Produksi Vaksin COVID Global 1,5 Miliar Dosis Sebulan, Distribusinya?

Masalah pandemik saat ini adalah distribusi vaksin

Jakarta, IDN Times – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, menyampaikan bahwa produksi vaksin COVID-19 mencapai 1,5 miliar dosis per bulan. Dengan angka tersebut, menurut Retno, dunia tidak perlu khawatir kekurangan pasokan vaksin.

“Pengadaan vaksin sudah tidak ada kendala. Yang menjadi kendala adalah bagaimana mendistribusikan vaksin kepada semua negara secara merata dan juga bagaimana membiayai pengiriman atau pendistribusian vaksin-vaksin tersebut,” kata Retno pada Selasa (12/10/2021) usai mengadakan pertemuan COVAX virtual dari Turki, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima IDN Times. 

Baca Juga: COVAX Sudah Distribusikan 28,3 Juta Vaksin ke Lebih dari 46 Negara

1. Retno singgung soal tren positif dan tren negatif pandemik

Produksi Vaksin COVID Global 1,5 Miliar Dosis Sebulan, Distribusinya?Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika berkomunikasi dengan Menlu UEA (www.twitter.com/@Menlu_RI)

Dalam pertemuan tersebut, Retno sempat menyinggung soal tren positif pandemik COVID-19. Menurutnya, angka kematian dan kasus positif mingguan mulai menurun secara global. Kemudian, hampir sepertiga dunia sekarang sudah divaksinasi lengkap.

“Terdapat juga beberapa tren negatif, yaitu masih ada kesenjangan vaksinasi yang cukup lebar. Negara berpenghasilan rendah menerima kurang dari 1 persen vaksin dan 56 negara tidak memenuhi target untuk memvaksinasi 10 persen populasi mereka pada akhir September 2021,” beber Retno.

“Saya menegaskan negara-negara berpenghasilan rendah tidak boleh tertinggal lagi,” tambah dia.

Baca Juga: Produsen Vaksin COVID-19 Dituduh Tidak Adil Dalam Distribusi

2. Setiap negara harus merasa memiliki tanggung jawab untuk mengatasi pandemik

Produksi Vaksin COVID Global 1,5 Miliar Dosis Sebulan, Distribusinya?Ilustrasi Virus Corona. IDN Times/Mardya Shakti

Retno menyoroti tantangan utama saat ini adalah mengumpulkan kemauan politik untuk mendistribusikan vaksin secara merata. Dengan begitu, target World Health Organization (WHO) pada pertengahan 2022 bisa tercapai.

“Semua pemangku kepentingan memiliki peran untuk mencapai target cakupan 70 persen di setiap negara pada tahun 2022,” ucapnya.

Dia menyambung, “para pemimpin dunia mengingatkan kita adanya ekspektasi atau harapan yang sangat tinggi terhadap kerja COVAX. Oleh karena itu, saya sampaikan bahwa COVAX EMC Engagement Group harus mengerahkan upaya terbaik dan melakukan terus perbaikan untuk memenuhi harapan-harapan tersebut.”

Baca Juga: WHO Marah, Banyak Negara Kaya Pakai Vaksin COVID-19 untuk Booster

3. Diskrimiasi vaksin harus dihapuskan

Produksi Vaksin COVID Global 1,5 Miliar Dosis Sebulan, Distribusinya?Ilustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Perosalan lain yang dibahas oleh Retno adalah upaya COVAX untuk menghapuskan diskriminasi vaksin. Menurut Retno, diskriminasi vaksin menyebabkan penanganan pandemik tertunda karena banyak negara dan masyarakat pilah-pilih vaksin.

“Kita harus waspada terhadap kebijakan yang dapat mempersulit upaya untuk kesetaraan vaksin. Kita harus mengirimkan pesan bahwa semua vaksin yang telah memperoleh EUL WHO harus diakui secara setara. Dan ini adalah posisi Indonesia sejak awal,” beber dia.  

Dalam beberapa hari terakhir, Indonesia telah menjalin kesepakatan dengan Turki dan Serbia untuk mengakui sertifikat vaksin. Kebijakan itu merupakan salah satu cara untuk mengakhiri diskriminasi vaksin.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya