Pentagon Siagakan 8.500 Tentara, Rusia: AS hanya Memperkeruh Suasana

Rusia geram dengan tindakan AS

Jakarta, IDN Times – Moskow angkat bicara mengenai 8.500 pasukan Amerika Serikat (AS) yang siap bergabung bersama NATO jika sewaktu-waktu Rusia menginvasi Ukraina. Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov, mengatakan tindakan Washington hanya memperburuk suasana yang sudah tegang.

"AS meningkatkan ketegangan. Kami menyayangkan tindakan AS ini penuh keprihatinan,” kata Peskov dikutip dari The Moscow Times.

Ribuan pasukan yang disiapkan Pentagon merespons tuduhan AS dan koalisi Barat bahwa Rusia akan menganeksasi Ukraina. Dugaan itu didasarkan pada ribuan pasukan Rusia yang berkumpul di perbatasan Rusia.

Moskow membantah tuduhan AS dan menegaskan bahwa mereka, sebagai negara merdeka dan berdaulat, memiliki wewenang untuk menempatkan pasukannya di mana saja.  

Baca Juga: Memanas dengan Ukraina, 20 Kapal Perang Rusia Latihan di Laut Baltik

1. Pertemuan Ukraina-Rusia dikabarkan akan terjadi dalam waktu dekat

Pentagon Siagakan 8.500 Tentara, Rusia: AS hanya Memperkeruh SuasanaIlustrasi terjadinya perbincangan melalui telepon antara Putin dan Macron, pada 1 Oktober 2020. twitter.com/RussianEmbassy

Pada Senin (24/1/2022), Presiden Joe Biden mengadakan konferensi video dengan para pemimpin sekutu dari Eropa dan NATO. Usai pertemuan, Biden mengatakan bahwa mereka dengan suara bulat mendukung segala upaya untuk mencegah invasi Moskow atas Kyiv.

Kantor Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, juga menginformasikan bahwa semua pihak harus bersatu untuk menghadapi permusuhan Rusia yang meningkat. Sementara, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyerukan supaya Rusia melakukan de-eskalasi konflik.

Ada harapan untuk meredakan ketegangan, setelah Prancis mengumumkan bahwa pejabat Rusia dan Ukraina akan bertemu, bersama dengan rekan-rekan Prancis dan Jerman, di Paris pada Rabu.

“(Presiden Emmanuel Macron) berpikir masih ada ruang untuk diplomasi, menuju de-eskalasi,” kata ajudan Macron. Baik ajudan dan juru bicara Kremlin Peskov mengatakan, Macron akan segera berbicara dengan Putin.

Baca Juga: Krisis Ukraina, Prancis Ingin Eropa Dialog Sendiri dengan Rusia

2. NATO pastikan Rusia akan sangat merugi jika menginvasi Ukraina

Pentagon Siagakan 8.500 Tentara, Rusia: AS hanya Memperkeruh SuasanaPresiden Prancis Emmanuel Macron dan Sekjen NATO Jens Stoltenberg saling menyapa dalam KTT NATO di Watford, Inggris, pada 4 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Christian Hartamann/Pool

Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan bahwa kerugian yang akan diterima Rusia akan sangat berat jika invasi terjadi.

“Kami setuju bahwa setiap agresi lebih lanjut oleh Rusia terhadap Ukraina akan menimbulkan kerugian besar,” demikian cuit Stoltenberg di Twitter.

Sebelumnya, Blinken telah memastikan bahwa sanksi paling berat akan menjadi ‘senjata’ terakhir yang digunakan AS untuk menekan Rusia.

“Tujuan sanksi adalah mencegah agresi Rusia. Oleh sebab itu, jika diberikan sekarang, Anda kehilangan efek jera,” kata Blinken kepada CNN.

Baca Juga: Imbas Ketegangan Geopolitik Rusia-Ukraina, Rupiah Berpotensi Tertekan

3. Beberapa negara Eropa tampak tidak ingin terlalu keras terhadap Rusia

Pentagon Siagakan 8.500 Tentara, Rusia: AS hanya Memperkeruh SuasanaBendera Uni Eropa dan beberapa bendera anggota dari Uni Eropa. (Pixabay.com/Dusan_Cvetanovic)

Hal yang menarik adalah krisis Ukraina-Rusia tampak menimbulkan perpecahan di Barat. Beberapa negara Uni Eropa terkesan kurang berkenan untuk mengambil tindakan Rusia, mengingat posisinya sebagai pemasok sekitar 40 persen dari gas alam di blok itu.

Pemerintahan baru Jerman mendapat kritik dari Kyiv atas penolakannya mengirim senjata pertahanan ke Ukraina. Jerman juga dianggap ragu-ragu untuk memberikan sanksi ekonomi paling keras kepada Rusia yaitu memotong Moskow dari sistem pembayaran SWIFT global, yang saat ini masih diperbincangkan.

Di sisi lain, AS telah mengirim bantuan keamanan ke Ukraina senilai Rp2,8 triliun. Pada saat yang sama, tiga negara Baltik juga berjanji untuk memberikan bantuan, yaitu Estonia berjanji mengirim senjata anti-tank Javelin, Latvia dan Lithuania berjanji mengirim rudal anti-pesawat serta perangkat militer lainnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya