Pekerja Migran Nelayan di Taiwan Minta Kapal Harus Dilengkapi Wi-Fi 

Untuk melindungi nelayan dari kekerasan dan menjaga mental

Taipei, IDN Times – Sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) bergabung dengan nelayan migran Taiwan di Seafood Expo North America pada Selasa (14/3/2023), untuk menuntut perusahaan di bidang perikanan memenuhi hak dasar buruh nelayan di laut. Para nelayan menyerukan kampanye Wi-Fi Now for Fishers’ Right at Sea atau penyediaan jaringan Wi-Fi di kapal.

“Kondisi sangat sulit di laut lepas. Kami membutuhkan Wi-Fi untuk berkomunikasi dengan organisasi buruh dan keluarga kami. Beginilah cara kami melindungi hak dan kesehatan mental kami, serta memastikan kami mendapatkan gaji dan perlakuan yang adil,” kata Edi Kasdiwan dari Forum Temu Pelaut Indonesia (FOSPI), dikutip dari Global Labor Justice.

“Kami meminta perusahaan makanan laut, pemerintah dan pemilik kapal untuk memastikan kami memiliki hak atas pekerjaan dan cara untuk berbicara dengan dunia luar saat kami berada di laut,” tambahnya.

Baca Juga: TKI NTB Korban Gempa Turki Tak Dapat Hak sebagai Pekerja Migran 

1. Kampanye terus digemborkan dalam berbagai kesempatan

Pekerja Migran Nelayan di Taiwan Minta Kapal Harus Dilengkapi Wi-Fi Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Mereka yang bergabung dengan para nelayan migran adalah Northwest Atlantic Marine Alliance, Boston Teachers Union, Boston Seafarers Mission, UFCW Local 1445, MassCOSH, Catholic Labour Guild, North Shore Labour Council, dan masih banyak kelompok lainnya.

Mereka menuntut perusahaan penyedia makanan laut yang mengklaim telah menyediakan pasokan dengan aman, tapi mengabaikan hak nelayan yang bekerja di bawah standar perburuhan internasional.

Para nelayan bisa melaut hingga satu tahun. Mereka diisolasi dan tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga, organisasi buruh, penyedia jasa, atau pejabat negara.

Para nelayan telah meluncurkan kampanye solidaritas global untuk meminta Wi-Fi di setiap kapal di armada perairan jauh Taiwan, sebagai kebutuhan kritis untuk memastikan hak-hak pekerja di bawah standar perburuhan internasional. Mereka memperjuangkan hak untuk berorganisasi dan mengakhiri kerja paksa, kekerasan dan pelanggaran kesehatan dan keselamatan di kapal mereka.

2. Melindungi nelayan dari aksi kekerasan

Pekerja Migran Nelayan di Taiwan Minta Kapal Harus Dilengkapi Wi-Fi Ilustrasi Kekerasan. (IDN Times/Sukma Shakti)

Taiwan memiliki armada perairan jauh terbesar kedua di dunia, dengan lebih dari 22 ribu awak mayoritas adalah pekerja migran.

Banyak pekerja telah melaporkan kondisi mengerikan di atas kapal ini, termasuk air minum dan makanan yang tidak mencukupi, masalah sanitasi, kurangnya langkah-langkah keselamatan di atas kapal, hingga tingginya biaya perekrutan yang membuat pekerja terlilit utang.

Ada pula masalah seperti pemotongan upah sewenang-wenang, pemutusan kontrak sepihak dan deportasi tanpa proses hukum, serta pelanggaran mengerikan seperti kerja paksa, penganiayaan fisik, pembunuhan, dan penghilangan di laut.

Dalam insiden baru-baru ini yang dilaporkan oleh Serikat Nelayan Migran Yilan, para nelayan di kapal bernama Shunjie, yang beroperasi di Kepulauan Tonga tanpa peralatan Wi-Fi, dipaksa bekerja 20 jam sehari. Ada dari mereka yang harus membalut lukanya dengan kawat karena tidak ada perban,

Nelayan mengatakan, kapten memarahi mereka ketika sakit dan meminta obat. Setelah berbulan-bulan dalam kondisi seperti ini, para nelayan hanya dapat meminta bantuan ketika mereka berlabuh dan sesama nelayan membagikan koneksi Wi-Fi mereka.

3. Wi-Fi sebagai kebutuhan dasar nelayan

Pekerja Migran Nelayan di Taiwan Minta Kapal Harus Dilengkapi Wi-Fi Sejumlah elemen masyarakat sipil menyerukan pentingnya Wi-Fi sebagai hak dasar nelayan (Twitter/@ILAB_DOL)

Para nelayan telah berkumpul untuk meminta pemerintah Amerika Serikat, Jepang, dan Taiwan, pemilik kapal, merek makanan laut, dan investor untuk mengakui hak mereka atas hak dasar ILO. Pekerja mencari dialog dengan perusahaan untuk menemukan solusi.

“Nelayan adalah pekerja yang berhak mendapatkan hak atas pekerjaannya. Nelayan migran Taiwan telah meluncurkan kampanye global untuk hak tersebut, dan inilah saatnya bagi banyak pihak untuk berunding dengan para nelayan dan memastikan bahwa pemilik kapal menghormati hak mereka,” kata Kimberly Rogovin, Koordinator Kampanye Makanan Laut Senior, GLJ-ILRF.

“Konsumen global ini memiliki kekuatan untuk memperbaiki kondisi dan memastikan akses komunikasi bagi pekerja di armada perairan jauh,” tambahnya.

Para nelayan telah mengorganisir kampanye internasional mereka dengan sekutu Amerika Serikat, Taiwan dan Indonesia, termasuk Forum Silaturahmi Pelaut Indonesia (FOSPI), Forum Perburuhan Global, antara lain Forum Hak Buruh Internasional (GLJ-ILRF), Asosiasi Hak Asasi Manusia Taiwan ( TAHR), Stella Maris Kaohsiung, Humanity Research Consultancy (HRC).

Baca Juga: Polri Curigai Eksploitasi Pekerja Migran ke Kamboja Terkait Judi Daring

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya