Studi: Lebih dari Sepertiga Angka Kematian Disebabkan Pemanasan Global

9.700 orang mati akibat pemanasan global setiap tahun

Jakarta, IDN Times - Studi terbaru tentang perubahan iklim mengungkap, pemanasan global menyumbang lebih dari sepertiga angka kematian akibat panas dunia setiap tahunnya.

Para ilmuwan meyakini bahwa angka kematian yang sesungguhnya jauh lebih tinggi. Sebab, pemanasan global telah memicu serentetan bencana alam lain, seperti badai, banjir, dan kekeringan. Jumlah kematian akibat pemanasan global akan tumbuh secara eksponensial seiring meningkatnya suhu bumi.

Baca Juga: Menyedihkan! Ini 15 Potret tentang Dampak Pemanasan Global

1. Sekitar 9.700 orang mati setiap tahun akibat pemanasan global

Studi: Lebih dari Sepertiga Angka Kematian Disebabkan Pemanasan GlobalIlustrasi kekeringan. IDN Times/Margith Juita Damanik

Dilansir dari AP, lusinan peneliti yang mengamati kematian akibat panas di 732 kota di seluruh dunia dari 1991-2018 mendapati, 37 persen kematian disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi dari pemanasan yang disebabkan manusia, menurut sebuah studi yang dipublikasikan di Jurnal Nature Climate Change.

Angkanya sekitar 9.700 orang per tahun hanya dari kota-kota yang menjadi objek studi. Tetapi, salah satu penulis meyakini angkanya jauh lebih tinggi jika menggunakan data yang lebih luas.

“Ini kematian terkait panas yang sebenarnya bisa dicegah. Itu adalah sesuatu disebabkan secara langsung,” kata Ana Vicedo-Cabrera, ahli epidemiologi di Institut Pengobatan Sosial dan Pencegahan di Universitas Bern di Swiss.

2. Sao Paulo adalah kota dengan kematian akibat pemanasan global tertinggi

Studi: Lebih dari Sepertiga Angka Kematian Disebabkan Pemanasan GlobalSituasi di sekitar wilayah Sao Paulo, Brazil. (Pixabay.com/joelfotos)

Persentase kematian tertinggi akibat perubahan iklim terjadi di kota-kota di Amerika Selatan. Vicedo-Cabrera menunjuk ke Eropa selatan dan Asia selatan sebagai titik panas lainnya.

Sao Paulo, Brasil, menempati peringkat pertama sebagai kota dengan kematian tertinggi akibat pemanasan global, dengan rata-rata 239 kematian per tahun.

Sekitar 35 persen kematian akibat panas di Amerika Serikat disebabkan oleh perubahan iklim. Angkanya berkisar 1.100 kematian per tahun di 200 kota di Negeri Paman Sam. Honolulu memiliki porsi kematian akibat panas tertinggi yang disebabkan oleh perubahan iklim, sekitar 82 persen.

Baca Juga: COP26: Harapan Aktivis Lingkungan Millennial Hadapi Perubahan Iklim

3. Membuktikan bahwa ancaman perubahan iklim nyata

Studi: Lebih dari Sepertiga Angka Kematian Disebabkan Pemanasan Globalbanjir akibat perubahan iklim (usatoday.com)

Para ilmuwan menggunakan data kematian selama beberapa dekade di 732 kota untuk membuat kurva yang merinci, terkait bagaimana tingkat kematian setiap kota berubah dengan suhu dan bagaimana kurva panas-kematian bervariasi dari kota ke kota.

Setelah data terkumpul, peneliti mengambil suhu yang diamati dan membandingkannya dengan 10 model komputer yang mensimulasikan dunia tanpa perubahan iklim. Beberapa kota mampu beradaptasi dengan panas lebih baik daripada kota lainnya, karena faktor AC, budaya, dan kondisi lingkungan, kata Vicedo-Cabrera.

“Orang-orang terus meminta bukti bahwa perubahan iklim sudah mempengaruhi kesehatan kita. Studi atribusi ini secara langsung menjawab pertanyaan itu menggunakan metode epidemiologi mutakhir, dan jumlah data yang dikumpulkan penulis untuk analisis sangat mengesankan,” kata Jonathan Patz, direktur Institut Kesehatan Global di University of Wisconsin.

Patz, yang bukan bagian dari penelitian ini, mengatakan bahwa data itu adalah salah satu penelitian pertama yang merincikan kematian perubahan iklim di masa sekarang, bukan di masa depan.

4. COP26 akan digelar di Glasgow

Studi: Lebih dari Sepertiga Angka Kematian Disebabkan Pemanasan GlobalIlustrasi Bumi (IDN Times/Mardya Shakti)

UN Climate Change Conference of the Parties ke-26 (COP26) akan digelar pada 1-12 November 2021 di Glasgow, Skotlandia, Inggris Raya. Konferensi tahunan itu merupakan perhelatan akbar yang menemukan berbagai pemangku kepentingan untuk menangani krisis lingkungan, sebagai salah satu strategi mengatasi pemanasan global.

Lebih dari 190 pemimpin dunia akan hadir untuk meramaiakan acara tersebut. Secara umum, tujuan COP26 adalah merealisasikan Paris Agreement yang disepakati pada 2015 silam, yaitu  menahan laju peningkatan temperatur global di bawah 2 derajat celcius.

COP26 juga bertujuan untuk mendesain strategi adaptasi di tengah perubahan iklim, memobilisasi keuangan hingga 100 miliar dollar untuk program perubahan iklim global, dan merancang strategi kolaborasi antara berbagai sektor dalam menghadapi isu ini.

Presiden COP26 Alok Sharma mengatakan bahwa perhelatan tahun ini akan berbeda dari konferensi tahunan sebelumnya. Sebab, representasi masyarakat sipil akan hadir untuk memberikan pandangannya seputar perubahan iklim.

“COP26 akan menjadi yang paling inklusif, karena kami mengundang masyarakat sipil dan kelompok agama untuk berbagi pandangan soal perubahan iklim,” kata Sharma saat menghadiri diskusi bersama aktivis lingkungan milenial Indonesia, Selasa (1/6/2021)

Baca Juga: Pesan Bill Gates pada Pemimpin Dunia tentang Perubahan Iklim

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya