5 Tahapanku Berjibaku dengan Pandemik COVID-19

#SatuTahunPandemik COVID-19

Satu tahun sudah kita resmi berada dalam situasi pandemik global COVID-19. Januari 2020, saat aku pertama kali membaca laporan penyebaran virus itu di Wuhan, China, sejujurnya sudah terbesit rasa takut di benak. Akan tetapi, kesibukan sehari-hari dan lokasi kejadian yang jauh membuatku sedikit lupa dengan ancaman itu

Sekarang, momen-momen tanpa pandemik itu terasa bak mimpi. Mirip lagu The Beatles, “Yesterday, all my problems seemed so far away….”

Terguncang

Kondisi mulai semakin mencekam ketika berbagai negara di seluruh dunia sudah mengkonfirmasi penjangkitan virus SARS-CoV-2, tapi Indonesia bergeming. Padahal negara tetangga seperti Vietnam dan Singapura telah mengambil tindakan untuk menghadapi penyakit tersebut.

Kita jadi bertanya-tanya, apa memang benar Indonesia yang kebal, atau ada yang salah dengan sistem penanganan kita? Di saat seperti ini, rasanya seolah everyman for themselves. Setiap orang harus melindungi diri mereka sendiri-sendiri.

Sebelum pemerintah mengkonfirmasi kasus pertama COVID-19 dan status pandemik global dicanangkan, aku memilih “lebih baik parno daripada menyesal”. Aku membeli masker dan hand sanitizer seperlunya. Beberapa minggu kemudian dua barang itu langka di pasaran. Teror itu tak terlihat tapi terasa nyata.

Menyangkal

Wajar jika pada kala itu banyak orang terserang panik. Aku pun tak terkecuali. Informasi tentang virus tersebut masih simpang siur, namun nyata sudah berapa jiwa yang terdampak. Apalagi tidak menutup kemungkinan virus itu sudah lebih lama bercokol di Tanah Air, meskipun pemerintah terus menampiknya hingga 2 Maret 2020.

Tetapi aku juga berusaha untuk tetap tenang dan rasional. Mencari informasi sebanyak mungkin, sambil berusaha berpikir optimis untuk mengurangi mental breakdown akibat kemungkinan-kemungkinan terburuk, prediksi pada ahli. Aku bahkan sempat kesal dengan informasi yang terkesan fear mongering alias menakut-nakuti. Sampai akhirnya menerima kenyataan bahwa fakta pahit itu benar adanya.

Marah

Di fase ini, apa pun yang kulakukan terasa mengkhawatirkan. Bekerja di kantor, dihantui rasa takut akan keselamatan diri. Bekerja dari rumah dihantui gaung pikiran negatif dan rasa sepi.

Setiap hari berita menunjukkan situasi yang semakin memburuk. Kejadian di sekitar pun memperlihatkan ancaman itu nyata adanya. Segalanya serba tak pasti. Dan hal ini rentan membuat emosi tidak stabil.

Depresi

Aku tahu aku tak sendiri. Ada jutaan manusia lain yang memiliki kekhawatiran sama. Semua bergelut dalam perang yang sama. Namun tetap saja aku hanya manusia biasa. Pergulatan mental, batin, dan beban hidupku valid, sama seperti orang-orang lainnya.

Perubahan pola hidup yang drastis, tekanan yang semakin tinggi untuk survive, semua terasa menyesakkan perasaan dan pikiran. Ditambah lagi di saat ini kita tak bisa mencari penghiburan seperti dahulu kala. Ketika liburan ke destinasi eksotis, atau berkumpul dengan teman-teman tersayang bisa jadi obat pelipur lara.

Menerima

Namun, perubahan ini juga membawaku dan jutaan orang lain menemukan berbagai hal baru. Berbagai inovasi anyar yang menyadarkan manusia bahwa ‘selalu ada jalan menuju Roma.’ Sudah tercatat dalam DNA manusia naluri resilient untuk bertahan dan berjuang.

Kita jadi tahu bahwa ada banyak hal yang tetap bisa berjalan mulus lewat bantuan teknologi. Para ilmuwan mulai mendapat pengakuan dan sorotan dengan temuan mereka di tengah masyarakat yang sebelumnya cenderung acuh pada ilmu pasti. Meskipun tetap saja sih ada golongan yang memilih apati, gak peduli, atau mau jalannya sendiri.

Bukan berarti kita harus lengah dan senang dulu. Masih ada banyak PR yang harus dikerjakan untuk mencapai kondisi ideal. Virus cacar saja butuh 200 tahun untuk bisa dientaskan dari dunia ini. Perjuangan umat manusia masih panjang.

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Baca Juga: Setahun Pandemik: Sulit Adaptasi, Stres, sampai Menjadi Lebih Kreatif

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya