Paus Fransiskus Sebut Kelaparan sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Dunia bisa menuntaskan kelaparan, tapi memilih tidak

Jakarta, IDN Times - Paus Fransiskus menyebut bencana kelaparan sebagai tindakan kriminal dan pelanggaran kemanusiaan. Pasalnya, dunia memiliki cukup sumber daya dan makanan untuk memenuhi gizi seluruh umat manusia, namun sejumlah pihak lebih peduli untuk memperkaya diri dan membiarkan manusia lainnya kelaparan.

Pernyataan itu disampaikan Paus kepada Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres melalui pertemuan virtual. Sebelumnya, Guterres menjelaskan bahwa perubahan iklim dan konflik merupakan faktor yang menyebabkan kemiskinan dan ketidaksetaraan pendapat terjadi di dunia.

Dilansir dari AP, Guterres menjelaskan, sistem pangan dunia menghasilkan sepertiga dari seluruh emisi gas rumah kaca. Sistem yang sama bertanggung jawab atas 80 persen hilangnya keanekaragaman hayati.

Baca Juga: Paus Fransiskus: Mari Rehat Sejenak dan Mematikan Ponsel

1. Orang termiskin di dunia menangis akibat perbuatan pihak tak bertanggung jawab

Paus Fransiskus Sebut Kelaparan sebagai Pelanggaran Hak Asasi ManusiaIlustrasi Paus Fransiskus (ANTARA FOTO/Osservatore Romano/Handout via REUTERS)

Kedua tokoh itu bertemu untuk mempersiapkan KTT sistem pangan PBB yang akan dihelat pada September di New York, Amerika Serikat (AS).

Melalui pesan tertulis yang dibacakan kepada peserta pertemuan, Paus Fransiskus mengatakan pandemik COVID-19 telah memaksa umat manusia untuk berhadapan dengan ketidakadilan sistemik, yang memicu krisis terhadap rasa kekeluargaan dan nilai-nilai kemanusiaan.

Analogi yang dibuat Paus tentang ketidakadilan sistemik adalah orang termiskin di dunia ini harus menangis dan menderita kelaparan akibat orang lain yang merusak dan menyalahgunakan “barang yang dititipkan Tuhan”.  

2. Menyayangkan sebab teknologi dimanfaatkan bukan untuk melawan kelaparan

Paus Fransiskus Sebut Kelaparan sebagai Pelanggaran Hak Asasi ManusiaIlustrasi Kemiskinan (ANTARA FOTO/Aprilio Akbar)

Paus turut menyayangkan, alih-alih perkembangan teknologi digunakan demi menghasilkan makanan di bumi, banyak orang justru memanfaatkan teknologi untuk mengeksploitasi alam.

Dia kemudian menyebut kelaparan sebagai skandal, tindakan kriminal, dan pelanggaran atas hak asasi manusia.

Gagasan KTT sistem pangan diluncurkan pada 2019 beberapa bulan sebelum virus corona muncul, tetapi Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan pandemik membuat ancaman yang ada terhadap ketahanan pangan menjadi lebih mendesak.

Baca Juga: Pandemik di RI: Kemiskinan Naik, Orang Super Kaya Bertambah

3. Pandemik memperburuk situasi kelaparan di dunia

Paus Fransiskus Sebut Kelaparan sebagai Pelanggaran Hak Asasi ManusiaIlustrasi kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Dikutip dari CNA, laporan badan gabungan PBB mengungkap, pandemik COVID-19 menyebabkan tingkat kelaparan dan kekurangan gizi memburuk secara dramatis tahun lalu.

Pada 2020, sebanyak 768 juta orang tercatat menderita kelaparan dan malnutrisi, setara dengan 10 persen populasi dunia. Angka itu mengalami peningkatan sekitar 118 juta orang jika dibandingkan dengan 2019.

Laporan di atas merupakan hasil kolaborasi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan tujuan mendapati penilaian secara komprehensif sejauh mana pandemik berdampak terhadap kerawanan pangan dan gizi.

"Sayangnya, pandemik terus mengekspos kelemahan dalam sistem pangan kita, yang mengancam kehidupan dan mata pencaharian. Tidak ada wilayah di dunia yang selamat," kata badan-badan itu dalam sebuah pernyataan bersama pada Senin (12/7/2021), dikutip dari CNA.

Baca Juga: 1,14 Juta Penduduk Madagaskar Terancam Kelaparan

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya