WHO: Jangan Vaksinasi Anak-Anak, Sumbangkan Saja Untuk Negara Miskin

Ketimpangan vaksin bisa memperparah pandemik COVID-19

Jakarta, IDN Times - Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mendesak negara-negara kaya untuk menyumbangkan vaksin COVID-19 yang mereka miliki kepada negara-negara miskin dan berkembang, alih-alih memulai program vaksinasi kepada anak-anak.

WHO sempat geram dengan fakta bahwa negara-negara kaya mulai memvaksinasi kelompok dengan risiko rendah, termasuk remaja dan anak-anak, ketika masih banyak tenaga kesehatan dan kelompok rentan (nakes) di negara-negara miskin yang belum diinokulasi.
 
"Pada Januari, saya berbicara tentang potensi terungkapnya bencana moral. Sayangnya, kami sekarang menyaksikan hal itu. Di beberapa negara kaya, yang membeli sebagian besar pasokan, kelompok risiko rendah sekarang divaksinasi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui konferensi pers, Jumat (14/5/2021).
 

Baca Juga: WHO: Varian COVID-19 dari India Terdeteksi di 44 Negara

1. Minta vaksin disumbangkan kepada COVAX

WHO: Jangan Vaksinasi Anak-Anak, Sumbangkan Saja Untuk Negara MiskinDirektur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. Foto diambil dari media sosial. twitter.com/DrTedros

Pada kesempatan yang sama, Tedros berharap supaya negara-negara kaya menyumbangkan vaksinnya kepada COVAX, sehingga WHO dapat mendistribusikan vaksin secara merata.
 
“Saya mengerti kenapa beberapa negara ingin memvaksinasi anak-anak dan remaja mereka, tetapi sekarang saya mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali dan sebagai gantinya menyumbangkan vaksin untuk COVAX,” tutur Tedros.
 
"Di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah, pasokan vaksin COVID-19 bahkan belum cukup untuk mengimunisasi petugas layanan kesehatan, dan rumah sakit dibanjiri oleh orang-orang yang sangat membutuhkan perawatan untuk menyelamatkan nyawa," sambung mantan Menteri Kesehatan Ethiopia itu.
 

2. Pandemik tahun kedua sangat mungkin lebih parah

WHO: Jangan Vaksinasi Anak-Anak, Sumbangkan Saja Untuk Negara MiskinIlustrasi Virus Corona. IDN Times/Mardya Shakti

Berdasarkan catatan AFP, 1,4 miliar dosis vaksin corona telah disuntikkan di lebih dari 210 negara. Sekitar 44 persen vaksinasi dilakukan di negara-negara berpenghasilan tinggi, yang mencakup 16 persen dari populasi global. Hanya 0,3 persen vaksin yang telah didaftarkan di 29 negara berpenghasilan rendah, yang menjadi rumah bagi sembilan persen populasi dunia.
 
Bertolak dari ketimpangan vaksin, Tedros khawatir dunia akan menyaksikan kematian yang lebih tinggi memasuki tahun kedua pandemik COVID-19, sekalipun vaksin yang digadang-gadang sebagai senjata untuk mengakhiri pandemik telah tersedia.
 
"Kita berada di jalur yang mana tahun kedua pandemik bisa jadi lebih mematikan dari tahun pertama. Menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian melalui kombinasi tindakan kesehatan masyarakat dan vaksinasi adalah satu-satunya jalan keluar, tidak bisa dilakukan salah satunya,” terang Tedros.
 

3. WHO sedih karena banyak nakes belum divaksinasi

WHO: Jangan Vaksinasi Anak-Anak, Sumbangkan Saja Untuk Negara MiskinVaksinasi di Balaikota DKI Jakarta, Rabu (5/5/2021). (IDN Times/Herka Yanis).

Dilansir dari Worldometer per Sabtu (15/5/2021), virus yang pertama kali terdeteksi di Wuhan, Tiongkok, telah menginfeksi lebih dari 162 juta warga di berbagai negara dan sekitar 3,3 juta di antaranya berakhir dengan kematian.
 
Tedros yang baru saja divaksinasi awal pekan ini di Swiss, lokasi markas WHO, menyayangkan karena masih banyak nakes yang belum terlindungi secara optimal.
 
"Itu adalah momen yang pahit," katanya merujuk pada petugas kesehatan yang berada di garda terdepan memerangi pandemik.
 
“Fakta bahwa banyak yang masih belum terlindungi merupakan refleksi yang menyedihkan atas distorsi besar dalam akses vaksin di seluruh dunia,” tutup Tedros.

Baca Juga: WHO Beri Izin Vaksin COVID-19 Sinopharm Tiongkok

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya