Tiongkok Berkomitmen Tak Akan Menyulut Perang dengan Taiwan

Pendekatan damai akan menjadi prioritas Tiongkok

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang menyampaikan pihaknya berkomitmen mempromosikan reunifikasi dan pertumbuhan damai dengan Taiwan. Peningkatan aktivitas militer Beijing di wilayah Taipei, pada beberapa bulan terakhir, disebabkan kebijakan Amerika Serikat (AS) yang menjadi pemasok senjata kepada Taiwan.

Di bawah rezim One China Policy, Tiongkok menganggap Taiwan sebagai entitas separatis yang hendak memerdekakan diri. Narasi kedaulatan semakin bergema ketika Taiwan dipimpin Presiden Tsai Ing-wen yang berasal dari partai progresif.

“(Tiongkok tetap berkomitmen) untuk mempromosikan pertumbuhan damai hubungan di seluruh Selat Taiwan dengan berpegang pada prinsip One China Policy,” kata Li di hadapan tiga ribu delegasi yang berkumpul di Balai Besar Rakyat, sebagaimana dilaporkan Reuters, Jumat (5/3/2021).

Baca Juga: Tiongkok Marah Gara-gara Kapal AS Melewati Selat Taiwan

1. Membangun kesepahaman dengan Taiwan

Tiongkok Berkomitmen Tak Akan Menyulut Perang dengan TaiwanPresiden Taiwan Tsai Ing-wen memberi pidato dalam sebuah upacara kenegaraan pada 10 September 2020. (Facebook.com/蔡英文 Tsai Ing-wen)

Selain menjaga stabilitas, dikutip dari Channel News Asia, Li berjanji Tiongkok akan meningkatkan kesepahaman dengan Taiwan supaya visi reunifikasi bisa tercapai. Kendati begitu, Tiongkok tetap mewaspadai dan berjanji untuk mengambil langkah tegas terhadap segala upaya separatisme.

“Kami akan mempromosikan pertukaran, kerja sama dan pembangunan terintegrasi di seluruh Selat Taiwan. Bersama-sama kita dapat membentuk masa depan peremajaan yang cerah untuk bangsa kita yang hebat," ucapnya.

2. Taiwan meminta Tiongkok mengedepankan pendekatan dialog

Tiongkok Berkomitmen Tak Akan Menyulut Perang dengan TaiwanSeorang anggota militer memegang bendera nasional Taiwan ketika pada upacara pengibaran bendera di Balai Peringatan Chiang Kai-shek, di Taipei, Taiwan (16/3/2018) (ANTARA/REUTERS/Tyrone Siu)

Sementara itu, Dewan Urusan Daratan Taiwan menanggapi dengan mendesak Tiongkok untuk memulai interaksi persuasif dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Yakni melalui pendekatan dialog yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan Taiwan.

"Pertukaran yang sehat dan teratur lebih baik daripada tekanan yang dipaksakan di Taiwan," kata Dewan tersebut.

Sebagian besar orang Taiwan tidak menunjukkan minat untuk diperintah Tiongkok yang otokratis. Mereka juga sangat mendukung protes anti-pemerintah di Hong Kong yang dikendalikan Tiongkok.

Presiden Taiwan Ing-wen yang terpilih kembali tahun lalu berjanji akan membela demokrasi negara kepulauan itu dari segala ancaman Tiongkok.

3. Tiongkok meningkatkan anggaran militernya

Tiongkok Berkomitmen Tak Akan Menyulut Perang dengan TaiwanIlustrasi Alutsista (Facebook.com/Military Armed Forces)

Terlepas komitmen damai, tercatat ada peningkatan anggaran Tiongkok dalam bidang pertahanan. Dilansir Bloomberg, anggaran pertahanan Tiongkok 2021 naik hingga 6,8 persen, angkanya diperkirakan mencapai 1,35 triliun yuan atau setara dengan 208 miliar dolar AS.

Padahal, Tiongkok masih berhadapan dengan utang yang menggunung imbas pandemik COVID-19. Sejumlah analis beranggapan ketegangan antara Tiongkok dengan sejumlah negara, termasuk Taiwan, India dan AS, menjadi alasan di balik peningkatan anggaran militer.

Selain itu, analis militer dari AS Ross Babbage menilai peningkatan anggaran militer berarti Tiongkok akan mengintensifkan operasi angkatan bersenjata terhadap Taiwan. Begitu pula, dengan wilayah sengketa lainnya seperti Laut Tiongkok Selatan dan Laut Tiongkok Timur.

Baca Juga: Anggaran Pertahanan Tiongkok Melonjak 6,8 Persen di Tengah Pandemik

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya