Kisah Barakat, Budak ISIS yang Diculik, Diperkosa, dan Dijual

Barakat melahirkan seorang anak pada usia 13 tahun

Jakarta, IDN Times - Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), yang sempat aktif kembali beberapa saat lalu, berhasil dikalahkan. Bahkan pemimpinnya Abu Ibrahim Al-Qurayshi juga ikut terbunuh.

Sayangnya, Roza Barakat masih dibayang-bayangi oleh ketakutan atas apa yang sudah dia alami. Barakat masih berusia 11 tahun ketika ditangkap dan diperbudak oleh ISIS, bersama dengan ribuan gadis Yazidi lainnya. Mereka diculik ketika milisi tersebut menyerbu Irak Utara dalam serangan brutal pada 2014.

Dia terpisah dari keluarganya di kota Sinjar, daerah minoritas agama Yazidi kuno, dan dibawa ke Suriah lalu dijual dan diperkosa berulang kali. Barakat bahkan melahirkan seorang anak laki-laki yang kini telah hilang dari dekapannya. 

Kehancuran ISIS pada 2019 menjadi momen bagi Barakat dalam upaya pelariannya. Dia memilih untuk bersembunyi dalam pertempuran kala itu. Saat milisi ISIS ditangkap, istri dan anak-anak mereka dimasukkan ke dalam kamp tahanan. Barakat Bebas, namun dia tak bisa pulang.

"Saya tidak tahu bagaimana saya akan kembali ke komunitas saya," kata Barakat, berbicara dalam bahasa Arab, mengutip AP, Kamis (10/2/2022).

Selama bertahun-tahun, para penculik ISIS mengatakan kepadanya bahwa dia tidak akan pernah diterima oleh masyarakat jika dia kembali. Barakat mengaku percaya akan hal itu.

1. Memilih untuk menikah dengan pasukan ISIS daripada jadi budak 

Kisah Barakat, Budak ISIS yang Diculik, Diperkosa, dan DijualIlustrasi ISIS, Teroris (IDN Times/Arief Rahmat)

Barakat diwawancarai di rumah persembunyian yang dikelola oleh Faruk Tuzu, ketua Rumah Yazidi yang merupakan payung organisasi Yazidi di timur laut Suriah. Interview dilakukan beberapa hari setelah pimpinan ISIS tewas pada serangan di barat laut Suriah yang dilakukan AS. 

ISIS pertama kali menjual Barakat kepada seorang Irak dari Tal Afar. Dia bergidik ketika menceritakan bagaimana dia diminta memanggil istri pria tersebut dengan sebutan ‘ibu’. Setelah beberapa bulan, dia dijual kepada pria lain.

Pada akhirnya, ISIS memberi dia pilihan, masuk Islam dan menikah dengan pejuang ISIS atau dijual lagi. Dia memilih untuk pindah agama supaya tidak dijual. Dia menikah dengan seorang Lebanon yang dipilihkan untuknya, seorang pria pengangkut makanan dan peralatan untuk para pejuang ISIS.

"Dia lebih baik dari kebanyakan orang," kata Barakat.

Pada usia 13, dia melahirkan seorang putra, Hoodh. Pada puncak kekhalifahan yang diproklamirkan sendiri oleh para militan, mereka tinggal di kota Raqqa, ibu kota ISIS. 

Suatu kali, dia memohon kepada suaminya untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kakak perempuannya yang juga diculik. Dia telah kehilangan harapan bahwa orang tuanya masih hidup.

Beberapa minggu kemudian, suaminya memberi tahu bahwa dia menemukan salah satu saudara perempuannya, sambil memegang foto seorang wanita di pasar budak Raqqa di mana gadis-gadis Yazidi dijual.

“Betapa berbedanya dia terlihat,” ingat Barakat.

Baca Juga: 4 Fakta Abu Ibrahim Al-Qurayshi, Pemimpin ISIS yang Dibunuh Pasukan AS

2. Yazidi kerap berselisih terkait penerimaan korban ISIS 

Kisah Barakat, Budak ISIS yang Diculik, Diperkosa, dan DijualIlustrasi Korban Penculikan (IDN Times/Mardya Shakti)

Kisah Barakat, yang diperkuat oleh Yazidi dan pejabat Kurdi Suriah, adalah realitas yang dihadapi oleh banyak wanita Yazidi dewasa di bawah kebrutalan ISIS. Banyak yang trauma dan merasa kehilangan, dan berusaha berdamai dengan masa lalunya. Namun, masyarakat Yazidi justru berselisih bagaimana menerima mereka.

“Apa yang Anda harapkan dari seorang anak yang diperkosa pada usia 12 tahun, melahirkan pada usia 13 tahun? Setelah begitu banyak kejutan dan pelecehan, mereka  (korban) tidak percaya pada apapun lagi, mereka tidak pantas berada di mana pun,” kata Faruk Tuzu.

Saat ini, lebih dari 2.800 wanita dan anak-anak Yazidi masih hilang, kata Tuzu. Beberapa telah memutuskan hubungan dan membangun kehidupan baru di luar komunitas karena percaya bahwa jika mereka kembali, mereka akan dibunuh. Yang lain takut dipisahkan dari anak-anak mereka, yang diasuh oleh anggota ISIS.

Masyarakat Yazidi Irak telah memaksa perempuan yang kembali ke Sinjar untuk menyerahkan anak-anak mereka sebagai syarat untuk kembali. Banyak yang diberitahu bahwa anak-anak mereka akan diadopsi oleh keluarga Kurdi Suriah, namun puluhan lainnya berakhir di panti asuhan di timur laut Suriah.

Nasib anak-anak juga telah menjadi pusat perdebatan dalam komunitas Yazidi. Pada 2019, Dewan Spiritual Yazidi, otoritas tertinggi, meminta anggotanya untuk menerima semua orang Yazidi yang selamat dari kekejaman ISIS. Beberapa hari kemudian, dewan mengklarifikasi keputusan tersebut dengan mengecualikan anak-anak yang lahir dari pemerkosaan ISIS.

“Ini adalah kesalahan kami, dan kami menyadari bahwa kami tidak mengizinkan anak-anak tinggal bersama ibu mereka,” kata Tuzu.

Tuzu membenarkan bahwa beberapa perempuan Yazidi masih berada di kamp al-Hol, yang menampung puluhan ribu wanita dan anak-anak, kebanyakan istri, janda dan anak-anak anggota ISIS.

Banyak yang hilang tersebar di Suriah dan Turki, yang lain hidup secara rahasia di kota Aleppo di Suriah dan di Deir El-Zour. Tuzu memperkirakan, mayoritas mungkin telah pergi ke provinsi Idlib, di mana Al Qaeda mendominasi, yang juga menjadi basis ISIS.

3. Upaya pelarian Barakat 

Kisah Barakat, Budak ISIS yang Diculik, Diperkosa, dan DijualIlustrasi Penculikan (Tawanan) (IDN Times/Mardya Shakti)

Pada awal 2019, ketika kekuasaan ISIS runtuh, Barakat melarikan diri bersama suaminya, pertama-tama ke kota Deir el-Zour di Suriah timur, kemudian ke kota Baghouz yang menjadi basis terakhir ISIS. Saat Pasukan Demokratik Suriah Kurdi yang didukung AS mengepung Baghouz, jalan aman ditawarkan kepada wanita dan anak-anak.

Pada titik itu, Barakat bisa saja melangkah maju dan mengakui dirinya sebagai seorang Yazidi dan mencari keselamatan. Tapi sebaliknya, dia mencengkeram Hoodh di tangannya dan berjalan keluar kota dengan istri pejuang ISIS lainnya.

Setelah keluar dari Baghouz dengan wanita ISIS lainnya pada Maret 2019, Barakat memilih menyelinap ke desa terdekat daripada berakhir di kamp. Dengan bantuan simpatisan ISIS, dia mengambil rute penyelundupan dan berakhir di Idlib, barat laut Suriah, di sebuah rumah bagi para janda ISIS. Sementara, suaminya terbunuh di Baghouz.

Di sini, cerita Barakat menyimpang dari apa yang dia katakan kepada para pejabat. Awalnya, dia memberi tahu mereka bahwa dia telah meninggalkan putranya di Idlib untuk mencari pekerjaan di tempat lain. Sementara, dia mengatakan kepada wartawan bahwa Hoodh meninggal setelah serangan udara di Idlib.

Ketika dipaksa untuk mengklarifikasi, dia mengaku sulit dan tidak ingin membicarakannya. Dengan bantuan seorang penyelundup, dia pergi ke Deir El-Zour dan akhirnya menemukan pekerjaan di pasar pakaian, lalu menabung untuk mencari kehidupan baru di Turki.

4. Impian menuju Turki 

Kisah Barakat, Budak ISIS yang Diculik, Diperkosa, dan DijualPasukan SDF ketika berpatroli dan bertemu warga sipil di Timur Suriah, Desa Deis Az Zor. (twitter.com/Coordination and Military Ops Center - SDF)

Ketika pasukan keamanan internal Kurdi menangkapnya bulan lalu, dia masih bermimpi untuk sampai ke Turki. Barakat ditangkap ketika menunggu di sebuah rumah di kota al-Tweinah untuk dibawa oleh penyelundup melintasi perbatasan Suriah-Turki. Dia ditahan dan diinterogasi selama berhari-hari.

“Saya melakukan segalanya untuk menyembunyikan bahwa saya adalah Yazidi,” katanya.

Dia mengatakan kepada penyelidik bahwa dia berasal dari Deir El-Zour, dan berharap mendapatkan perawatan medis di Turki, namun mereka tidak membawanya.

Seorang penyelidik kemudian menemukan foto lama di ponselnya, yang menunjukkan seorang wanita muda Yazidi di pasar budak ISIS. Mereka meminta penjelasan terkait hal itu.

"Kata-kata baru saja keluar, 'Itu saudara perempuan saya,'" kata Barakat.

Setelah kebenaran terungkap, Barakat dibawa ke sebuah rumah persembunyian di desa Barzan, di provinsi Hassakah, Suriah, di mana komunitas Yazidi menyambutnya.

"Saya terkejut mendengar kata-kata baik mereka, dan disambut apa adanya," katanya.

Dia belum siap untuk kembali ke Sinjar dulu. Seluruh keluarganya terbunuh atau masih belum ditemukan.

“Untuk apa kembali. Aku butuh waktu, untuk diriku sendiri," kata Barakat.

Baca Juga: 10 Cabang ISIS di Berbagai Belahan Dunia Selain ISIS-K 

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya