Pengungsi Kamerun Lahirkan Bayi Kembar Usai Jalan 3 Hari

Sempat merasa kesakitan selama dalam perjalanan

Jakarta, IDN Times – Seorang pengungsi asal Kamerun bernama Fatime Eliane melahirkan di Chad usai berjalan kaki selama tiga hari. Eliane dilaporkan berjalan kaki dan berkano dari negara asalnya untuk menghindari konflik yang terjadi antara penggembala dan petani-nelayan di Kamerun utara.

Ibu tujuh anak berusia 32 tahun tersebut melahirkan anak kembar tiga setelah beberapa minggu tiba di Chad. Dia melahirkan di Rumah Sakit di ibu kota N'Djamena, seperti yang dikutip dari Reuters, Kamis (27/1/2022).

1. Berjalan kaki selama masa hamil 

Eliane mengaku, selama hamil di Kamerun, dia tidak merasakan bahwa sedang hamil anak kembar tiga. Meski begitu, secara fisik dia merasa kesakitan ketika dalam perjalanan menuju Chad. Dia saat ini berada di kamp pengungsian di luar kota N'Djamena.

Eliani melarikan diri sebuah desa pertanian dan nelayan etnis Mousgom sejak bulan lalu ketika diserang oleh penggembala Choa Arab. Dia menuturkan, penggembala tersebut membakar rumah tetangganya.

Mereka kemudian mengungsi ke Chad, di mana negara tersebut membuka pintu lebar untuk pengungsi. Menurut laporan Badan Pengungsi PBB (UNHCR) pada bulan Desember, 80 persen pengungsi di Chad merupakan anak-anak dan wanita.

2. Kesulitan membiayai anak-anaknya di pengungsian

Pengungsi Kamerun Lahirkan Bayi Kembar Usai Jalan 3 HariIlustrasi Kemiskinan (IDN Times/Arief Rahmat)

Suami Eliani dan tiga anak tertuanya saat ini masih berada di Kamerun. Mereka mencari perlindungan di kamp-kamp internal. Sementara, Eliane saat ini di Kamp Chad harus memenuhi konsumsi ketujuh anaknya dengan jatah terbatas yang diberikan pada setiap pengungsi.

"Kelahiran si kembar tiga adalah berkah, tetapi saya sangat khawatir karena kami tidak punya makanan atau uang," kata ibu mertuanya, Mariam Abakar, yang kemudian bergabung dengan Eliane di kamp tersebut.

Lebih lanjut dia mengatakan, tanpa bantuan dari pihak berwenang, mereka tidak akan dapat menemukan makanan untuk ibu dan bayinya yang baru lahir. Eliani berharap bisa mengumpulkan uang dari hasil menjual kue di pasar lokal yang tak jauh dari kamp pengungsi.

Baca Juga: Kamerun: Kerusuhan di Stadion Olembe, 8 Suporter Tewas

3. Konflik penggembala dan petani di Kamerun 

Pengungsi Kamerun Lahirkan Bayi Kembar Usai Jalan 3 HariIlustrasi Penembakan (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut UNHCR, lebih dari 100.000 warga Kamerun melarikan dari konflik yang telah menewaskan puluhan orang tersebut. Konflik pecah disebabkan perselisihan mengenai sumber daya air yang semakin menipis.

Konflik pertama kali pecah pada bulan Agustus di mana 45 orang tewas kala itu. Pada Minggu 5 Desember, sedikitnya 22 orang tewas dan 30 lainnya terluka parah selama beberapa hari pertempuran.

Krisis iklim menjadi pemicu utama dari kelangkaan air yang kemudian berimbas pada konflik tersebut. Dalam beberapa dekade terakhir, volume air danau Chad menurun hingga 95 persen.

Nelayan dan petani telah menggali parit yang luas untuk menampung sisa air sungai sehingga mereka dapat menangkap ikan dan bercocok tanam. Tapi parit berlumpur kerap menjebak dan membunuh ternak milik penggembala yang kemudian memicu ketegangan dan perkelahian.

Baca Juga: Kamerun: Nelayan-Penggembala Terlibat Bentrokan

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya