[OPINI] Tinggalkan Politik Emosional, Sambut Politik Substantif

Gak selamanya politik itu jahat

Kurang dari satu tahun lagi Indonesia akan menggelar pesta demokrasi terbesar, mengapa begitu? Karena pada pemilu 2019 merupakan pertama kali pemilihan diadakan serentak yakni tidak hanya memilih calon presiden dan calon wakil presiden sebagai eksekutif melainkan juga ikut memilih para calon wakil rakyat sebagai legislatif.

Masa kampanya merupakan waktu yang tepat untuk "mempromosikan" diri masing-masing calon baik eksekutif maupun legislatif, kampanye damaipun telah dideklarasikan oleh kedua kubu untuk menciptakan kondisi yang kondusif jelang pemilu 2019.

Ironisnya, masih saja ada kegiatan kampanye yang sepenuhnya untuk "mempromosikan" diri sendiri, malah cenderung membahas hal-hal yang sifatnya bukan substantif melainkan emosional belaka. Masyarakat butuh kampanye substantif agar tahu program kerja apa serta capaian apa yang ingin dicapai apabila terpilih menjadi presiden dan wakil presiden periode mendatang.

1. Politik merupakan proses pembelajaran di dalam demokrasi

[OPINI] Tinggalkan Politik Emosional, Sambut Politik Substantifunsplash.com/rawpixel

Di dalam dunia demokrasi, politik merupakan hal yang wajar dan lumrah terjadi. Dengan politik kita semua dapat mengetahui bagaiaman jalannya roda pemerintahan beserta struktur pemerintahan. Politik bukan hanya sebagai gimmick belaka melainkan sebuah proses menuju demokrasi  yang sehat.

Mungkin satu atau dua kali pernah di antara kita tertipu dengan janji manis para politisi, kita dapat pula "menghukumnya" dengan tidak memilih partai pendukungnya atau mungkin pernah juga menjatuhkan pilihan yang tepat karena memilih seorang politisi yang jujur, maka kita dapat memilihnya kembali sebagai sebuah penghargaan.

Itulah politik yang sebenarnya, bukan asal memilih calon politisi atau calon pejabat melainkan harus jeli. Itu juga makna sebenarnya dari demokrasi yakni dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Karena setiap suara yang diberikan pemilih akan menentukan nasib sebuah bangsa ke depannya.

2. Politik bukan tempat untuk suatu hal yang percuma

[OPINI] Tinggalkan Politik Emosional, Sambut Politik Substantifunsplash.com/Randy Colas

Politisi bisa menjadi representasi dari keberadaan politik di negeri ini, tingkah lakunya pun akan menjadi sorotan media massa dan tentunya masyarakat. Seorang politisi seharusnya dapat menjadi role model bagi masyarakat, permasalahannya adalah tidak semuanya seperti itu.

Dalam hal berkampanye misalnya, seorang politisi harus memberikan materi kampanye yang sifatnya berfokus pada hal-hal substantif, bukan hanya mendongkrak popularitas saja.

Kampanye substantif sederhana sebenarnya, bisa dimulai dengan dialog atau diskusi megenai solusi yang ditawarkan serta masuk akal bukan sekadar tipu muslihat atau juga bisa membahas sederet program kerja agar masyarakat semakin mantap dalam menentukan pilihannya.

3. Politik merupakan salah satu cara merubah nasib bangsa

[OPINI] Tinggalkan Politik Emosional, Sambut Politik Substantifunsplash.com/Nick Agus Arya

Politik memang bukan sebuah cara mutlak untuk merubah nasib suatu bangsa, tetapi politik merupakan salah satunya. Dengan kita memberi suara kepada calon eksekutif dan calon legislatif dengan bijak, maka di titik itulah politik akan memberikan kekuatannya.

Politik bagaikan dua mata pisau, bisa berakibat baik atau bisa juga berakibat buruk. Semua tergantung kita sebagai masyarakat dalam menggunakan hak pilih kita.

Baca Juga: [OPINI] Film The Book Thief dan Ketakutan Fasisme terhadap Buku

Agung Destian Putra Photo Verified Writer Agung Destian Putra

Merangkai sebuah kata menjadi tulisan yang informatif merupakan definisi menulis bagi saya.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya