[OPINI] Jurang Sosial Media dalam Konten Politik di Indonesia

Peran dan fungsi digital dalam berpolitik di masyarakat

Pagi ini, kegiatan di era tahun 2018 tidak terlepas dari namanya, bangun tidur ku terus buka HP tanpa lupa swipe instastories. Berbeda dengan lagu anak kecil pada era 2000-an awal, semua orang di era sekarang ini tentu harus melek dengan segudang peluang yang ada pada Social Media, mengingat di balik kelebihan selalu diikuti sebuah kekurangan yang menjadi hukum alam.

Sebuah fenomena yang menjadi hal yang menggelitik pada saat ini adalah di tengah banyaknya para penggiat muda dalam bidang kreatif dan teknologi yang melakukan proses yang masif guna menyelesaikan permasalahan di masyarakat, namun di ranah politik yang memegang kebijakan khususnya di ranah politik praktis sebagai pilar atau awal mulanya orang yang akan memegang posisi untuk memberikan suatu kebijakan guna menentukan kemajuan atau kemunduran suatu bangsa kemudian pada saat ini sedang sibuk mencari 'masalah' mereka sendiri di dunia maya. 

Adanya teknologi sosial media, mereka tidak henti-hentinya baik kubu oposisi maupun petahana selalu ingin menghadirkan hal kontraversial yang terkadang tidak perlu adanya, hal yang terdekat itu mulai dari hoax yang memiliki efek 'supernova', hingga kegiatan salah paham pembakaran suatu benda tertentu yang mengisyaratkan suatu kelompok agama dan penganutnya menjadi sumber panen ladang emosi yang tiada hentinya, yang mana setiap hal tersebut dikaitkan dan dikembalikan kepada hal yang sangat berbeda jauh yaitu kepentingan politik. 

Di mana perlu diingat dengan adanya dan penggunaan sosial media, suatu berita buruk yang disebarkan tentu akan mengganggu ekosistem informasi yang diterima masyarakat secara luas, mengingat sekarang pemegang atau pengguna sosial media tidak bisa ditentukan dan dibatasi secara pasti usia yang seharusnya melihat. Meski adanya sistem pembatasan konten dengan unsur tertentu melalui usia batas 18 ke atas, tapi paham politik serta proses kampanye yang sedang berjalan ini sebenarnya juga melakukan perusakan moral 'dini' maupun konsep berpikir dimana semestinya orang di usia belia bisa fokus terhadap jenjang prestasi dari akademik maupun non-akademik mereka, lalu harus di usia belia mereka menyatakan mendukung salah satu pasangan capres maupun cawapres bahkan mengetahui utang negara dan hal lain yang tentunya sebuah kritikan juga bagi petahana bagaimana mengelola informasi yang semestinya dan menyampaikan sebaiknya.

Sikap yang perlu digaris bawahi pada saat ini adalah, kegiatan menyeleksi konten sudah lagi tidak bisa efektif, mengingat adanya peninggalan jejak digital yang berdampak timbulnya refrensi konten tertentu di beberapa sosial media. Salah satu contohnya, melihat konten pencarian di instagram, kadang kita yang mungkin tidak tertarik pada suatu bahasan tertentu, misal dalam hal ini politik bisa mengetahui konten tersebut dengan hanya tersambung akibat dari salah satu relasi atau user lain baik yang kita follow, tertarik, dan sempat kunjungi beberapa kali melakukan kegiatan like, comment atau sekedar melihat, bisa masuk dalam kolom pencarian kita di instagram. 

Namun, penulis sangat fokus kepada bagaimana melihat fenomena mudahnya informasi hoax mudah tersebar dan menyulut emosi para pengguna internet (netizen) di indonesia ini yang belum bisa mengatur emosinya dalam menggunakan kolom komentar dan melihatkan ilmu yang mereka bawa, atau terkadang kita sebutnya para kaum 'asal bunyi' dan 'sumbu pendek'. Hal ini tentunya tidak bisa dianggap sepele, mengingat apa yang terjadi dilingkungan sekitar tentu akan mempengaruhi pembentukan karakter yang ada pada diri seseorang, dan merupakan hukum alam.

Jadi jangan salahkan nanti jika kita membiarkan budaya buruk ini yang mungkin pada saat ini masih sebatas di dunia maya, bisa merambah ke sistem bagaimana generasi selanjutnya maupun orang-orang didekat kita akan menjadi memiliki pola pemikiran yang terbentuk oleh kebiasan-kebiasan buruk tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis ingin menyampaikan hal-hal singkat yang perlu atau mulai digalakkan kepada pengguna media sosial serta internet pada umumnya untuk mengingat, beberapa hal yang perlu ditanamkan dalam benak pikiran pembaca guna menciptakan berkegiatan sosial media 'ceria', yaitu :

A. Perbedaan adalah hal wajar

ialah dimana kita temui beberapa orang atau golongan tertentu sebagai pengguna internet di Indonesia akan merasa geram jika ada kubu yang berbeda pendapat dengan mereka, kemudian dengan sadar maupun sudah direncanakan, menciptakan kegiatan membenci atau menjauhi kelompok tertentu. 

Di mana hal tersebut sebenarnya bukanlah hal yang perlu diteruskan di era jaman sekarang ini, bahkan dari jaman dulu pun perbedaan itulah yang membuat sekelompok orang menjadi bersatu, contoh : Indonesia dalam penyusunan dasar negara (pancasila), Amerika sebagai negara federal yang mengayomi banyak negara bagian, dan umumnya adalah suatu perusahaan tidak akan mungkin berkembang pesat atau bahkan berjalan jika semua pegawainya hanya memiliki ilmu akutansi tanpa terbuka untuk ilmu lainnya, bahkan suatu perusahaan auditor pun tetap membutuhkan dukungan bidang umum lainnya.

B. Pembodohan konten terjadi jika Pembaca mengijinkan dirinya untuk dibodohi

mengkutip serta melakukan perubahan sedikit terhadap ungkapan bijaksana tokoh Mahatma Gandhi, "nobody can hurt me without my permission", tentu hal ini merupakan pendalaman dari sebuah makna, bahwa tiada manusia yang memiliki kelebihan tentu juga memiliki kekurangan, namun dalam hal ini perlu diingat Tuhan telah memberikan mukjizat yang luar biasa pada setiap insan manusia yaitu pikiran yang dimiliki pada setiap individu, hal ini perlu diingat kadang kita merasa tertipu pada suatu berita palsu, atau berita provokasi tertentu, tidak lain juga akibat dari kesalahan kita kembali bahwa kita perlu banyak melakukan koreksi dari setiap informasi (tabayyun) ini apakah berbeda dengan perasaan hati nurani kita, dimana tentu jika pembaca coba dalami sendiri, terkadang ada hal yang menggelitik jika kita menemui sebuah informasi yang mengandung pertentangan dengan nalar manusia kita. 

Contohnya jika kita membaca suatu informasi bahwa seseorang dituduh pada suatu hal yang belum tentu kebenarannya namun ada konsesi atau tindakan yang sebenarnya bukan pada ranahnya tapi kita merasa diajak untuk melakukan kesalahan tersebut, dimana tentu bukan hak kita, dalam hal ini penulis berikan contoh yang mungkin ekstrem dimana kasus informasi Ratna Sarumpaet merupakan hal yang sedari awal pun menggelitik jika kita tahu bahwa itu benar adanya peristiwa itu, tentu ada pihak penegak hukum yang akan terjun dengan jika itu memang benar merupakan pelanggaran kepada hak individu dalam bernegara, serta yang ramai juga apakah menentukan suatu DNA serta keturunan dari suatu kelompok ekstrimis adalah suatu hak dari kelompok golongan agama tertentu, dalam hal ini Jokowi vs DNA PKI, tentu hal tersebut coba pembaca rasakan dengan hati, karena kunci hidup manusiawi dalam memperlakukan manusia lain secara manusiawi juga ada pada Pikiran dan Hati.

C. Pilihlah konten, sebelum konten menentukan pilihanmu

Merupakan statement saya yang melakukan penyerapan makna juga dalam hal ini sebelum kita menentukan konten atau informasi apa yang ingin kita baca pada suatu waktu, lihatlah dampaknya secara jangka pandang dengan cakrawala yang luas. maksud dari hal itu adalah bahwa terkadang kita hanya ingin membaca sesuatu karena itu sedang viral, padahal cukup membaca pada satu atau dua kalimat pertama kita tahu isi kemana berita tersebut akan mengarah, dan sebelum kita meneruskan membaca, diharapkan pembaca lebih dalam ingatlah pada posisi anda apakah anda ingin termakan oleh trend tersebut atau tidak. 

Karena setiap individu pasti punya kepentigannya masing-masing kembalilah kepada tujuan apa yang anda ingin lakukan dan pentingnya konten tersebut bila anda baca. mengingat kembali pada peristiwa pecahnya suatu bangsa terhadap perang saudara (sebangsa) telah dibuktikan di beberapa negara asia tengah (yang masih sedang berlangsung) bahwa dimulai dengan adanya adu domba, bahkan perebutan tahta kepemimpinan yang diawali juga adanya dukungan masa atau masyarakat dalam hal ini yang mudah dipermainkan dengan informasi yang sedang 'naik daun'.


Sebagai penutup, penulis ingin menyampaikan, salah satu founder dan merupakan orang yang berpengaruh dalam bidang digital yaitu Bill gates dalam kata-katanya yang terkenal yaitu lahir pada kondisi miskin bukanlah kesalahan anda, tetapi berakhir (mati) dalam kondisi miskin adalah hal yang sia-sia telah anda lakukan. Maksud inti penulisa yang ingin sampaikan bukanlah berlomba-lomba untuk menjadi orang kapitalis dan memiliki rumah dengan pilar serta lantai yang bertingkat-tingkat, tetapi 'kaya' dalam hal ini sangatlah luas maknanya, berbuat kebaikan pun dengan berbagai hal juga dapat dikatakan sebagai orang yang telah memiliki kekayaan hati yang luar biasa, namun juga di ingat 'miskin' dalam hal ini ketika kita melakukan kesalahan pilihan hidup dan harus berakhir dikondisi yang tidak seharusnya dan tidak selayaknya kita terima. 

Negara Indonesia telah menginjak usia ke-73 tahunnya, apakah sebagai bangsa indonesia dalam hal ini kita akan dibutakan atau dipermainkan oleh kegiatan kampanye sesaat yang memiliki dampak buruk hanya demi suatu kelompok atau golongan kepentingan tertentu demi kekuasannya, sehingga menghalalkan berbagai cara dengan dampak mungkin mengadu domba bahkan harus menimbulkan konflik antar sebangsa untuk jadi rencana mereka. 

Penulis, serta anda tentunya tidak bisa diam saja dengan konten negatif yang bersebaran di media sosial, namun juga perlu adanya suatu tindakan preventif yang dilakukan secara bergerak bersama agar dampak positif berkegiatan sosial media 'ceria' dapat terwujud secara luas. diakhir, penulis berharap kepada pembaca untuk berani melakukan tindakan RAC Hoax, yaitu report account and content yang memiliki potensi untuk menyebarkan informasi palsu dan provokatif (hate speech, etc.). Salam #HantamHoax.

Baca Juga: [OPINI] Millenials: Haruskah memilih Menjadi Spesialis atau Generalis?

Firman Will Photo Writer Firman Will

A Simple Writer. also Marketing, Start-up, and Law enthusiast.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya