PM Lebanon Tak Ingin Maju Pemilu Parlemen: Untuk Generasi Baru

Beberapa politisi Sunni lainnya juga tidak ikut pencalonan

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, mengatakan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri kembali dalam pemilihan parlemen yang dijadwalkan pada 15 Mei mendatang.

Pernyataan itu ia ungkapkan dalam sebuah pidato di televisi pada Senin (14/3/2022). Mundurnya Mikati dari pemilihan mendatang membuat politik Muslim Sunni di Lebanon semakin tidak menentu dua bulan menjelang pemungutan suara.

Pemilihan itu dianggap penting untuk menghidupkan kembali kehidupan publik di Lebanon pada tahun ketiga krisis keuangan, seperti yang dilaporkan Reuters.

1. Ingin memberi ruang bagi generasi baru 

PM Lebanon Tak Ingin Maju Pemilu Parlemen: Untuk Generasi BaruNajib Mikati, Perdana Menteri Lebanon (Twitter/Najib Mikati)

Kendati tidak akan maju dalam pemilihan mendatang, Mikati tetap berjanji untuk berusaha menarik Lebanon dari jurang krisis ekonomi. Krisis telah membuat hampir 75 persen penduduk Lebanon berada dalam kemiskinan, dilansir Al Jazeera.

Selain itu, Mikati juga mendorong rakyat Lebanon agar tetap ikut memilih di dalam pemilihan dan mengatakan bahwa tujuan pengunduran dirinya adalah untuk memberikan kesempatan bagi generasi baru dalam politik.

Sebagai informasi, sistem politik di Lebanon menghendaki pembagian kekuasaan berdasarkan sekte. Perdana menteri harus selalu Sunni, presiden seorang Kristen Maronit, dan ketua parlemen seorang Muslim Syiah.

Baca Juga: Menlu Kuwait: Lebanon Tidak Boleh Jadi Platform Agresi

2. Saad Hariri juga menyatakan mundur

PM Lebanon Tak Ingin Maju Pemilu Parlemen: Untuk Generasi BaruSaad Hariri, mantan perdana menteri Lebanon (twitter.com/Saad Hariri)

Mantan PM Lebanon, Saad Hariri, juga telah menyatakan untuk mundur dari pemilihan mendatang. Pengundurannya dia umumkan pada Januari bersama dengan partai Future Movement-nya, di mana saat ini memiliki sekitar 20 anggota di parlemen.

Hariri adalah politikus Sunni papan atas di Lebanon. Dia adalah anak dari mantan PM Lebanon, Rafik Hariri, yang dibunuh pada 2005. Saad Hariri pernah menjabat sebanyak tiga periode.

Pengundurannya dari politik karena hubungannya dengan Arab Saudi memburuk. Dia disebut tidak mampu membendung pengaruh Hizbullah, yang didukung Iran, di Lebanon.

3. Komunitas Sunni sedang kekosongan politik 

PM Lebanon Tak Ingin Maju Pemilu Parlemen: Untuk Generasi BaruSaad Hariri (kanan) saat bertemu dengan Perdana Menteri Najib Mikati (kiri). (twitter.com/Saad Hariri)

Politikus Muslim Sunni lainnya, mantan perdana menteri Tammam Salam, juga mengatakan dia tidak akan mencalonkan diri sebagai anggota parlemen.

Analis mengatakan ada kekosongan politik untuk komunitas Sunni, yang mewakili sekitar sepertiga dari populasi.

Semua kursi legislatif di Lebanon yang beranggotakan 128 orang juga dialokasikan oleh sekte agama, di mana 27 kursi disisihkan untuk Sunni, yang sebagian besar sekarang diperebutkan.

Keputusan beberapa politisi Sunni untuk tidak ikut dalam pemilihan menimbulkan kekhawatiran akan potensi boikot pemungutan suara oleh Muslim Sunni yang dapat merusak pemilihan. Meski begitu, beberapa calon dari Sunni lainnya masih ikut dalam tahap pencalonan.

Baca Juga: Sekjen Hizbullah Lebanon Tuduh Arab Saudi Kirim Teroris ke Irak

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya