Pertama Kalinya dalam Sejarah Modern Rusia, Moskow Gagal Bayar Utang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Rusia gagal membayar utang luar negeri untuk pertama kalinya sejak revolusi Bolshevik. Rusia gagal membayar bunga atas dua obligasi selama masa tenggang 30 hari yang berakhir Minggu (3/7/2022).
Diketahui bahwa Rusia harus membayar sebesar 100 juta dolar AS atas dua obligasinya.
Dikutip dari Bloomberg, hingga saat ini Rusia belum menyampaikan informasi apapun. Namun, menurut dokumen obligasi, jika investor tidak mendapatkan uang mereka pada tenggat waktu, akan ada peristiwa gagal bayar pada Senin (4/7/2022).
1. Sanksi Barat menyebabkan Rusia tidak mampu membayar utang
Dilansir dari The Sydney Morning Herald, Rusia telah berusaha keras sampai akhir pekan untuk menghindari gagal bayar. Namun pemegang obligasi Amerika Serikat (AS), yang memungkinkan untuk menerima bayaran dari Rusia, telah ditutup aksesnya oleh Departemen Keuangan AS sebagai bentuk sanksi.
Uni Eropa (UE) juga memberikan sanksi kepada Penyimpanan Nasional Rusia, sehingga Rusia tidak bisa mengirim dana ke luar negeri.
AS dan UE memastikan Rusia tidak dapat menyelesaikan pembayarannya dan memaksanya untuk gagal membayar utang luar negerinya.
Baca Juga: Rusia Ancam Akhiri Hubungan dengan Bulgaria Usai 70 Diplomatnya Diusir
2. AS dan Eropa mencari strategi baru untuk menghukum perekonomian Rusia
Editor’s picks
Kepala negara anggota G7 melangsungkan pertemuan di Krün, Jerman untuk membahas kelanjutan invasi Rusia terhadap Ukraina.
Dilansir dari The New York Times, dalam pertemuan itu mereka sepakat untuk melarang impor emas Rusia, dan mengadopsi batasan harga minyak Rusia.
Langkah tersebut dibutuhkan karena embargo AS dan UE terhadap energi Moskow tidak mengurangi pendapatan minyak Rusia. Pembelian minyak Rusia yang didiskon oleh India dan China telah merusak upaya Barat untuk menghukum perekonomian Rusia.
Faktanya, dengan perang yang sekarang memasuki bulan kelima, pendapatan Rusia dari penjualan minyak lebih tinggi daripada sebelum perang dimulai. Pekan lalu, rubel mencapai level tertinggi terhadap dollar.
Dengan kesepakatan ini, Barat berharap Moskow tidak mengambil keuntungan dari meroketnya harga minyak mentah.
3. Apa yang akan terjadi dengan Rusia selanjutnya?
Eshe Nelson, jurnalis bisnis dan ekonomi, mengatakan bahwa kejadian ini tidak akan memberikan perubahan signifikan, baik bagi investor maupun Rusia. Biasanya masalah gagal bayar berarti tidak lagi mendapatkan akses ke investor.
Namun, dengan adanya sanksi, berarti Rusia sejak awal sudah terputus dari banyaknya investor asing. Jadi tidak akan ada perubahan mendadak. Dalam jangka panjang, hal ini sangat sulit untuk diprediksi karena belum pernah ada di situasi seperti ini sebelumnya.
Seperti yang diketahui, Rusia memiliki uang dan justru sangat banyak. Rusia memiliki hampir 600 miliar dolar AS cadangan mata uang asing dan emas. Tetapi, sanksi telah memotong akses Rusia ke lembaga keuangan internasional, membuatnya tidak bisa membayar pemegang obligasi.
"Siapapun dapat menyatakan apa pun yang mereka suka dan dapat menerapkan label gagal bayar. Tetapi siapa pun yang memahami situasinya tahu bahwa ini sama sekali bukan gagal bayar," kata Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov, dikutip dari Bloomberg.
Baca Juga: Rusia Mundur dari Pulau Zmiinyi, Ukraina: Tak Kuat Menahan Serangan
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.