DK PBB Desak Penyelesaian Sengketa Bendungan Sungai Nil

Sengketa bendungan telah terjadi sejak tahun 2011

Jakarta, IDN Times – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali mendesak Ethiopia, Sudan, dan Mesir untuk melakukan pembicaraan terkait masalah proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sungai Nil di Addis Ababa pada Rabu (15/09/2021).

Pembicaraan ini didesak oleh Dewan Keaman PBB di bawah naungan Uni Afrika Setelah sebelumnya telah memicu kebuntuan diplomatik selama hampir satu dekade antara Ethiopia dan negara-negara hilir Mesir dan Sudan.

1. Mesir dan Sudan meminta bantuan DK PBB 

Melansir Reuters, Mesir dan Sudan sama-sama meminta DK PBB untuk membantu menyelesaikan perselisihan setelah Ethiopia mulai mengisi reservoir di belakang Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) sejak bulan Juli. 

Dalam sebuah pernyataan resmi, yang disetujui melalui konsensus, Dewan Keamanan beranggotakan 15 negara itu meminta ketiga negara untuk melanjutkan proses negosiasi yang dipimpin Uni Afrika dengan cara yang konstruktif dan kooperatif.

“Dewan Keamanan mendorong Mesir, Ethiopia, dan Sudan untuk melanjutkan negosiasi atas undangan Ketua Uni Afrika (AU) untuk menyelesaikan secepatnya teks perjanjian yang dapat diterima dan mengikat bersama tentang pengisian dan pengoperasian GERD, dalam waktu yang kerangka waktu yang wajar," kata pernyataan itu yang dilansir dari Reuters (16/09/2021).

2. Ethiopia mengkritik keterlibatan DK PBB 

DK PBB Desak Penyelesaian Sengketa Bendungan Sungai NilPresiden Ethiopia (tengah) saat mengadakan pertemuan dengan petinggi negara lain. (twitter.com/Sahle-Work Zewde)

Baca Juga: PBB Anggap Krisis Lingkungan Sebagai Masalahan Terbesar HAM

Melansir kantor berita France24, Ethiopia telah mengkritik keterlibatan DK PBB dalam konflik ketiga negara tersebut. Mereka berpendapat bahwa akan lebih baik jika Uni Afrika saja yang membantu menyelesaikan konflik di wilayah tersebut.

Sebelumnya pada tanggal 23 Juni lalu, pemerintah Ethiopia juga mengirimkan surat kepada DK PBB dan berharap untuk menunda masalah tersebut kepada Uni Afrika. Mereka juga menyarankan untuk menunjukkan titik fokus di masing-masing negara untuk meningkatkan berbagai data tentang hal-hal yang berkaitan dengan GERD.

Negara-negara Liga Arab (LAS), yang mencakup Mesir, Sudan, dan Tunisia dan lainnya juga aktif dalam masalah ini setelah pertemuan 15 Juni tentang GERD di Doha. Organisasi tersebut mengadopsi resolusi yang menyerukan tindakan Dewan Keamanan.

3. Sengketa bendungan sejak tahun 2011 

DK PBB Desak Penyelesaian Sengketa Bendungan Sungai NilKetiga negara mengadakan pertemuan yang dipimpin oleh Uni Afrika. (twitter.com/Demeke Mekonnen Hassen)

Sebelumnya, sengketa bendungan telah dimulai pada tahun 2011 ketika pembangunannya dimulai. Struktur pembangkit listrik tenaga air tersebut dikatakan sebagai yang terbesar di Afrika dan setelah terisi dilaporkan akan menggandakan pasokan listrik Ethiopia. 

Mesir dan Sudan, sebagai negara yang terletak di hilir dari Ethiopia, telah berulang kali menyuarakan keprihatinan bahwa bendungan itu mengancam pasokan air mereka sendiri. Mesir, yang bergantung pada Sungai Nil untuk sekitar 97 persen irigasi dan air minumnya melihat bendungan itu sebagai ancaman. Sedangkan Sudan berharap proyek itu akan mengatur banjir tahunan, tetapi khawatir bendungannya sendiri bisa rusak tanpa kesepakatan tentang operasi GERD.

Ketiga negara telah mengadakan beberapa kali pembicaraan tetapi sejauh ini belum ada tanda-tanda persetujuan di antara ketiga negara tersebut.

Baca Juga: PBB Anggap Krisis Lingkungan Sebagai Masalahan Terbesar HAM

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya