Anggota ISIS di AS Rencanakan Operasi Pembunuhan George W Bush

Tersangka ingin membunuh Bush karena invasinya ke Irak

Jakarta, IDN Times - Seorang tersangka yang terkait dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Amerika Serikat (AS) merencanakan pembunuhan mantan presiden George W Bush. Hal itu diungkap menurut sebuah laporan Forbes, yang mengutip permohonan surat perintah penggeledahan FBI yang dibuka minggu ini di pengadilan federal.

Biro Investigasi Federal (FBI) mengatakan telah mengungkap skema tersebut melalui kerja dua orang informan rahasia dan pengawasan akun tersangka komplotan di platform pesan WhatsApp, dilansir Middle East Eye, Selasa (24/5/2022).

Tersangka, yang berbasis di Columbus, Ohio, melakukan perjalanan ke Dallas, Texas, pada November untuk mengambil video di sekitar rumah mantan presiden. Ia juga merekrut bantuan dari tim yang diharapkan untuk diselundupkan ke negara itu melalui Meksiko.

1. Mengaku dendam karena Bush memecah belah Irak 

Anggota ISIS di AS Rencanakan Operasi Pembunuhan George W BushIlustrasi Penembakan (IDN Times/Arief Rahmat)

Dilaporkan BBC, orang yang diidentifikasi bernama Shihab Ahmed Shihab itu mengatakan, ia ingin membunuh Bush karena dia bertanggung jawab atas pembunuhan warga Irak dan memecah negara itu setelah invasi militer AS 2003.

Tersangka mengaku sebagai bagian dari unit yang disebut Al-Raed, yang dipimpin oleh seorang mantan pilot Irak yang berbasis di Qatar. Ia telah berada di AS sejak 2020 dengan permohonan suakanya yang masih ditunda.

Agen federal menggunakan dua sumber rahasia yang berbeda untuk menyelidiki rencana tersebut. Satu orang yang mengaku menawarkan bantuan untuk mendapatkan dokumen palsu, dan satu lagi yang mengaku pelanggan dari orang yang diduga penyelundup manusia.

Baca Juga: AS Rilis Daftar Hitam Orang yang Danai ISIS, Ada 5 WNI 

2. Mantan jenderal Irak yang membantu AS juga jadi target 

Anggota ISIS di AS Rencanakan Operasi Pembunuhan George W BushIlustrasi pasukan AS di Timur Tengah (nationalinterest.org)

Pada November 2021, pelaku mengungkap bahwa ia berusaha untuk duplikasi lencana FBI untuk memuluskan rencana pembunuhannya. Tersangka juga mengaku berencana untuk membawa empat warga negara Irak laki-laki yang berlokasi di Irak, Turki, Mesir dan Denmark ke AS.

Orang-orang tersebut merupakan mantan anggota Partai Baath di Irak yang tidak setuju dengan pemerintah Irak saat ini. Partai Baath adalah partai politik mantan Presiden Irak Saddam Hussein, yang digulingkan dalam invasi AS tahun 2003.

Tersangka juga mengatakan ingin menemukan dan membunuh seorang mantan jenderal Irak yang membantu orang Amerika selama perang dan yang dia yakini tinggal di AS.

Dalam pengajuan pengadilan FBI, tersangka juga mengaku sebagai anggota perlawanan dan telah membunuh banyak orang Amerika di Irak sepanjang 2003-2006. 

3. Keamanan WhatsApp mampu ditembus FBI 

Anggota ISIS di AS Rencanakan Operasi Pembunuhan George W BushIlustrasi aplikasi WhatsApp (Unsplash.com/Christian Wiediger)

Kasus ini juga menyoroti bagaimana FBI mampu menembus keamanan WhatsApp melalui penggunaan informan dan melacak metadata yang diperoleh dari platform pengiriman pesan itu. Padahal, perusahaan Meta mengklaim telah menerapkan enkripsi dalam aplikasi tersebut.

FBI menggunakan pen register, di mana perangkat elektronik mencatat semua nomor yang dicapai dari akun tertentu, di akun WhatsApp yang diyakini milik tersangka. Dia juga diberi telepon oleh salah satu informan FBI.

Seorang informan FBI mencatat, tersangka adalah anggota grup obrolan Baath dan ISIS di WhatsApp. Tersangka mengaku telah berkomunikasi baru-baru ini dengan seorang teman di Qatar yang merupakan mantan menteri Irak di bawah Saddam Hussein yang memiliki akses ke pendanaan.

Bush dari Partai Republik, yang menjabat Presiden AS selama 2001-2009,  ramai diberitakan minggu lalu ketika ia secara tidak sengaja menyebut invasi AS ke Irak sebagai invasi yang sepenuhnya tidak dapat dibenarkan dan brutal.

Menurut Costs of War Project dari Brown Univerity, diperkirakan ada 207 ribu warga sipil tewas akibat perang yang disebabkan baik oleh AS, sekutunya, militer dan polisi Irak, atau pasukan oposisi sejak invasi ke Irak hingga Oktober 2019.

Baca Juga: Badai Pasir Kembali Melanda Irak, 1.000 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya