Pertemuan Trump-Kim Jong-un Dorong Perdamaian di Semenanjung Korea

Perdamaian dua Korea bisa terealisasi setelah puluhan tahun

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengadakan pertemuan dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Resor Capella, Pulau Sentosa, Singapura pada Selasa (12/6). Kabarnya, pertemuan bilateral tersebut membicarakan soal perdamaian di Semenanjung Korea hingga denuklirisasi Korea Utara. 

Menanggapi pertemuan itu, Ketua Yayasan Pusat Studi China Rene L Pattiradjawane mengatakan, melalui pertemuan tersebut Amerika Serikat mampu mendorong perdamaian antara dua korea terealisasi setelah puluhan tahun dinyatakan dalam status gencatan senjata. 

"Banyak item-item perundingan yang harus mereka sepakati ya. Tapi paling tidak, kedua negara (Korea Selatan dan Kore Utara) ingin melakukan perjanjian damai secara tertulis. Karena secara teknis keduanya masih dalam kondisi perang sejak 1953, hanya mereka sepakat untuk gencatan senjata," kata Rene kepada IDN Times, Selasa (12/6). 

1. Reunifikasi Korea dinilai masih sulit terjadi  

Pertemuan Trump-Kim Jong-un Dorong Perdamaian di Semenanjung Koreatwitter.com/cjf39

Sebelumnya, Kim Jong-un sempat bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada 27 April 2018 lalu. Pertemuan itu disebut-sebut menjadi langkah awal dua negara Korea untuk bersatu kembali.

Apalagi, pertemuan Korea Utara dengan Amerika Serikat, yang notabennya adalah aliansi Korea Selatan, terjadi selang dua bulan kemudian. 

"Itu adalah dua hal yang terpisah, antara pertemuan Korsel-Korut ran Korut-Amerika Serikat. Yang jelas, belum ada niatan serius antara Korut dan Korsel untuk reunifikasi. Pembicaraan kedua negara, kalau reunifikasi kita mencontohkan Jerman Barat dan Jerman Timur ya, pembicaraannya belum seserius itu," terangnya. 

2. Bagaimana nasib nuklir Korea Utara?   

Pertemuan Trump-Kim Jong-un Dorong Perdamaian di Semenanjung KoreaChannel News Asia

Menurut Rene, pertemuan bersejarah yang belum pernah terjadi sepanjang 70 tahun terakhir itu menjadi cara bagi Donald Trump untuk mengidentifikasi kuantitas serta kualitas nuklir Korea Utara. 

"Amerika selama ini merasa dibohongi soal nuklir Korut. Amerika gak akan tahu seberapa banyak nuklir yang dimiliki Korut. Mereka negara tertutup kok. Makanya syarat Amerika agar nuklir Korut bisa di-CVID (Complete, Verifiable and Irreversible Dismantlement) atau diverifikasi itu sangat berat," ujar peneliti Asia Timur itu. 

"Itu akan memberikan dilema keamanan kepada Korea Utara. (Kalau Korea Utara membagikan data nuklir) Apa jaminannya bagi Korut? Makanya saya katakan, paling tidak perjanjian damai tertulis dulu. Apakah nanti nuklirnya diapakan itu nanti," sambungnya. 

3. Banyak pihak menanti hasil pertemuan tersebut  

Pertemuan Trump-Kim Jong-un Dorong Perdamaian di Semenanjung KoreaChannel News Asia

Terkait perjanjian damai, reunifikasi Korea, dan denuklirisasi Korea Utara, Amerika Serikat tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara Asia Timur lainnya memiliki andil besar. 

"Sejak 1953, pasukan yang ada di Korsel itu pasukan PBB. Jadi harus diselesaikan pada mekanisme PBB juga," pangkasnya. 

Rene memprediksi, China akan memiliki andil besar dalam upaya melahirkan suasana damai di Asia Timur. "Saya kira nanti polanya adalah 2+2+2 ya. Maksudnya adalah Korut dan Korsel sudah bertemu. Terus Korut dan Amerika sudah bertemu. Kemudian Amerika dan China sudah bertemu. Nanti bisa jadi ada pertemuan empat negara," beber dia. 

Terakhir, agar tidak memperkeruh hubungan luar negeri Amerika Serikat dengan aliansinya, Rene melihat rencana perjalanan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat ke sejumlah negara Asia Timur adalah langkah yang tepat. 

"Setelah ini Menlu AS akan ke Tokyo, Seoul baru ke Beijing. Karana Jepang takut juga (menanggapi pertemuan dengab Korea Utara). Amerika pasti akan menjelaskan hasil pertemuannya. Mereka (Jepang) pasti mempertanyakan garansi keamanan," tutupnya.

Baca juga: Pertemuan Trump-Kim Jong-un Dorong Perdamaian di Semenanjung Korea

Topik:

  • Sugeng Wahyudi

Berita Terkini Lainnya