus menjadi upaya terakhir yang mutlak dan hanya berlaku ketika semua opsi untuk meningkatkan penyerapan vaksin telah habis,” kata Direktur WHO Eropa, Hans Kluge, Selasa (7/12/2021) seperti dikutip dari AFP.

Baca Juga: Begini Kata Ilmuwan WHO soal Vaksin untuk Varian Omicron

1. Tren penularan COVID-19 di Eropa meningkat lagi

Omicron Mengganas, WHO: Negara Eropa Jangan Asal Wajibkan Vaksin COVIDIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Benua Biru saat ini sedang berjibaku dengan pandemik COVID-19. WHO mencatat 120 ribu kematian akibat virus ini di Eropa sejak 23 November, dan memperingatkan bahwa angka kematian bisa bertambah sampai 500 ribu pada Maret 2022.

Lebih lanjut, Kluge menjelaskan bahwa kewajiban vaksin bisa mempengaruhi kepercayaan publik terhadap suntikan tersebut. Kendati begitu, Kluge juga menghadapi dilema bahwa mandat vaksin akan sangat efektif untuk meningkatkan penyerapan.

Beberapa bulan lalu, negara-negara di Eropa dilanda unjuk rasa warga yang menolak paspor vaksin. Masih banyak dari mereka yang tidak percaya dengan vaksin dan menentang kebijakan yang membatasi mobilitas di ruang publik.

Sampai saat ini, Austria menjadi negara pertama di Eropa yang akan mewajibkan vaksin mulai Februari 2022. Negara-negara lainnya, termasuk Jerman, juga sedang mempertimbangkan aturan tersebut, demikian dikutip dari ABC.

2. WHO soroti penularan COVID-19 di anak-anak

Omicron Mengganas, WHO: Negara Eropa Jangan Asal Wajibkan Vaksin COVIDPetugas sekolah memeriksa suhu tubuh siswa menggunakan termometer non kontak saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok, Jawa Barat, Selasa (3/3/2020). Kegiatan tersebut sebagai upaya antisipasi Virus Corona pada usia dini dengan mengukur suhu tubuh saat memasuki sekolah dan mensosialisasi penggunaan masker yang benar saat sakit (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/pd)

Di sisi lain, WHO menyoroti tren transmisi yang mulai menyasar anak-anak.

“Kasus meningkat di semua kelompok umur, dengan tingkat tertinggi pada kelompok usia 5-14 tahun. Bukan hal yang aneh saat ini kalau melihat penularan anak-anak meningkat dua sampai tiga kali,” jelas Kluge.  

Menurut Kluge, ada ancaman turunan ketika seorang anak terpapar corona, salah satunya adalah menularkan penyakit tersebut kepada orang tua dan kakek-neneknya di rumah.

“Vaksinasi anak-anak harus dipertimbangkan secara nasional,” tambah dia.

3. Eropa dihantui varian Delta dan Omicron

Omicron Mengganas, WHO: Negara Eropa Jangan Asal Wajibkan Vaksin COVIDIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Kemungkinan terburuk, kata Kluge, adalah Omicron menjadi varian COVID-19 yang mendominasi di Eropa. Padahal, Eropa belum benar-benar bisa mengalahkan varian Delta.

"Masalahnya sekarang adalah Delta dan kalau kami berhasil melawan Delta hari ini, harusnya kami bisa menang atas Omicron besok,” tutur Kluge.

Saat ini, di Norwegia telah terdeteksi 29 kasus Omicron. Otoritas kesehatan memprediksi, varian baru yang pertama kali terdeteksi di Afika Selatan akan menambah beban infrastruktur kesehatan.

"Varian ini mungkin akan memantapkan dirinya di Norwegia dan menjadi dominan dalam hitungan minggu," kata Direktur Departemen Line Vold di Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Menyebar di 38 Negara, WHO: Belum Ada Kematian Akibat Omicron

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya