Taliban: Tugas Perempuan Hanya Melahirkan, Bukan Jadi Menteri

Taliban sebut perempuan tak mampu jadi menteri

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Taliban, Syed Zekrullah Hashimi, mengatakan tugas utama perempuan adalah melahirkan dan membesarkan anak. Hashimi juga menyampaikan Taliban tidak membutuhkan perempuan dalam kabinet pemerintahannya.

“Seorang perempuan tidak bisa menjadi menteri. Itu seperti Anda membebankan leher mereka dengan sesuatu yang tidak mampu mereka angkut. Para pengunjuk rasa sama sekali tidak mewakili seluruh perempuan di Afghanistan,” kata Hashimi dalam wawancaranya dengan Tolo News, sebagaimana dikutip dari NDTV.

1. Taliban yakin hanya sedikit perempuan yang menentang mereka

Taliban: Tugas Perempuan Hanya Melahirkan, Bukan Jadi MenteriPasukan Taliban berpatroli di jalan raya sehari setelah penarikan pasukan AS dari Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Selasa (31/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/FOC.

Mendengar jawaban tersebut, pewawancara kemudian menyebut Taliban telah mengabaikan setengah dari suara perempuan Afghanistan.

Hashimi juga menimpali, “kami tidak pernah menganggap mereka setengah. Setengah apa maksudnya? Itu adalah definisi yang salah.”

“Maksud saya adalah tidak semua perempuan Afghanistan. Empat perempuan yang berunjuk rasa di jalan tidak mewakili keseluruhan perempuan Afghanistan, yang disebut sebagai perempuan Afghanistan adalah mereka yang melahirkan rakyat dan mendidik (anak-anak) mereka tentang etika Islam,” sambung dia.

2. Aturan kuliah untuk perempuan

Taliban: Tugas Perempuan Hanya Melahirkan, Bukan Jadi MenteriTentara Taliban terlihat di salah satu alun-alun utama kota di Kabul, Afghanistan, Rabu (1/9/2021). ANTARA FOTO/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS.

Taliban juga telah mengumumkan perempuan akan diizinkan mengampu studi hingga perguruan tinggi. Namun, Taliban meminta perempuan mengikuti sejumlah aturan yang mereka buat di lingkup universitas.

Perempuan diperbolehkan kuliah dengan syarat wajib memakai hijab. Namun, belum ada kepastian dari Haqqani apakah perempuan wajib memakai niqb atau burka untuk belajar di perguruan tinggi.

Selain itu, segregasi gender juga akan ditegakkan. Artinya, perempuan tak boleh belajar di ruangan yang sama dengan laki-laki, atau minimal disekat dengan tirai.

“Kami tidak akan mengizinkan anak laki-laki dan perempuan untuk belajar bersama,” ucap Menteri Pendidikan Afghanistan Abdul Baqi Haqqani, dikutip dari Al Jazeera.

Selain itu, metode pengajaran juga dapat dilakukan melalui streaming atau saluran TV tertutup.

3. Mahasiswi harus diajar dosen perempuan

Taliban: Tugas Perempuan Hanya Melahirkan, Bukan Jadi MenteriPengungsi anak-anak menunggu penerbangan berikutnya setelah didaftarkan di Bandara Internasional Hamid Karzai, di Kabul, Afghanistan, Kamis (19/8/2021). Gambar diambil 19 Agustus 2021 (ANTARA FOTO/1stLt. Mark Andries/U.S. Marine Corps/Handout via REUTERS)

Nantinya mahasiswi akan diajar dosen perempuan. Dia mengatakan banyak tenaga pengajar perempuan yang bisa mengajar mahasiswi di Afghanistan.

“Alhamdulillah kami memiliki banyak guru perempuan. Kami tidak akan menghadapi masalah dalam hal ini. Segala upaya akan dilakukan untuk mencari dan menyediakan guru perempuan bagi siswa perempuan,” tutur dia.

Namun, jika tak ada dosen perempuan yang tersedia, Taliban mengizinkan dosen laki-laki untuk mengajar dengan syarat mahasiswi harus memakai cadar.

“Kalau memang ada kebutuhan, laki-laki juga bisa mengajar, tapi sesuai syariah, mereka harus menjaga cadar,” ujar Haqqani.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya