Tiongkok Tegaskan Dukung Junta Militer Myanmar Cari Solusinya Sendiri

Lebih dari 849 warga sipil meninggal dan 4.500 orang ditahan

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan, Tiongkok akan selalu mendukung Myanmar untuk menemukan solusinya sendiri atas krisis politik yang terjadi sejak 1 Februari 2021.

Kepada Wunna Maung Lwin, Menteri Luar Negeri Myanmar yang ditunjuk oleh junta, Wang menegaskan bahwa kebijakan bersahabat Tiongkok terhadap Myanmar tidak terpengaruh oleh perubahan situasi domestik atau eksternal Myanmar, termasuk kudeta militer.

Dilansir dari The Straits Times, keduanya mengadakan pertemuan di Chongqing pada Selasa (8/6/2021). 

Baca Juga: Mengukur Hasil Pertemuan ASEAN-Junta Myanmar, Apa Bakal Ada Efeknya?

1. Myanmar klaim telah berhasil membuat kemajuan

Tiongkok Tegaskan Dukung Junta Militer Myanmar Cari Solusinya SendiriPengunjuk rasa membuat salam tiga jari sambil berdiri di belakang spanduk saat berunjuk rasa mengecam kudeta militer di Yangon, Myanmar, Rabu (17/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Junta dikritik karena tidak memiliki komitmen terhadap konsensus lima poin hasil ASEAN Leaders Meeting di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Indonesia pada 21 April 2021. Padahal, pemimpin de facto Myanmar sekaligus petinggi junta Jenderal Min Aung Hlaing hadir pada pertemuan tersebut.

Media yang dikelola pemerintah Global New Light of Myanmar melaporkan, mengutip keterangan Wunna Maung bahwa junta telah membuat kemajuan untuk menyudahi ketegangan di Myanmar, salah satunya dengan merilis peta pembangunan negara pascakudeta.

“Menteri memberi tahu (pada) pertemuan itu (di Tiongkok) bahwa satu-satunya cara untuk memastikan sistem demokrasi yang disiplin dan murni adalah melalui lima poin program masa depan yang dideklarasikan pada Februari,” tulis media tersebut. 

2. Situasi di Myanmar semakin buruk

Tiongkok Tegaskan Dukung Junta Militer Myanmar Cari Solusinya SendiriDemonstran memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Jumat (19/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Sementara itu, koordinator kebijakan Presiden Joe Biden untuk kawasan Indo-Pasifik mengatakan, situasi di Myanmar sangat memprihatinkan dan terus memburuk. Amerika Serikat (AS) sedang melihat semua kemungkinan untuk mempersiapkan skenario terbaru.

"Tidak dapat disangkal bahwa kekerasan meningkat. Kami melihat tidak hanya tantangan dari pemberontakan etnis, tetapi oposisi yang semakin terorganisir dan terarah dan ditentukan di sisi demokrasi yang telah menolak untuk turun," terang Kurt Campbell dalam acara online yang diselenggarakan oleh Center for a New American Security think-thank.

"Saya akan mengatakan situasi di dalam negeri mengkhawatirkan. Dan situasinya terus memburuk. Saya pikir kita melihat semua skenario," tambah dia.

Baca Juga: Negaranya Masih Kacau, Junta Myanmar Setujui Investasi Rp40 Triliun

3. Pertempuran terjadi di negara bagian Kayah

Tiongkok Tegaskan Dukung Junta Militer Myanmar Cari Solusinya SendiriPendemo memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, Rabu (17/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Asosiasi pemantau setempat melaporkan, represivitas aparat yang hendak mempertahankan rezim telah membunuh lebih dari 849 warga sipil. Kemudian, lebih dari 4.500 ditahan dan menjadi tahanan politik.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan, ketegangan antara junta dengan etnis pemberontak menyebabkan sekitar 100 ribu orang di negara bagian Kayah mengungsi. Aparat dituding telah melakukan serangan membabi buta sehingga turut menyasar warga sipil.

Campbell menambahkan, Washington mendukung upaya ASEAN untuk memulai proses restorasi demokrasi Myanmar, sekaligus mendesak negara-negara tersebut mengisolasi jenderal secara diplomatis.

“Sulit untuk tidak berkecil hati dengan apa yang telah kita lihat,” tutup Campbell.

Baca Juga: Sebut Media Luar sebagai Ancaman, Junta Myanmar Setop Satelit Televisi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya