Memperjuangkan Produk Ramah Lingkungan di Tengah Greenwashing

Slogan hijau hanya sebuah tempelan 

Terbuai dengan beragam produk yang kini gencar dengan konsep ramah lingkungan lantas kamu membelinya? Wah, ternyata kamu sudah terkena jebakan greenwashing. Merebaknya produk berbagai perusahan dengan slogan ramah lingkungan, melindungi bumi, dipenuhi dengan rangkaian warna hijau di kalangan generasi Milenial dan Gen Z menimbulkan berbagai masalah krusial yang mengikutinya.

Isu lingkungan yang mempunyai minat tersendiri pada generasi Milenial dan Gen Z membentuk sebuah animo yang patut diapresiasi. Di sisi lain, kepedulian dan semangat terhadap pelestarian lingkungan dimanfaatkan beberapa perusahaan untuk meraih cuan. Slogan ramah lingkungan yang diusung tersebut ternyata hanya omong kosong belaka.

Pada dasarnya greenwashing ialah suatu strategi marketing suatu perusahaan untuk memberikan citra yang ramah lingkungan, baik dari segi produk, nilai, maupun tujuan perusahaan tanpa benar-benar melakukan dan mewujudkan kegiatan yang berdampak bagi kelestarian lingkungan.

Strategi ini dapat dijalankan dalam bentuk iklan, kampanye, atau event yang bertemakan ramah lingkungan. Melalui citra ‘ramah lingkungan’ yang dibentuk ini, diharapkan konsumen memiliki pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan dibandingkan produk lain di sektor yang sama, sehingga perusahaan mengalami peningkatan profit.

Berbagai praktik greenwashing telah ditemukan oleh perusahaan yang tidak mendukung penuh isu-isu lingkungan, malah sebaliknya berbagai masalah lingkungan disebabkan oleh perusahaan tersebut.

Kampanye Digital tentang manipulasi greenwashing 

Apabila diselidiki lebih lanjut, greenwashing bukanlah dosa perusahaan saja. Greenwashing dapat terjadi akibat kesalahan keseluruhan sistem, baik dari sisi perusahaan sebagai produsen, masyarakat sebagai konsumen, pemerintah sebagai regulator, serta kebutuhan pasar.

Adanya agenda terstuktur dari semua pihak menyebabkan praktik greenwashing terlaksana dengan mudah. Kesadaran mengenai bahaya greenwashing dapat dimulai dari generasi Milenial dan Gen Z untuk diangkat menjadi isu lingkungan yang penting.

Kampanye digital perlu dilakukan oleh generasi Milenial dan Gen Z yang mempunyai komitmen dalam pelestarian produk ramah lingkungan. Aktivis lingkungan dari generasi Milinial dan Gen Z dapat menjadi ujung tombak dalam kampanye digitial ini.

Dengan penggunaan sosial media yang masif di kalangan Milenial dan Gen Z akan menyebarkan kesadaran mengenai dampak dari greenwashing.  Selain itu, kampanye produk ramah lingkungan yang jauh dari greenwashing dapat menjadi topik lain yang diangkat.

Presidensi G-20 Indonesia melalui 1000 Aspirasi Indonesia Muda untuk melaksanakan kampanye digital greenwashing diharapkan mendapatkan dampak positif terhadap keberlanjutan lingkungan.

Mendefinisikan kembali produk ramah lingkungan 

Penyelesaian greenwashing memang bukan perkara mudah. Latar belakang munculnya greenwashing yang disebabkan oleh kewajiban perusahaan untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDG), yakni tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ditentukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Tindakan greenwashing dapat membuat suatu perusahaan terkesan sustainable dalam laporan pertanggungjawabannya terhadap SDG. Penyelenggaraan KTT G-20 di Indonesia dengan tema Recover Together, Recover Stronger diharapakan mampu menjawab produk ramah lingkungan yang jauh dari greenwashing.

Pertemuan dari berbagai tokoh-tokoh dunia tersebut dapat mendukung upaya kampanye digital mengenai produk ramah lingkungan yang benar-benar peduli dengan lingkungan. Pun bagi perusahan yang memang telah melakukan greenwashing dapat diberikan sanksi karena telah melakukan penyelewengan.

Berbagai upaya hukum penting untuk ditegakkan bagi keberlangsung lingkungan yang aman. Sebagai generasi Milenial dan Gen Z pentingnya untuk tidak tertipu dengan klaim produk ramah lingkungan dari perusahan, cermati terlebih dahulu dan mulailah menggunakan produk ramah lingkungan dari diri sendiri.

Dina Stevany Photo Verified Writer Dina Stevany

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ananda Zaura
  • Cynthia Kirana Dewi

Berita Terkini Lainnya