WHO Sebut Ancaman Pandemik COVID-19 Bisa Berakhir Tahun Ini
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Dirjen World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan kedaruratan pandemik COVID-19 dapat berakhir tahun ini. Pernyataan itu menjadi harapan di tengah fakta setiap 12 detik satu orang meninggal gegara virus corona pada pekan lalu.
"Kita dapat mengakhiri COVID-19 sebagai darurat kesehatan global dan kita dapat melakukannya tahun ini," kata Tedros kepada dewan eksekutif WHO, dikutip dari The Straits Times.
1. Mengurangi kesenjangan jadi kunci utama akhiri pandemik
Demi mencapai hal itu, Tedros meminta negara-negara untuk bekerja lebih keras, demi memastikan akses yang adil kepada vaksin dan obat-obatan. Seruan yang sama juga berlaku untuk upaya pelacakan (tracing) dan menjaga perbatasan.
Sejak awal WHO telah menyerukan akselerasi distribusi vaksin ke negara-negara miskin, dengan harapan seluruh negara dapat memvaksinasi setidaknya 70 persen populasi pada pertengahan 2022.
"Kita tidak bisa mengakhiri fase darurat pandemik kecuali kita menjembatani kesenjangan ini," ujar dia.
Baca Juga: WHO: Akhir Pandemik di Depan Mata, 3 Bulan ke Depan Fase Kritis
2. Pekan lalu, setiap 12 detik satu orang meninggal karena COVID-19
Editor’s picks
Setengah dari 194 negara anggota WHO gagal mencapai target vaksinasi 40 persen penduduknya pada akhir 2021. Lebih ironis lagi, ternyata 85 persen orang di Afrika belum menerima satu dosis pun.
Kesenjangan vaksin menyebabkan virus corona terus bermutasi hingga merenggut nyawa. Sejak ditetapkan sebagai pandemik hingga kemunculan varian Omicron, COVID-19 telah merenggut lebih dari 5,5 juta nyawa di seluruh dunia.
"Rata-rata minggu lalu, 100 kasus dilaporkan setiap tiga detik, dan seseorang kehilangan nyawanya karena COVID-19 setiap 12 detik," tutur mantan Menteri Kesehatan Ethiopia itu.
3. WHO peringatkan ancaman kemunculan varian yang lebih mematikan
Sejak varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, sekitar 80 juta kasus telah dilaporkan ke WHO, lebih banyak dari 2020. Kabar baiknya adalah Omicron tidak lebih berbahaya dari varian-varian sebelumnya, meski memiliki daya penularan tinggi sehingga memicu gelombang pandemik lanjutan di sejumlah negara.
Pada saat yang sama, Tedros mengatakan dunia juga perlu belajar hidup berdampingan dengan COVID-19.
"Kita perlu belajar mengelolanya melalui strategi berkelanjutan dan terpadu untuk penyakit pernapasan akut. Berbahaya untuk mengasumsikan bahwa Omicron akan menjadi varian terakhir, atau bahwa ini adalah permainan akhir,” kata Tedros.
"Sebaliknya, kondisi secara global justru ideal untuk memunculkan lebih banyak varian baru. Potensi varian yang lebih menular dan lebih mematikan tetap sangat nyata,” sambung dia.
Baca Juga: Ethiopia Tuduh Kepala WHO Dukung Pemberontak TPLF