Riset UNEP: Virus Corona Disebabkan Eksplotasi Alam Berlebihan

Jika eksploitasi tidak dihentikan, pandemik akan terus ada

Jakarta, IDN Times - Kolaborasi kerja United Nations Environment Programme (UNEP) bersama the International Livestock Research Institute (ILRI) menghasilkan laporan berjudul "Preventing the Next Pandemic: Zoonotic diseases and how to break the chain of transmission".

Laporan yang dirilis pada Minggu, 6 Juli 2020 itu menjelaskan bahwa COVID-19 tergolong zoonosis, yaitu penyakti yang berasal dari hewan kemudian menjangkit manusia, sama seperti Ebola, MERS, dan West Nile Virus. Maraknya penyakit zoonosis beberapa dekade terakhir diakibatkan ketamakan manusia dalam mengeksploitasi alam, seperti deforestasi, eksploitasi binatang liar, ekstraksi sumber daya alam yang berlebihan, hingga perubahan suhu.  

“Semakin kita melakukan eksploitasi, semakin kita mempercepat transmisi penyakit. Akan terus ada kemungkinan untuk menghadapi epidemik atau bahkan pandemik yang lebih besar dari COVID-19 jika kita terus melakukan eksploitasi,” kata peneliti ILRI, Eric Fèvre, sebagaimana disadur dari situs unenvironment.org.

Lantas, apa hubungan antara eksploitasi alam dengan kemunculan virus semacam corona?

1. Tingginya permintaan daging menyebabkan eksploitasi berlebih

Riset UNEP: Virus Corona Disebabkan Eksplotasi Alam BerlebihanIDN Times/Tunggul Kumoro

Seiring meningkatnya jumlah populasi manusia, maka meningkat pula jumlah permintaan daging. Uniknya, permintaan daging dari hewan liar juga semakin tinggi. Data UNEP menunjukkan, produksi daging secara global meningkat sebesar 260 persen dan telur 360 persen dalam 50 tahun terakhir.

Untuk menyiasati permintaan daging yang tinggi, sering kali sapi, babi, ayam, dan masih banyak hewan lainnya dibesarkan dengan proses fabrikasi. Tidak jarang mereka diberikan zat kimia supaya tumbuh lebih cepat. Kemudian, dalam pembuatan peternakannya, tidak jarang deforestasi dibenarkan sehingga menghilangkan habitat alam.

Di samping itu, hewan ternak di negara berkembang biasanya dibesarkan di pinggiran kota yang dekat dengan pabrik dan tempat pembuangan limbah. Sehingga, asupan makanan hewan-hewan tersebut sudah terkontaminasi bahan kimia. Hal inilah yang menyebabkan penyakit-penyakit baru bermunculan dari hewan.

“Penelitian jelas menunjukkan, jika kita tetap melakukan eksploitasi terhadap kehidupan hewan dan ekosistem kita, maka dipastikan penyakit-penyakit pada hewan ini akan berpindah ke manusia,” kata Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, menyambung keterangan Eric.

Baca Juga: 239 Ahli di Seluruh Dunia Klaim COVID-19 Airborne, Menular lewat Udara

2. Penyakit yang berasal dari hewan sudah merenggut banyak nyawa

Riset UNEP: Virus Corona Disebabkan Eksplotasi Alam Berlebihan(Ilustrasi virus corona) IDN Times/Arief Rahmat

Berdasarkan data terbaru yang diunggah John Hopkins University per Selasa, 7 Juli 2020, virus corona telah menginfeksi lebih dari 11,6 juta manusia di seluruh negara dengan 538 ribu di antaranya meninggal dunia.

Laporan tersebut mengingatkan kita semua bahwa jumlah kematian akibat zoonosis empat kali lipat lebih banyak daripada COVID-19. Sebab, virus corona hanya bagian dari 60 persen dari 1.400 mikroba yang diketahui menginfeksi manusia berasal dari hewan.

“Penyakit yang berasal dari hewan, bagi saya, sama seperti pentingnya menghadapi kemiskinan dan ketimpangan. Penyakit-penyakit ini secara tidak proporsional mempengaruhi orang-orang di negara kurang berkembang. Hanya ketika pandemik, seperti COVID-19, saja maka ini menjadi masalah bagi semua orang,” ungkap Kepala Satwa Liar UNEP, Doreen Robinson.

3. Sepuluh rekomendasi dari UNEP

Riset UNEP: Virus Corona Disebabkan Eksplotasi Alam Berlebihanwww.unenvironment.org

Untuk mencegah penyakit yang berasal dari hewan berkembang menjadi pandemik, UNEP menyarankan pendekatan One Health, yaitu kolaborasi antara ahli kesehatan masyarakat, dokter hewan, dan pakar lingkungan. Jika kolaborasi seperti itu tidak pernah terjadi, sangat mungkin pandemik lainnya akan muncul kembali.

Dalam laporan tersebut, UNEP juga merekomendasikan 10 langkah yang bisa dilakukan oleh berbagai negara untuk mencegah kejadian seperti ini terulang kembali. Apa saja itu:

  1. Berinvestasi pada bidang-bidang yang memperkuat pendekatan One Health
  2. Memperluas penelitian ilmiah terkait zoonosis
  3. Meningkatkan analisis biaya-manfaat dampak sosial sebagai perhitungan dalam menghadapi penyakit
  4. Meningkatkan kesadaran mengenai zoonosis
  5. Memperkuat pengawasan dan regulasi yang terkait dengan zoonosis, terutama terkait urusan pangan
  6. Insentif bagi pelaku pengelolaan lahan yang memperhatikan nilai-nilai lingkungan serta mencari alternatif ketahanan pangan
  7. Meningkatkan biosecurity dan pengendalian dalam peternakan hewan
  8. Mendukung kehidupan alam liar yang berkelanjutan
  9. Memperkuat kapasitas pemangku kepentingan lintas negara
  10. Implementasi pendekatan One Health dalam setiap proses pembangunan

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terbaru Vaksin COVID-19 di Dunia

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya