Tuding Putin Akan Memulai Perang, AS Jatuhkan Sanksi kepada Rusia

Selain AS, Jerman dan Inggris juga menjatuhkan sanksi

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengumumkan paket sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia, setelah Presiden Vladimir Putin mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, dua wilayah di Ukraina timur yang dikuasai oleh separatis pro-Rusia.

Dalam pidato singkat yang disampaikan Selasa (22/2/2022) waktu setempat, Biden mengutuk aksi Putin yang mengirim ‘pasukan perdamaian’ ke dua wilayah Ukraina.

“Jika Rusia melangkah lebih jauh dengan invasi ini, kami siap untuk melangkah lebih jauh dengan sanksi,” kata Biden, dikutip dari Al Jazeera.

“Tuhan mana yang menurut Putin memberikan dia hak untuk mendeklarasikan negara baru di wilayah tetangganya. Ini adalah pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan menuntut tanggapan tegas dari komunitas internasional,” tambah Biden.

Baca Juga: Panas! Putin Akui Kemerdekaan Wilayah Ukraina yang Dikuasai Separatis 

1. Ini sanksi yang dijatuhkan AS

Tuding Putin Akan Memulai Perang, AS Jatuhkan Sanksi kepada RusiaPresiden Amerika Serikat Joe Biden dalam sebuah konferensi pers di Gedung Pentagon pada Kamis 11 Februari 2021. (Facebook.com/President Joe Biden)

Biden menjelaskan, sanksi AS menargetkan utang negara Rusia dan dua lembaga keuangan besar Rusia, termasuk bank militer negara itu.

“Itu berarti kami telah memutus (akses) pemerintah Rusia dari pembiayaan Barat. Ia tidak dapat lagi mengumpulkan uang dari Barat dan tidak dapat memperdagangkan utang barunya di pasar kita atau pasar Eropa juga,” ujar Biden.

Kemarin, Biden mengatakan bahwa dia sedang mempersiapkan sanksi yang akan membatasi bisnis perusahaan AS dengan perusahaan Donetks dan Luhansk. Tetapi, pada akhirnya paket sanksi yang diumumkan turut menyasar institusi Rusia. 

“Kami juga akan menjatuhkan sanksi pada elite Rusia dan anggota keluarga mereka. Mereka berbagi keuntungan korup dari kebijakan Kremlin dan harus berbagi rasa sakit juga," kata Biden.

Baca Juga: Rusia Akui Wilayah Separatis di Ukraina, Ini Respons Pemimpin Dunia

2. AS sebut mobilisasi militer Rusia sebagai awal dari invasi

Tuding Putin Akan Memulai Perang, AS Jatuhkan Sanksi kepada RusiaAnggota tentara Rusia mengendarai kendaraan bersenjata amfibi multiguna MT-LB melewati tank saat latihan militer di Kuzminsky di selatan Rostov, Rusia, Rabu (26/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Sergey Pivovarov/File Photo.

Dalam berbagai kesempatan, AS kerap mengingatkan bahwa Rusia dapat menginvasi Ukraina kapan saja, karena lebih dari 150 ribu pasukannya telah disiagakan di perbatasan.

Laporan intelijen paling terakhir, yang disampaikan oleh pejabat anonim AS, Rusia akan menyerang sejumlah kota selain Kiev. Rusia juga disebut telah memiliki daftar nama warga Ukraina yang harus dibunuh dan ditahan di kamp-kamp khusus saat invasi telah dilancarkan.

“Ini adalah awal dari invasi Rusia ke Ukraina, seperti yang dia (Putin) tunjukkan dan minta izin dari Duma (parlemen Rusia) untuk melakukannya,” kata Biden, menyebut pengerahan militer atas dalih pasukan perdamaian adalah langkah awal dari invasi.

Selain AS, Jerman juga menjatuhkan sanksi dengan menghentikan persetujuan Nord Stream 2, mega proyek Rusia senilai 11 miliar dolar AS. Sementara itu, Inggris menjatuhkan sanksi terhadap tiga miliarder Rusia dan lima bank.

Baca Juga: Fakta-Fakta Donetsk-Luhansk, Wilayah Ukraina yang Memerdekakan Diri 

3. Masing-masing pihak masih membuka jalur diplomasi

Tuding Putin Akan Memulai Perang, AS Jatuhkan Sanksi kepada RusiaPresiden Amerika Serikat Joe Biden saat menandatangani perintah eksekutif pada Minggu (7/2/2021). (Facebook.com/President Joe Biden)

Di tengah eskalasi konflik yang disebabkan kebijakan Putin, Moskow justru menuduh Kiev yang mencoba untuk menutup akses diplomasi. Kremlin juga mengecam narasi ‘di ambang peperangan’ yang kerap disampaikan pejabat Ukraina.

“Kami tetap terbuka untuk diplomasi, tetapi membiarkan pertumpahan darah di Donbas bukanlah apa yang ingin kami lakukan,” kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia.

Di sisi lain, Ukraina telah berulang kali membantah tuduhan Rusia bahwa pasukannya menyerang wilayah yang memisahkan diri.

Sementara itu, Biden meyakini bahwa jalur diplomasi untuk mengakhiri krisis keamanan di Eropa timur masih tetap terbuka.

"Masih ada waktu untuk menghindari skenario terburuk yang akan membawa penderitaan tak terhingga bagi jutaan orang jika mereka (Rusia) bertindak seperti yang disarankan. AS dan sekutu tetap terbuka untuk diplomasi,” tutur Biden.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya