George Soros Dukung Referendum Ulang Brexit

Yakin Inggris akan kesulitan keluar dari Uni Eropa

Paris, IDN Times - Sebuah kampanye untuk mengadakan referendum kedua Brexit dalam jangka waktu satu tahun sedang disiapkan, demikian pengumuman dari orang terkaya dunia, George Soros.

Hal ini ditegaskan oleh George Soros saat berbicara di Paris hari Selasa (29/5/2018) kemarin, di mana pria berusia 87 tahun ini mengungkapkan dukungannya kepada sebuah gerakan bernama Best for Britain.

1. George Soros sudah sumbang Rp 9,3 miliar dukung gerakan ini

George Soros Dukung Referendum Ulang Brexittwitter.com/business

Dilansir dari Independent UK, gerakan yang disponsori oleh seorang bernama Gina Miller berencana meluncurkan sebuah manifesto kampanye tanggal 8 Juni mendatang, mendesak dilakukannya referendum kedua mengenai Brexit.

Guna mendukung gerakan ini, biliuner kelahiran Hongaria dikabarkan bersiap memberikan sumbangan tambahan sebesar £100,000 (Rp 1,85 miliar), di mana sebelumnya sudah memberikan sumbangan sebesar £400.000 (Rp 7,4 miliar).

2. Berlarut-larutnya proses Brexit akan merugikan kedua pihak

George Soros Dukung Referendum Ulang Brexittwitter.com/JohnFromCranbe

Menurut George Soros, Brexit merupakan sebuah proses yang merusak dan berbahaya bagi kedua pihak, yang bisa memakan waktu lebih dari lima tahun. Dan lima tahun dalam dunia politik bisa terasa sangat lama, khususnya dalam masa revolusioner seperti saat ini.

George Soros memang dikenal vokal menentang Brexit dan semakin yakin, bahwa rakyat Inggris membuat kesalahan setelah berlarut-larutnya perundingan yang saat ini sedang berlangsung.

3. PM Inggris tetapkan Brexit 29 Maret 2019

George Soros Dukung Referendum Ulang Brexittwitter.com/Independent

Hal lain yang mendasari keputusan George Soros adalah kenyataan, bahwa perekonomian Inggris mengalami kemunduran sejak referendum diselenggarakan.

"Sebelum referendum, Inggris lebih maju secara ekonomi daripada negara-negara Eropa lainnya. Namun saat ini situasinya terbalik, ekonomi negara-negara Kontinental jauh lebih maju sementara Inggris tertinggal," demikian tegas George Soros, sebagaimana dilansir dari Evening Standard.

Perdana Menteri Inggris, Theresa May bersikeras meninggalkan Uni Eropa yang akan berlaku mulai 29 Maret 2019, meskipun sebuah masa transisi sudah ditetapkan akan berlangsung sampai 31 Desember 2020.

y d margalay Photo Verified Writer y d margalay

Happiness is a conscious choice, not an automatic response

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

Berita Terkini Lainnya