Kisah Nasrullah, Perempuan Kashmir Korban Perdagangan Manusia ke UEA

Ia ditipu dan dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga

Jakarta, IDN Times - Nasrullah sudah sejak lama mendamba-dambakan pekerjaan yang dapat mengangkat taraf ekonomi keluarganya. Namun, tempat tinggalnya yang berada di Kashmir, India, rupanya tidak mendukung karena wilayah tersebut terkadang dilanda konflik. Merantau ke luar negeri dipandang menjadi jalan satu-satunya bagi dia.

Dalam sebuah tulisan yang diterbitkan Nikkei Asia, Nasrullah mengungkap bagaimana pengalamannya ketika menjadi seorang korban kasus perdagangan manusia di Uni Emirat Arab (UEA).

Ketika tekadnya sudah bulat untuk ke luar negeri, ia lantas menghubungi seorang agen yang menjanjikan pekerjaan paramedis di Dubai, UEA. Berbekal pengalaman selama setahun, ia begitu percaya diri dan mengesampingkan keraguan yang mengganggu soal bagaimana agen tersebut dapat mendapatkan visa untuknya. Ia kemudian terbang ke kota Teluk pada November lalu.

"Saya kurang yakin tentang itu. Sang agen bagaimanapun terus meyakinkan bahwa saya akan mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi, dan visa akan diperbaiki nanti," ungkap Nasrullah.

Setibanya di sana, kecurigaannya terbukti benar. Ia mendapati dirinya terjebak dalam penipuan yang telah menjerat banyak orang, terutama dari Asia dan Afrika, yang terpikat ke negara Teluk dengan janji pekerjaan yang baik. Mereka akhirnya terjebak dalam kondisi yang mengerikan, yakni pekerjaan kasar seperti pembantu rumah tangga.

"Ada lebih banyak gadis Kashmir yang datang ke Dubai seperti ini, dan mereka terjebak di sini," kata Rehana Rashid, penyelidik di perusahaan manajemen risiko.

1. Perdagangan manusia disebut sering terjadi di negara Teluk 

Kisah Nasrullah, Perempuan Kashmir Korban Perdagangan Manusia ke UEAIlustrasi Perdagangan Perempuan (IDN Times/Mardya Shakti)

Rashid mengatakan bahwa ia telah mencoba membantu banyak perempuan dengan menghubungi Konsulat India di Dubai. Namun, ia mengeluh karena kesulitan untuk melacak setiap kasus.

Para perempuan juga ragu untuk angkat bicara, takut akan pembalasan dari agen, dan juga merasa akan memalukan jika mereka pulang ke orang tua mereka.

Sidhu Roop, seorang pejabat di Komisi Tinggi India di Ajman, mengatakan perdagangan seperti itu sudah sering terjadi di negara Teluk, meskipun kantornya baru-baru ini menemukan kasus pertamanya dari Kashmir.

"Baru-baru ini, lima perempuan Kashmir datang kepada kami yang dijanjikan pekerjaan perawat tetapi ditipu oleh agen. Mereka tertekan dan kami harus memfasilitasi pengembalian segera dua dari mereka," kata Roop.

Sementara itu, Nasrullah, setibanya di Dubai ia disuruh pergi ke kota Ajman, di mana ia bertemu dengan agen lain. Dari sana ia dibawa ke akomodasi yang sempit dan disuruh tinggal sampai dokumen-dokumennya selesai.

"Itu adalah kamar single yang tidak higienis dengan toilet yang meluap. Sudah ada sekitar 15 gadis lain yang tinggal di sana," katanya.

Selama hampir 20 hari, ia tidak dapat menghubungi keluarganya. "Tidak ada koneksi Wi-Fi internet, dan saya tidak punya kartu SIM."

Baca Juga: Kisah Shatha Hanaysha, Saksi dalam Pembunuhan Jurnalis Al Jazeera

2. Nasrullah berhasil pulang 

Kisah Nasrullah, Perempuan Kashmir Korban Perdagangan Manusia ke UEAIlustrasi (Unsplash.com/ Ilham akbar fauzi)

Nasrullah menyadari bahwa ia hanyalah salah satu dari banyak perempuan yang dibawa ke UEA oleh agen palsu. Ia bahkan menemukan dua perempuan Kashmir lainnya yang telah ditipu oleh agen yang sama dan dijual ke agen asing.

"Mereka pada dasarnya berbohong kepada kami tentang pekerjaan itu. Kami diberitahu bahwa sekarang kami harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah yang berbeda," kata Nasrullah.  

Ia depresi dan kerap duduk di sudut ruangan dan menangis, berpikir bahwa ia tidak akan pernah berhasil pulang. Selama perjalanan ke rumah sakit, ia berhasil online dan menelepon keluarganya serta agen yang telah menipunya.

"Saya tidak bisa menceritakan semuanya kepada keluarga saya, tetapi saya menelepon agen saya dan mengancamnya akan menelepon polisi jika ia tidak membawa saya kembali ke rumah," katanya.

Ancaman itu rupanya berhasil. Ia akhirnya diizinkan untuk memesan tiket dan kembali ke Kashmir.

3. Agen penyalur pekerja menjebak banyak korban  

Kisah Nasrullah, Perempuan Kashmir Korban Perdagangan Manusia ke UEAIlustrasi pengajuan visa (Pixabay.com/mohamed Hassan)

Nasrullah sangat beruntung, namun tidak dengan pekerja yang lain. Ulfat Jan, yang berumur 21 tahun dari daerah Baramulla di Kashmir, dipaksa bekerja sebagai pembantu rumah tangga setelah tiba di Dubai September lalu.

Ia mengaku telah berkomunikasi dengan empat perempuan Kashmir lainnya yang diberikan sertifikat palsu dari kursus keperawatan oleh agen Kashmir yang berbeda dengan janji pekerjaan perawat.

Sebaliknya, mereka juga berakhir sebagai pembantu rumah tangga. Jan mengatakan para agen mendapat visa turis satu bulan untuk perempuan itu.

"Mereka melakukannya dengan sengaja, sehingga kami bergantung pada mereka dan tidak bisa pulang ke rumah," katanya.

Ia juga menuduh bahwa agen memeras para perempuan untuk mencoba mencegah mereka menelepon ke rumah atau meminta bantuan.

"Mereka menjual kami ke agen yang berbeda dan kami harus hidup dan bekerja sesuai keinginan mereka," katanya.

"Salah satu gadis yang saya kenal dipukuli sampai babak belur oleh seorang agen setelah ia pergi ke pasar sendirian. Itu benar-benar neraka," tambah Jan.

Selain pelecehan, para perempuan biasanya harus membayar agen komisi sebesar 100 ribu rupee India (sekitar Rp18,8 juta).

4. Upaya UEA dalam penyelesaian kasus perdagangan manusia 

Kisah Nasrullah, Perempuan Kashmir Korban Perdagangan Manusia ke UEAIlustrasi bendera Uni Emirat Arab (Unsplash.com/Saj Shafique)

Laporan Perdagangan Manusia tahun 202,1 yang diterbitkan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menjelaskan, UEA melakukan upaya signifikan untuk mengatasi perdagangan manusia. Tapi, usahanya masih belum optimal. 

Upaya tersebut yakni memperluas pelatihan penegakan hukum tentang perdagangan manusia, meningkatkan pengawasan perekrutan pekerja rumah tangga dengan memperluas jumlah pusat perekrutan, dan menutup semua agen perekrutan yang tidak diatur oleh pemerintah untuk mencegah peralihan kontrak dan konversi visa turis untuk visa kerja oleh agen ilegal.

"Ini juga memperluas upayanya untuk meningkatkan kesadaran akan eksploitasi tenaga kerja dan mengumumkan program orientasi percontohan baru untuk pekerja yang menuju Teluk dari Afrika," kata laporan AS tersebut.

Namun, laporan tersebut menemukan bahwa UEA tidak menuntut setiap agen atas kerja paksa, dan belum menghukum setiap agen tenaga kerja. Juga dilaporkan ada lebih sedikit hukuman untuk kasus kejahatan perdagangan seks.

UEA sendiri telah mengecam, melarang, dan menghukum aktivitas perdagangan manusia melalui rencana aksi yang komprehensif, untuk memeranginya secara regional dan internasional.

Sebagian besar perempuan yang menjadi mangsa para agen bahkan enggan untuk berbicara tentang pengalaman traumatis mereka. Sementara, Rihana Rashid telah mengadukan para agen ke kepolisian di Kashmir.

"Kami telah menerima pengaduan dan penyelidikan telah dimulai," kata Imtiyaz Ismail Parray, seorang inspektur polisi senior di Kashmir.

Baca Juga: Kisah Ibu dan Anak Baru Bertemu Usai Terpisah 2 Tahun karena COVID-19

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya