UE Peringatkan Perang Rusia-Ukraina Dapat Sebabkan Kelaparan Global
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pejabat Uni Eropa (UE) di Brussels pada Senin (21/3/2022) memperingatkan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina dapat menyebabkan kelaparan global. Hal itu dilihat karena peran kedua negara tersebut sebagai eksportir pertanian utama.
“Konflik akan membawa risiko kelaparan, berdampak pada ketahanan pangan tidak hanya di Eropa tetapi juga di seluruh dunia,” kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian saat menghadiri pertemuan terpisah dengan rekan-rekan Uni Eropa-nya di Brussel, dilansir The Straits Times.
"Kita perlu mengangkat isu ketahanan pangan global karena kita tahu skala produksi sereal, terutama dari Ukraina dan Rusia, dan kita melihat konsekuensi dari perang," tambah Le Drian.
Baca Juga: Uni Eropa: Pengungsi Anak-Anak Rentan Jadi Korban Perdagangan Orang
1. UE berupaya meningkatkan pertanian domestik
UE saat ini sedang berupaya untuk meningkatkan area tanah untuk produksi pertanian dan mengurangi pembatasan impor pakan ternak. Blok itu juga memberi lebih banyak bantuan langsung kepada petani, kata Kementerian pertanian saat mengadakan pertemuan pada Senin.
Ukraina dan Rusia adalah salah satu pengekspor terbesar bahan makanan dan pupuk pertanian, terutama gandum, jagung, lobak, biji bunga matahari, dan minyak bunga matahari. Rusia juga merupakan pemasok pupuk nitrogen terbesar dan pupuk kalium dan fosfor terbesar kedua.
Beberapa ekspor pasokan terhenti akibat akses Ukraina ke pelabuhannya yang terputus oleh invasi Rusia. Demikian juga Rusia yang semakin terisolasi dari pasar ekspor karena seluruh ekonominya berada di bawah tekanan sanksi. Pasokan pangan menyusut dengan cepat.
Baca Juga: Krisis Pangan Global Mengancam Dunia Imbas Invasi Rusia
2. Harga pangan mulai melonjak
Editor’s picks
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pekan lalu mengatakan bahwa harga internasional untuk biji-bijian dan pupuk bisa melonjak antara 8 persen dan 22 persen imbas dari konflik kedua negara.
Harga bahan bakar yang sangat tinggi, yang diperlukan untuk mengirimkan pasokan melalui laut, juga disebut hanya akan menambah masalah, di mana negara-negara yang rentan menanggung bebannya, kata FAO.
Diperkirakan jumlah orang yang kekurangan gizi dapat meningkat dari delapan juta menjadi 13 juta orang selama tahun ini dan tahun depan, terutama di Asia-Pasifik, Afrika sub-Sahara, Timur Tengah dan Afrika Utara.
Baca Juga: Krisis Pangan, Pengungsi Palestina Butuh Bantuan Keuangan Mendesak
3. Beberapa negara mengalami krisis karena mengimpor bahan pokoknya
Oxfam, badan amal yang berbasis di Inggris, mencatat bahwa makanan pokok seperti roti tidak terjangkau di banyak negara berpenghasilan rendah karena gandum diimpor.
Mesir salah satunya, negara yang mengimpor 80 persen gandumnya, saat ini mengalami krisis akibat konflik Rusia dan Ukraina. Negara itu berupaya untuk lepas dari ketergantungan impor kedua negara dengan meningkatkan produksi dalam negeri, dilansir Middle East Eye.
Dalam sebuah pernyataan, Oxfam mendesak pemerintah untuk mengatasi kesenjangan dan menyalurkan bantuan untuk orang-orang yang menghadapi kelaparan parah.
Menteri Pertanian Austria, Elisabeth Koestinger, berasumsi bahwa dalam beberapa bulan ke depan mereka akan kekurangan sereal sebagai sumber makanan pokok. Itu penting untuk bantuan pangan di seluruh dunia, kata Koestinger.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.