Prancis Akan Perketat Regulasi Hubungan Inses
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron akan memperketat regulasi tentang hubungan seksual sedarah atau inses.
Pernyataan itu ia lontarkan melalui akun Twitternya pada Sabtu (23/1/2021), setelah penerbitan buku yang menuduh seorang komentator politik menyalahgunakan anak tirinya, memicu kemarahan masyarakat Prancis.
1. Macron berjanji untuk membenahi aturan soal inses
Macron menjelaskan, otoritas Prancis telah memiliki seperangkat aturan yang melindungi anak-anak dari kekerasan seksual. Salah satunya adalah meningkatkan undang-undang pembatasan inses menjadi usia 30 tahun.
Namun, dia mengakui bila masih banyak regulasi yang harus dibenahi. Melalui utas dalam laman Twitter-nya, Macron telah meminta Kementerian Kehakiman untuk memimpin konsultasi yang bertujuan membuat proposal legislatif dengan cepat. Salah satu yang ia upayakan adalah memperketat kontrol pada orang-orang yang bekerja di lingkungan anak-anak.
"Kami akan mengejar para penyerang (pelaku kekerasan seksual)," kata Macron dilansir dari The Guardian, Minggu (24/1/2021).
Baca Juga: Prancis Tolak Minta Maaf Terkait Kejahatan saat Penjajahan Aljazair
2. Memperkenalkan sesi inses di sekolah
Editor’s picks
Macron melanjutkan, dia berencana untuk mengadakan pemeriksaan medis rutin untuk anak-anak dan sosialisasi tentang sesi inses di sekolah dasar serta menengah, untuk memberi anak-anak kesempatan berbincang tentang isu tersebut.
Dia juga mengatakan bahwa bantuan psikologis yang lebih baik untuk korban inses akan tersedia dan akan diganti dengan jaminan sosial.
Sebagai informasi, Prancis merupakan salah satu negara di Eropa yang mengizinkan inces sebagai salah satu hak asasi manusia untuk menentukan preferensi seksualnya.
3. Publik Prancis geger karena pengakuan seseorang jadi korban inses
Dalam beberapa pekan terakhir, ratusan orang menggunakan media sosial untuk menceritakan kisah insesnya setelah penerbitan buku yang menuduh seorang profesor dan spesialis konstitusi Olivier Duhamel.
Dalam buku tersebut, Duhamel menyalahgunakan kekuasaannya untuk melakukan kekerasan seksual terhadap putra tirinya. Buku itu ditulis oleh putri tiri Duhamel, Camille Kouchner, yang merupakan putri mantan menteri luar negeri dan pendiri LSM Médecins Sans Frontières Bernard Kouchner. Baik Duhamel maupun pengacaranya enggan mengomentari tuduhan tersebut.
Duhamel mengundurkan diri awal bulan ini dari jabatannya sebagai salah satu staf di Science Po, salah satu lembaga pendidikan dan riset bergengsi di Prancis. Menteri Pendidikan Tinggi Frederique Vidal juga telah memerintahkan pemeriksaan di Science Po sebagai bentuk perlindungan dan pertanggungjawaban pemerintah.
Baca Juga: Biden Menang Pilpres AS, Emmanuel Macron: Mari Bekerja Sama!