Ukraina Ultimatum Rusia untuk Berdialog soal Krisis dalam 48 Jam

Ukraina menagih transparansi militer Rusia

Jakarta, IDN Times – Kiev pada Minggu (13/2/2021) menyampaikan keinginannya untuk berdialog dengan Moskow dan Organisation for Security and Cooperation in Europe (OSCE) dalam 48 jam ke depan, dengan tujuan membahas pembangunan militer Rusia di dekat Ukraina.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, mengatakan Moskow tidak menanggapi permintaan Kiev untuk menagih kepatuhan terhadap Dokumen Wina, yaitu perjanjian keamanan yang bisa menuntut Rusia untuk menjelaskan kegiatan militernya.

“Oleh karena itu, kami mengambil langkah selanjutnya. Kami meminta pertemuan dengan Rusia dan semua negara peserta dalam waktu 48 jam untuk membahas penguatan dan pemindahannya di sepanjang perbatasan kami dan di Krimea yang diduduki sementara," tulis Kuleba melalui akun Twitter-nya, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Memanas, Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp14.350

1. Transparansi militer menjadi salah satu kewajiban Rusia sebagai anggota OSCE

Ukraina Ultimatum Rusia untuk Berdialog soal Krisis dalam 48 JamSeorang anggota layanan Rusia terlihat di kendaraan tempur infanteri BMP-3 selama latihan yang diadakan oleh angkatan bersenjata Distrik Militer Selatan di jajaran Kadamovsky di wilayah Rostov, Rusia Kamis (3/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Sergey Pivovarov/WSJ.

OSCE merupakan organisasi yang beranggotakan 57 negara dari Eropa, Asia Tengah, dan Amerika Utara. OSCE aktif melakukan berbagai operasi di Ukraina, termasuk misi pemantauan di Donetsk dan Luhansk, wilayah yang menjadi medan konflik sejak 2014 karena keberadaan separatis yang didukung Rusia. Di dua wilayah itu, lebih dari 14 ribu orang meninggal sejak konflik meletus.

Ukraina juga menagih transparansi kegiatan militer Rusia, sebagai salah satu anggota OSCE.

“Jika Rusia serius ketika berbicara tentang konteks keamanan di ruang OSCE, ia harus memenuhi komitmennya terhadap transparansi militer untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan keamanan untuk semua,” tutur Kuleba.

Baca Juga: Ini Alasan AS Sering Menuduh Rusia Akan Menginvasi Ukraina

2. Jerman akan galakkan diplomasi krisis pekan ini

Ukraina Ultimatum Rusia untuk Berdialog soal Krisis dalam 48 JamKanselir Jerman Olaf Scholz (Twitter.com/Olaf Scholz)

Pekan ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz akan menemui pemimpin Rusia dan Ukraina, sebagai upaya meredam krisis di Eropa timur. Seorang pejabat Jerman mengatakan, Berlin tidak mengharapkan ‘hasil nyata’ pada pertemuan pertama. Namun, mereka tetap menyerukan urgensi diplomasi.

Upaya serupa dilakukan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron pekan lalu. Sama seperti Berli, Paris menyatakan bahwa hasil yang baik tidak akan diperoleh dalam sekali pertemuan. Macron bahkan menyebut, dibutuhkan waktu berminggu-minggu agar seluruh pihak terkait mencapai kesepakatan.

3. AS sebut Rusia bisa invasi Ukraina kapan saja

Ukraina Ultimatum Rusia untuk Berdialog soal Krisis dalam 48 JamUnsplash/Stephen Walker

Rusia telah menumpuk lebih dari 100 ribu pasukan di perbatasan Ukraina. Penasihat keamanan Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan, dengan kekuatan yang telah terkoordinasi, Moskow dapat menginvasi Kiev kapan saja.

Laporan intelijen terbaru AS mengatakan, Rusia akan menginvasi Ukraina sebelum Olimpiade musim dingin Beijing berakhir, atau sebelum 20 Februari 2022.

"Kami tidak dapat memprediksi (waktu invasi) dengan sempurna, tetapi kami telah mengatakan bahwa ancaman itu telah terlihat,” kata Sullivan kepada CNN.

Di sisi lain, Moskow telah menyangkal tuduhan itu dan menyebut apa yang dilakukan Barat hanya memperburuk krisis. Kremlin juga menyayangkan asumsi liar yang selalu disuarakan oleh AS, bahwa rencana invasi kerap disampaikan oleh pejabat dengan syarat anonim serta tidak diiringi dengan bukti konkret.

Baca Juga: Laporan Intelijen AS: Rusia Invasi Ukraina Sebelum Olimpiade Rampung

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya