Layanan Internet Yaman Kembali Aktif Usai Padam 4 Hari

Warga mengaku kesulitan menjalani rutinitas akibat pemadaman

Jakarta, IDN Times – Layanan internet Yaman kembali dipulihkan pada Selasa (25/1/2022) setelah sebelumnya sempat padam selama 4 hari. Pemadaman itu terkait dengan serangan udara koalisi pimpinan Saudi yang merusak fasilitas telekomunikasi.

Mengutip Reuters, Observatorium pemblokiran internet NetBlocks mengatakan pada hari Selasa bahwa layanan mulai dipulihkan.

Kementerian Komunikasi kelompok Houthi membenarkan hal tersebut dengan mengatakan bahwa layanan internet kembali normal setelah dilakukan perbaikan di keseluruhan provinsi. Dalam Twitternya, wakil menteri luar negeri Houthi Hussein al-Ezzi memuji upaya perbaikan tersebut.

1. Kondisi warga selama pemadaman internet 

Layanan Internet Yaman Kembali Aktif Usai Padam 4 HariSeorang warga Yaman berjalan di bawah puing-puing reruntuhan bangunan. (Via Twitter/UN Human Rights)

Dilansir Al Jazeera, pemadaman selama 4 hari tersebut cukup menghambat aktivitas sehari-hari warga Yaman. Sebab, banyak mata pencaharian yang bergantung pada internet, dan beberapa perusahaan yang terdampak terpaksa menghentikan komunikasi dengan klien dari luar negeri.

Seorang warga Kota Sanaa bernama Majid Abdullah menuturkan, dia tidak dapat menerima uang yang dikirim kerabatnya dari Arab Saudi karena hilangnya koneksi internet.

“Saya tidak tahu harus berbuat apa. Kami makan dan minum dari (uang yang dikirim) ekspatriat,” tuturnya.

Ribuan tenaga kerja Yaman di luar negeri mengandalkan panggilan video untuk berkomunikasi dengan keluarga mereka. Mereka kehilangan kontak dengan keluarga sejak pemadaman internet berlangsung.

Muammar Abdullah, seorang Yaman yang tinggal di Arab Saudi mengatakan dia tidak dapat berinteraksi harian dengan keluarganya di Kota Sanaa dan harus melakukan panggilan internasional yang biayanya sangat mahal.

Sementara itu, Maha Muhammad yang juga berbasis di Sanaa mengatakan, dia beralih ke televisi setelah terputus dari obrolan internetnya dengan teman dan keluarga.

“Kami kembali menonton televisi untuk mengikuti berita. Saya dulu mengandalkan situs web dan situs jejaring sosial untuk perkembangan perang terbaru,” katanya.

2. Pemadaman internet memicu kemarahan  

Baca Juga: UNICEF: 17 Anak Terbunuh di Perang Yaman pada Januari 2022

Pemadaman internet menyebabkan kemarahan di kalangan pengamat Yaman dan pengguna media sosial. Mereka mengeluh bahwa pemerintah tidak memberikan perhatian serius terhadap kondisi “kegelapan” yang terjadi di seluruh negeri tersebut.

Shireen Al-Adeimi, asisten profesor di Michigan State University, mengungkapkan kekecewaannya pada reaksi yang diredam dari peristiwa mengerikan di Yaman yang diterima dari penyedia berita.

“Saya masih berpikir bahwa 24 jam yang lalu, Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Uni Emirat Arab menonaktifkan layanan internet seluruh negara sambil melakukan berbagai pembantaian di sekitar Yaman dan ini tidak menjadi berita utama di mana-mana,” cuit Al-Adeimi pada 22 Januari lalu.

Sementara itu, peneliti Yaman Afrah Nasser meminta pengguna media sosial untuk men-tweet tentang perkembangan di Yaman dan meningkatkan kesadaran tentang pemadaman internet.

3. Serangan terhadap fasilitas komunikasi menimbulkan sejumlah korban 

Layanan Internet Yaman Kembali Aktif Usai Padam 4 HariIlustrasi Mayat (IDN Times/Mardya Shakti)

Serangan udara koalisi terhadap fasilitas komunikasi Yaman di Hodeidah terjadi pada Jumat (21/1/2022). Serangan itu menewaskan tiga orang anak.

Serangan udara itu bertepatan dengan serangan yang terjadi di sebuah penjara Kota Saada yang dikuasai Houthi pada Jumat. Serangan itu berhasil menewaskan sedikitnya 70 orang dan melukai lebih dari 100 orang. Sementara, koalisi yang dipimpin Saudi membantah membom penjara.

Serangan tersebut juga terjadi beberapa hari setelah kelompok Houthi melancarkan serangan terhadap Abu Dhabi dengan drone. Kejadian itu kemudian menimbulkan ancaman pembalasan serta kecaman dari dunia internasional.

Perang Yaman telah dimulai pada tahun 2014 ketika kelompok Houthi merebut ibu kota Sanaa dan sebagian besar wilayah lainnya. Houthi didukung oleh Iran, sementara pemerintah Yaman didukung oleh koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi.

Organisasi hak asasi manusia menuduh pihak koalisi, pemberontak, dan lainnya yang terlibat dalam pertempuran itu telah melakukan pelanggaran besar. Sementara itu, PBB menyebut perang Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Baca Juga: 7 Fakta Yaman, Negara yang Disebut sebagai Tanah Para Waliyullah

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya