WHO Geram Ada Negara Izinkan Masyarakat Beraktivitas Tanpa Masker

Corona varian delta saat ini menjadi ancaman global

Jakarta, IDN Times - World Health Organization (WHO) menyayangkan kebijakan sejumlah negara yang melonggarkan protokol kesehatan ketika varian delta sedang mengancam dunia. Apalagi kebijakan yang mengizinkan masyarakat berkerumun di ruang publik tanpa masker.

Pada saat yang sama, WHO juga mengimbau kepada siapa saja yang sudah divaksinasi untuk tetap memakai masker, menjaga jarak, rutin mencuci tangan, menghindari droplet orang lain, dan beraktivitas di ruang berventilasi.

"Apa yang kami katakan adalah setelah Anda sepenuhnya divaksinasi, teruslah bermain aman, karena Anda bisa berakhir sebagai bagian dari rantai penularan. Anda mungkin tidak sepenuhnya terlindungi," kata penasihat senior WHO Bruce Aylward, dikutip dari The New York Times.

Dia menambahkan, "penting untuk berhati-hati ketika mengatakan, setelah Anda divaksinasi maka anda bisa melanjutkan dan melakukan apa pun.”

Baca Juga: Penasihat Dirjen WHO Ungkap Alasan Terjadi Lonjakan Kasus di Jakarta

1. Belum ada indikasi AS akan mewajibkan kembali masker

WHO Geram Ada Negara Izinkan Masyarakat Beraktivitas Tanpa MaskerSeorang wanita berjuang dengan payungnya saat berjalan di Times Square saat kota terdampak Badai Tropis Isaias di kawasan Manhattan, Kota New York, Amerika Serikat, Selasa (4/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlo Allegri)

Seruan senada juga sempat diutarkan oleh Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pekan lalu. Dia mengatakan bahwa varian delta harus ditangkal dengan semua instrumen untuk mencegah penularan.

Sayangnya, sejumlah negara menjadikan pelonggaran protokol kesehatan sebagai tawar-menawar untuk meningkatkan angka vaksinasi. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) sejak bulan Mei telah mengizinkan masyarakat beraktivitas penuh tanpa masker di luar ruangan jika sudah divaksinasi penuh.

CDC juga melonggarkan aturan isolasi mandiri, tidak harus isolasi selama 14 hari, dan mengizinkan masyarakat yang terpapar corona untuk beraktivitas selama tidak memiliki gejala. Ketika dimintai tanggapan terkait seruan WHO, juru bicara CDC merujuk pada pedoman dan tidak memberikan indikasi bahwa mereka akan mengubah aturan yang sudah berlaku.

Padahal, epidemiolog terkemuka AS Anthony Fauci telah menyadari ancaman dari varian delta, dengan menyebutnya sebagai ancaman terbesar Negeri Paman Sam untuk melenyapkan virus.

2. Vaksin bukan jaminan aman dari varian delta

WHO Geram Ada Negara Izinkan Masyarakat Beraktivitas Tanpa MaskerIlustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Seruan WHO untuk tetap mematuhi protokol kesehatan tidak lepas dari nilai efikasi vaksin yang relatif menurun ketika menghadapi varian baru.

Pemerintah Israel sebelumnya mengaku telah “mengalahkan” corona karena lebih dari separuh populasinya telah divaksinasi. Mereka sempat mengizinkan warga beraktivitas tanpa masker. Namun, pemerintah merevisi aturan itu dan memandatkan kembali masker, sekaligus mengatur pertemuan di dalam serta di luar ruangan.

Baru-baru ini, Italia juga melonggarakan aturan penggunaan masker di luar ruangan, setelah otoritas kesehatan menilai 20 wilayah tergolong sebagai zona berisiko rendah.

“Pendekatan vaksin saja tidak cukup. Kita tidak berada pada tingkat vaksinasi di mana kami dapat melepaskan rem dan kekebalan kelompok juga belum mampu menghentikan transmisi,” kata Eric Feigl-Ding, ilmuwan senior di Federasi Ilmuwan Amerika.

Baca Juga: Italia Cabut Aturan Wajib Masker di Ruang Publik, Muncul Pro-Kontra! 

3. Seruan dan kebijakan WHO disarankan sesuai dengan kearifan lokal

WHO Geram Ada Negara Izinkan Masyarakat Beraktivitas Tanpa MaskerBendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss (www.who.int)

Sementara itu, ada pula ilmuwan yang menyarankan WHO untuk mengedepankan kearifan lokal dalam menangani pandemik COVID-19, tidak bisa memukul rata kebijakan untuk semua wilayah. Atas dasar itulah WHO didesak merilis panduan yang lebih disesuaikan dengan nilai-nilai lokal, tingkat vaksinasi, dan tingkat ingeksi.

"(Namun) WHO sedang melihat dunia yang sebagian besar tidak divaksinasi, jadi ini masuk akal," kata Dekan Brown University School of Public Health, Ashish Jha.

Misalnya, dia memberikan contoh, di beberapa neagra bagian AS dengan tingkat vaksinasi rendah, aturan memakai masker harus ditegakkan. Tapi, di daerah dengan tingkat vaksinasi tinggi, aturan penggunaan masker boleh sedikit dilonggarkan.

"Jika saya tinggal di Missouri atau Wyoming atau Mississippi, tempat dengan tingkat vaksinasi rendah, saya tidak akan senang pergi tanpa mengenakan masker, meskipun saya sudah divaksinasi," ujar Jha.

Baca Juga: Warga Korsel yang Sudah Vaksinasi Bakal Tak Wajib Pakai Masker

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya