Pemilu: Sarana Pembelajaran Pemuda Indonesia untuk Berpikir Objektif

4 bulan lagi Pemilu 2019, apa kabar milenial?

April 2019 akan menjadi bagian dari sejarah di mana rakyat Indonesia berhak menggunakan hak pilihnya dalam menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin Indonesia selanjutnya.

Pemuda Indonesia memiliki peran penting dalam penentuan tersebut. Pasalnya, menurut komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi, menyebutkan bahwa pemilih milenial menurut data KPU, jumlahnya mencapai 40 persen dari sekitar 192 juta pemilih. Maka tidak heran, apabila kedua pasangan calon berlomba-lomba dalam ‘mencuri hati’ para milenial dengan membawa visi akan menggaet mereka yang masih muda untuk berkolaborasi dalam membangun Indonesia di periode selanjutnya.

Generasi milenial kemudian mau-tidak mau diajak berpikir kritis dan objektif dalam melihat rekam jejak kedua pasangan calon, mempertimbangkan visi dan misi yang mereka bawa, dan bersikap bijak dalam menanggapi pemberitaan di media yang sering dipertanyakan validitasnya. Kedua pasangan calon juga terlihat kegigihannya dalam menawarkan ide dan gagasannya kepada masyarakat, terutama para milenial, melalui juru bicara dan para politisi yang masih muda dan dianggap dapat mempengaruhi keberpihakan para milenial dengan figur yang cerdas, vokal, dan berbobot.

Milenial kemudian terbagi menjadi dua kubu. Kubu pertama adalah mereka yang bertahan di sisi petahana, dengan segala argumennya mengagungkan keberhasilan Bapak Joko Widodo dalam mengembangkan ekonomi Indonesia melalui penyediaan dan pemerataan pembangunan yang berfokus pada infrastruktur. Sebab menurut mereka, infrastruktur adalah sarana yang memfasilitasi seluruh aktivitas masyarakat. Infrastruktur yang baik akan menekan biaya produksi dalam hal pengadaan logistik yang akan berimbas pada harga penjualan barang. Seperti halnya di 9 titik pedalaman Papua sejak tahun 2016, harga bensin tidak lagi mencapai Rp100.000/liter melainkan tidak jauh berbeda dengan harga di Jawa, yaitu sekitar Rp6.500/liter untuk premium dan Rp5.200/liter untuk solar.

Kubu yang kedua adalah mereka yang berada di kubu oposisi, mencoba menawarkan solusi dari permasalahan-permasalahan yang terjadi di kepemimpinan Indonesia saat ini. Salah satu permasalahan yang mereka angkat adalah pembangunan yang dilakukan di Indonesia saat ini, tidak dapat menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Pembangunan infrastruktur dinilai sebagai kebijakan yang kurang tepat dalam menentukan prioritas pembangunan yang menjawab permasalahan kemiskinan di Indonesia. Menurut kubu yang mencalonkan Bapak Prabowo Subianto, pendidikan adalah prioritas yang dianggap tepat karena pendidikan yang akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan menjadi investasi terbesar untuk membangun Indonesia di masa depan.

Setiap pasangan calon memiliki kekhasan dalam berideologi yang dituangkan menjadi perencanaan dan kebijakan di periode yang akan datang. Tentunya masing-masing dari mereka juga memiliki idealisme yang tinggi dalam mewujudkan Indonesia yang sejahtera. Pemilihan umum di tahun 2019 mendatang menjadi pesta demokrasi yang nyata, terutama untuk para milenial yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya. Akan menjadi hal yang amat disayangkan, jika pemuda Indonesia menarik diri dari ikut berpartisipasi dalam politik, yakni memilih sesuai hati dan nurani mereka.

Kini media dibanjiri pemberitaan dan tayangan adu pemikiran antara para juru bicara. Berpikir objektif menjadi hal yang perlu dijunjung tinggi oleh para pemilih supaya hak pilih yang mereka punya tidak digunakan secara serta merta karena “saya suka dengan figur A” atau “saya ‘kan partisan dari partai B” maka kemudian “saya pilih yang saya suka aja, visi misi mah urusan belakangan.”

Selamat berpikir kritis dan objektif yaa, milenial! Jangan sampai golput, karena suara kitalah yang menentukan masa depan Indonesia.

Baca Juga: [OPINI] Tinggalkan Politik Emosional, Sambut Politik Substantif

Aisyah Nuraeni Nunie Photo Writer Aisyah Nuraeni Nunie

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya