Riset: Virus Corona P1 Mutasi Brasil 2,5 Kali Lebih Menular

Kekuatan virus ini dapat mengurangi kemanjuran dari vaksin

Jakarta, IDN Times - Sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga kesehatan masyarakat Fiocruz terhadap virus corona P1 varian Brasil mengungkap, ternyata virus hasil permutasian tersebut memiliki tingkat penularan 2,5 kali lebih cepat dari SARS-CoV-2 yang asli.
 
Tidak kalah mengkhawatirkan, varian tersebut juga memiliki daya resistensi yang lebih kuat terhadap antibodi, yang berarti mengurangi kemanjuran dari vaksin. Para ilmuwan menduga hal itulah yang menyebabkan lonjakan kasus kematian di Brasil dalam beberapa hari terakhir.
 
“Kami yakin (permutasian) itu adalah mekanisme pelarian lain yang diciptakan virus untuk menghindari respons antibodi,” kata Felipe Naveca, salah satu peneliti Fiocruz di kota Manaus Amazon, tempat varian P1 diyakini berasal, sebagaimana dikutip dari Reuters.
 

1. Virus berpotensi untuk terus bermutasi

Riset: Virus Corona P1 Mutasi Brasil 2,5 Kali Lebih MenularIlustrasi Suasana Pandemik COVID-19 di Brazil, Amerika (ANTARA FOTO/REUTERS/Adriano Machado)

Naveca melanjutkan, evolusi itu tampak serupa dengan mutasi yang terlihat pada varian Afrika Selatan yang bahkan lebih agresif, yang menurut penelitian telah menunjukkan beberapa vaksin secara substansial mengurangi kemanjuran.
 
“Ini sangat mengkhawatirkan karena virus terus mengalami percepatan evolusinya,” tambah dia.
 
Varian yang dengan cepat mendominasi corona di Brasil itu dianggap sebagai penyebab gelombang kedua, yang menjadikannya sebagai negara dengan kasus kematian terbanyak kedua di dunia, yaitu 362.180 kasus sebagaimana dilaporkan World O Meters.
 

Baca Juga: Mutasi Virus Corona E484K Terdeteksi di Indonesia Sejak Februari

2. Berdampak terhadap infrastruktur kesehatan dalam negeri

Riset: Virus Corona P1 Mutasi Brasil 2,5 Kali Lebih MenularWalter Rivera, direktur pasar grosir Coche meneriakkan peraturan untuk mencegah penularan penyakit virus corona (COVID-19) ke penjual dan pembeli di tengah penyebaran penyakit tersebut di Caracas, Venezuela, 23 Juli 2020 (ANTARA FOTO/REUTERS/Manaure Quintero)

Wabah di Brasil juga semakin memengaruhi orang yang lebih muda. Data rumah sakit menunjukkan, pada Maret lebih dari setengah dari semua pasien perawatan intensif berusia 40 tahun atau bahkan lebih muda.
 
Ilmuwan Universitas Sao Paulo Ester Sabino, yang merupakan pemimpin sekuensing (pengurutan DNA) genom pertama virus corona di Brasil, juga mengamini dampak buruk corona P1 terhadap infrastruktur kesehatan dalam negeri. Dia juga mewanti-wanti potensi virus yang terus berevolusi.  
 
“Jika Anda memiliki tingkat penularan yang tinggi, seperti yang Anda alami di Brasil saat ini, risiko mutasi dan varian baru Anda meningkat,” katanya.
 

3. Lonjakan kasus kematian di Brasil

Riset: Virus Corona P1 Mutasi Brasil 2,5 Kali Lebih MenularPetugas memeriksa Health Alert Card atau Kartu Kewaspadaan Kesehatan penumpang di Terminal Kedatangan Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Senin (2/3/2020) (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/ama)

Peneliti Fiocruz baru-baru ini menggambarkan varian baru yang diturunkan dari garis keturunan yang berbeda ke P1. Diketahui bahwa varian tersebut membawa 14 macam mutasi, termasuk evolusi E484K yang pertama kali dicatat dalam varian Afrika Selatan.
 
Pada Selasa, Prancis menangguhkan semua penerbangan ke dan dari Brasil, sebagai upaya untuk mencegah penyebaran varian, menjadikan negara ekonomi terbesar di Amerika Latin itu menjadi semakin terisolasi.
 
Rekor kematian tertinggi terjadi pada 6 April 2021 dengan 4.211 kasus dalam satu hari. Dua hari berselang, pada 8 April 2021, angka kematiannya menjadi 4.190 kasus. Jumlah tersebut meningkat hampir tiga kali lipat jika dibandingkan dengan kasus kematian terbanyak sepanjang tahun lalu, yaitu pada 1.554 kematian pada 29 Juli 2020.

Baca Juga: [UPDATE] Angka Kematian COVID-19 Brasil Tertinggi Kedua di Dunia

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya