[OPINI] Pemandangan Politik dan Kaum Millennial di Tahun 2019
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tahun 2019 akan berlangsung Pemilihan Umum secara serentak, mulai dari Pemilihan Presiden (Pilpres) sampai Pemilihan Legislator (Pileg). Persiapan sudah dilakukan sejak awal Agustus 2018. Dimulai dari pendaftaran bakal calon legislator, bakal calon Presiden dan Wakil Presiden, sampai pengesahan calon.
Tentunya Pemilu serentak tahun 2019 nanti adalah awal dari penerapan peraturan dan undang-undang yang baru, parpol peserta pemilu harus bisa menyesuaikan strategi politiknya. Perubahan kebijakan politik di tahun 2019 tentunya membawa perubahan pandangan di Negara ini.
Tentunya perubahan ini dipengaruhi oleh kondisi politik kita di tahun-tahun sebelumnya. Ada beberapa hal baru dan/atau hal yang diperbarui dalam rangka menjelang pemilihan umum serentak. Seakan pandangan pemilihan umum tahun 2019 akan berbeda sekali dari tahun-tahun sebelumnya. Berikut ulasannya:
2. Kaum millennial merupakan bonus demografis bagi partai politik
Sebelum kita masuk pada pembahasan, kita urai dulu istilah kaum millennial. Kaum ini merupakan generasi muda masa kini yang saat ini berusia antara 15–34 tahun. Akhir-akhir ini istilah tersebut sering digunakan oleh politisi dalam menyusun strategi politik.
Target mendekati kaum millennial oleh sejumlah partai politik tidaklah salah. Karena jumlah kaum millennial pada pemilu 2019 menurut pengamat politik Voxpop Center Pangi S Chaniago jumlahnya mencapai 40%.
Kaum millennial sejatinya selalu up to date dengan informasi dan teknologi, memperbarui informasi sebagai wawasan, dan cara pandang dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang tengah berkembang. Begitu juga perihal pandangan politik, kaum ini sangat dipengaruhi oleh informasi yang berkembang melalui media sosial.
Editor’s picks
Selain itu, semangat dan loyalitas millennials sangat tinggi. Bahkan banyak partai politik yang memiliki afiliasi dengan organisasi berbasis kepemudaan. Hal ini baik bagi masa depan demokrasi di Indonesia. Karena akan ada kaderisasi.
Namun bila kaderisasi kaum millennial ini salah, akan berdampak buruk bagi demokrasi di Indonesia. Isu SARA dan perilaku politisasi identitas sangat memungkinkan terjadinya gesekan sosial. Yang jelas generasi millennial sangat menentukan dalam pemenangan politik di pemilu 2019 nanti, baik dengan cara sebagai relawan dalam dunia maya maupun dalam gerakan relawan di dunia nyata.
3. Pemandangan politik tahun 2019
Pemandangan politik di Indonesia pada pemilu tahun 2019 tentunya memiliki perubahan. Berkaca pada pemilu tahun 2014, di mana pemerintahan saat ini yang memenangi kontestansi, sangat dipengaruhi oleh gerakan relawan, bukan sekadar kekuatan dari komposisi koalisi partai pendukung.
Maka dalam hal ini Partai politik sama-sama menarik simpatisan dan pendukung dari kaum millennials sebagai relawan pemenangan.
Tidak hanya dalam tataran akar rumput pemilih dan relawan yang memobilisasi. Tokoh figur politik pun kini menampilkan kaum muda yang millennials dalam setiap even publik. Bahkan mengusung politisi millennials dalam setiap pemilihan di multi level.
Hal ini menyebabkan munculnya nama-nama pemuda baru dalam pemilu serentak di tahun 2019 nanti, atau bahkan cenderung mempersiapkan dan mengenalkan para pangeran dan putra mahkota di tiap-tiap partai politik.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.