Profil Ashli Babbitt, Demonstran Pro-Trump yang Tewas Ditembak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Demonstrasi menolak hasil Pemilu Amerika Serikat (AS) 2020 yang dilakukan oleh simpatisan Donald Trump di Gedung Capitol, menewaskan seorang perempuan.
Dilansir dari New York Post, perempuan tersebut bernama Ashli Babbitt. Ashli meninggal setelah peluru yang diduga ditembakkan oleh anggota Kepolisian Capitol bersarang di dadanya. Siapa sebenarnya Ashli Babbitt?
1. Veteran Angkatan Udara AS
Ashli Babbitt tinggal bersama keluarganya di dekat San Diego. Dia adalah seorang veteran, mengabdikan dirinya selama 14 tahun sebagai dokter hewan di Angkatan Udara California.
Sebuah media lokal Kusi News, melaporkan bahwa suami Ashli membenarkan bahwa istrinya adalah pendukung kuat Trump. Dia menyebut perempuan berusia 35 tahun ini sebagai seorang patriot yang hebat bagi semua yang mengenalnya.
Baca Juga: Donald Trump Provokasi Massa untuk Bertarung Demi Kemenangannya
2. Berniat mengikuti demonstrasi sejak awal
Sehari sebelum demonstrasi, Ashli yang menggunakan nama Twitter CommonAshSense sempat mencuit, “tidak ada yang akan menghentikan kami… mereka dapat mencoba dan mencoba dan mencoba tetapi badai ada di sini dan itu akan turun ke DC dalam waktu kurang dari 24 jam.”
Dia juga sempat me-retweet cuitan dari simpatisan Trump yang mendesak Wakil Presiden Mike Pence dan Ketua Mahkamah Agung John Robert untuk mengundurkan diri karena menerima hasil pemilu yang diklaim penuh kecurangan.
Editor’s picks
Baca Juga: Pendukung Trump Serbu Gedung Capitol, Satu Perempuan Tewas Tertembak
3. Keluarga sakit hati karena mendengar kabar dari berita
Mertua dari Ashli, Robin Babbitt, mengatakan kepada New York Post bahwa dia sangat terpukul karena mendengar kabar kematian dari televisi dan video yang beredar di media sosial.
Video yang beredar memperlihatkan para demonstran berdesakan dan berhadapan dengan polisi karena ingin memasuki ruang utama Gedung Capitol. Suara tembakan tiba-tiba terdengar yang kemudian membubarkan massa. Demonstran yang sempat merekam mendapat gambar seorang perempuan dengan bercucuran darah dalam keadaan berbaring untuk memperoleh perawatan dari polisi.
“Saya mati rasa, saya hancur. Tidak ada seorangpun dari DC yang memberi tahu putra saya dan kami mengetahuinya di TV,” kata ibu Robin.
4. Keluarga tidak tahu apa yang membuat Ashli sangat mendukung Trump
Sebelum hari kematian, Ashli juga sempat menanggapi tweet seorang konservatif, Melissa Tate, yang mengatakan “mendarat di DC. Di sini untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Selamatkan Republik.”
“Saya akan berada di sana besok! Kecepatan Dewa!” jawab Ashli pada Selasa (5/1/2021). Sejak hari itu, media sosial Ashli dipenuhi video yang berisi dukungan kepada Trump.
Robin mengatakan bahwa menantunya adalah seorang loyalis Trump. Namun, dia sangat sedih karena aksi demonstrasi yang diikutinya justru merenggut nyawa. "Saya benar-benar tidak tahu mengapa dia memutuskan untuk melakukan ini (ikut demonstrasi)," kata Robin.
Baca Juga: Donald Trump Provokasi Massa untuk Bertarung Demi Kemenangannya