Profesor Cornell University & Fahri Hamzah Kritik Pidato Pribumi Anies

Pidato pribumi sampai menarik perhatian seorang profesor luar negeri!

Baru sehari menjabat, Anies Baswedan sebagai Gubernur baru DKI Jakarta sudah menuai kritik pedas dari berbagai kalangan masyarakat di Indonesia. Setelah menjadi sorotan terkait penggunaan diksi "pribumi" oleh Anies Baswedan saat memberikan pidato pertama setelah dilantik pada Senin (16/10), banyaknya kritikan dan kecaman terhadap Anies yang dari dalam negeri saja bahkan luar negeri. 

Tak hanya kritikan, ia juga dihadiahi dengan laporan kepolisian oleh seorang inisiator Gerakan Pancasila Jack Boyd Lapian yang didampingi oleh organisasi sayap PDI Perjuangan, Banteng Muda Indonesia. Menariknya lagi, setelah kejadian tersebut elit politisi dari partai Gerindra sekaligus menjabat sebagai Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah dan Profesor Tom Pepinsky di Universitas Cornell juga ikut mengkritisi terkait penggunaan diksi "Pribumi" tersebut. 

Professor Thomas Pepinsky menilai pidato Anies kuranglah tepat.

Profesor Cornell University & Fahri Hamzah Kritik Pidato Pribumi Anieshttp://government.cornell.edu

Bagi yang belum tahu, Thomas Pepinsky adalah seorang Profesor sekaligus menjadi Dosen Program Asia Tenggara di Cornell University. Dalam studinya, ia mempelajari politik komparatif dan ekonomi politik, dengan fokus pada ekonomi pasar negara berkembang di Asia Tenggara. Riwayat sekolahnya paling terakhir adalah sudah menerima gelar Ph.D. dalam ilmu politik dari Yale University pada bulan Mei 2007 lalu, dan saat ini tengah bergabung dengan fakultas Cornell sejak di tahun 2008.

Dalam pidato Anies, ia menilai Anies menunjukkan dukungan terhadap kaum intoleran dan menyesalkan pernyataan yang disampaikan pada saat yang sedianya menjadi momentum bagi gubernur baru untuk merangkul semua pihak pasca pertarungan sengit Pilkada Jakarta April lalu. Menariknya, di dalam opininya yang dipublikasi di laman newmandala.org, 17/10/2017 menjelaskan ada 3 kajian penting di dalam pidato tersebut.

[http://www.newmandala.org/jakartas-new-governor-doubles-identity/

Yang pertama, Anies kembali mempersoalkan warisan kolonial hampir setelah 70 puluh tahun Indonesia merdeka. Anies mampu menyusun pesan politik yang kuat untuk menyerukan kepada pendukungnya mengenai dampak sosial ekonomis dari kolonialisme, pada titik ini, dia atau siapa pun yang menyusun pidatonya, memang benar percaya bahwa pesan ini masih bergema, dan menurut pandangan saya, ia benar," kata Pepinsky.

Yang Kedua, konteks kolonialisme dalam pidato itu tidak cocok diutarakan Anies yang menjadi gubernur. Menurutnya, pidato seperti itu cocok kalau diutarakan seorang presiden. "Pidato ini seperti layaknya seorang calon yang menyiapkan diri untuk pemilihan presiden 2019 dan menempatkan Jakarta sebagai pusat politik dan menempatkan dirinya sendiri sebagai politisi nasional". Indikasi itu diperkuat dengan banyaknya kutipan-kutipan bahasa daerah seperti Aceh, Batak, Banjar, Madura, Minahasa, Minang, dalam pidato Anies. Melalui kutipan-kutipan memakai bahasa daerah itu, dia memberikan pesan bukan hanya pada pendukungnya di Jakarta, tapi di seluruh Indonesia yang seakan-akan  'saya juga berbicara kepada Anda'," tulis Pepinsky.

Yang Ketiga, Setiap orang Indonesia yang mendengar pidato ini akan mengerti bahwa penggunaan diksi targetnya adalah etnis Cina Indonesia. Secara khusus, pidato ini mengaitkan etnis Cina Indonesia dengan masa lama kolonial dan peninggalannya dalam politik sehari-hari, Dengan penggunaan diksi mengacu pada keturunan pendatang asing: Cina, Arab, India, Eropa dan yang lainnya. 

"Anies tampaknya lupa bahwa ia sendiri adalah keturunan Hadrami. Atau mungkin, ia tidak lupa sama sekali namun ia tahu bahwa elite kaya Arab Indonesia tidak pernah mengalami diskriminasi seperti yang dihadapi etnik Cina Indonesia di kota-kota seperti Jakarta," tulis Pepinsky.

Fahri Hamzah menilai pidato Anies tidak tepat bila menggunakan pilihan kata yang merujuk pada sebuah identitas.

https://www.youtube.com/embed/emlMsX7HDXk

Meski begitu di kesempatan yang berbeda, Fahri mengkritik pidato Anies tadi dengan dua hal yang dia kritik yaitu orang yang berpidato dan orang yang mendengarkan pidato. Untuk yang berpidato, Fahri mengkritik supaya jangan terlalu romantis dalam berpidato.

"Kalau pidato yang teknis saja. Dalam hal ini ikut Ahok lah. Benar, Ahok ini teknis saja, bahkan tak usah banyak ngomong, teknis saja‎. Yak‎inkan orang bikin ini, bersihkan ini, bersihkan itu. Itu aja," terangnya.

Seperti ini video ucapan secara langsung yang dilontarkan oleh Fahri Hamzah.

https://www.youtube.com/embed/8Nbkax1sj2w

Selain Kritikan dari Fahri Hamzah, Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii Maarif juga ikut menyesalkan dengan adanya polemik yang sebenarnya tidak terjadi.

"Jangan diucapkan lah hal-hal itu, hati-hati. Sesuatu yang peka, yang bisa menjadi polemik jangan diucapkan lagi. Omong soal pribumi ini sulit, "Misalnya saja saya, mungkin saya ini ada unsur Vietnamnya. Ada juga keturunan Arab, ada keturunan Pakistan. Jadi sesungguhnya siapa yang pribumi, tidak perlu diucapkan lah" Kata Buni kepada kepada wartawan di Kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Selasa 17 Oktober 2017, yang dikutip tempo.co

Menurut Buya Syafii, Anies Baswedan harus lebih santun dalam berpolitik. Seorang pemimpin, kata Buya Syafii, harus hati-hati dalam bercakap dan bersikap ke publik. Jangan sampai apa yang diucapkan pejabat tersebut, kata Buya Syafii, menjadi polemik dan memunculkan kegaduhan di tengah masyarakat.

Zother Veregrent Photo Verified Writer Zother Veregrent

Pria musim semi yang Ambivert

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya