Warga Goma Protes Penempatan Polisi Rwanda di Kongo

Polisi menembakkan peluru tajam ke arah pengunjuk rasa

Jakarta, IDN Times – Ratusan warga Goma turun ke jalan pada Senin (20/12/2021) untuk memprotes kedatangan pasukan keamanan Rwanda di Republik Demokratik Kongo (DRC). Bentrokan meletus antara pemuda dan polisi dan menewaskan setidaknya empat orang termasuk seorang bayi sedangkan 12 lainnya terluka.

"Di negara kami, kami memiliki tentara yang baik dan kekuatan polisi yang baik, tetapi kami tidak mengerti mengapa Rwanda akan datang dan mengamankan kami di sini di negara kami,” kata seorang pengunjuk rasa dikutip dari Africanews.

1. Polisi tembakkan peluru tajam dan gas air mata 

Warga Goma Protes Penempatan Polisi Rwanda di KongoIlustrasi Penembakan (IDN Times/Mardya Shakti)

Pada pagi hari, demonstran mulai berkumpul untuk melakukan aksi dengan membakar ban di jalan-jalan utama ibu kota provinsi Kivu Utara, yang berbatasan dengan Rwanda. Polisi berusaha membubarkan massa dengan menembakkan peluru tajam dan gas air mata.

Kepala polisi provinsi Kivu utara, Jenderal Sylvain Ekenge, mengatakan bahwa dua petugas penegak hukum tewas dan dua lainnya terluka parah. Sementara itu, kepala polisi Kivu utara, Abba Van mengatakan pengunjuk rasa menyerang pos keamanan dan mencuri senjata dari tangan polisi.

"Seorang inspektur polisi tewas. Mayatnya ada di kamar mayat. Dia ditembak mati di pos layanannya," kata Van kepada wartawan, dikutip dari Reuters. Dia juga menambahkan bahwa seorang petugas polisi lainnya terluka parah dan beberapa pengunjuk rasa juga terluka.

2. Seorang warga sipil ditembak mati 

Warga Goma Protes Penempatan Polisi Rwanda di KongoIlustrasi Mayat (IDN Times/Mardya Shakti)

Seorang pemimpin lingkungan dan sumber polisi yang meminta namanya tidak disebutkan mengatakan bahwa seorang pengunjuk rasa yang merupakan pengendara sepeda motor telah ditembak mati dalam aksi protes itu.

Sementara itu, manajer rumah sakit CBCA di Distrik Ndosho, Serge Kilumbiro, mengatakan bahwa satu orang tewas di rumah sakit yang merupakan seorang anak berusia kurang dari satu tahun yang ditembak di punggung ibunya yang terluka. Total korban dari pihak warga sipil sebanyak dua orang dan dari polisi juga demikian.

Aksi protes pada hari Senin juga dirangkaikan dengan aksi “kota mati” yang dipicu untuk memprotes peningkatan kekerasan di Kongo. Aktivitas di kota tetap lumpuh sepanjang hari, dengan jalan-jalan dibarikade, toko, bank, sekolah, dan pasar pusat ditutup.

Baca Juga: Pasukan Uganda Masuki Kongo, Presiden: Hanya Sementara

3. Menentang kekerasan yang terjadi selama seperempat abad 

Warga Goma Protes Penempatan Polisi Rwanda di KongoIlustrasi Penembakan (IDN Times/Arief Rahmat)

Pengunjuk rasa menyerukan upaya tanpa kompromi dari dampak keadaan pengepungan yang diumumkan pada awal Mei di Kivu Utara dan provinsi tetangganya, Ituri, dalam upaya untuk mengakhiri kekerasan kelompok bersenjata yang telah melanda bagian timur negara itu lebih dari seperempat abad.

Mereka juga mengatakan sangat menentang masuknya polisi Rwanda ke kota Goma. Penempatan polisi Rwanda merupakan bagian dari nota kesepahaman yang ditandatangani awal pekan lalu di Kigali oleh polisi Rwanda dan DRC untuk kerja sama lintas batas yang lebih baik guna memerangi berbagai bentuk kejahatan.

Sementara itu pada hari Sabtu, komisaris umum polisi nasional Kongo membantah masuknya polisi Rwanda ke Kongo dan mengatakan tidak ada polisi luar yang akan datang ke Goma. Dia menyebut tuduhan itu sebagai tuduhan palsu.

Baca Juga: Sadis! 21 Pegawai WHO Lakukan Pemerkosaan di Kongo Saat Wabah Ebola

Zidan Patrio Photo Verified Writer Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya