Setahun Pandemik di Tiga Perusahaan

#SatuTahunPandemik COVID-19

Bersyukur. Satu hal yang paling aku pelajari selama setahun pandemik virus corona menerpa Indonesia, atau sejak diumumkan kasus pertama COVID-19 oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada 2 Maret 2020.

Ya, pandemik memang benar-benar telah mengubah segala aspek kehidupan semua orang. Tentu saja, kehidupan yang selama ini aku jalani tidak menjadi pengecualian.

Sama seperti perusahaan-perusahaan lain, tempatku bekerja di Jakarta saat itu mulai meramu cara untuk "mengamankan" karyawannya. Hingga akhirnya opsi work from home (WFH) yang dianjurkan pemerintah pun diambil. Pola kerja WFH memang terbilang sangat baru. Kesulitan beradaptasi di awal pasti dialami semua pihak, apalagi bagi aku dan teman-teman di industri media massa.

Bagi reporter yang biasa di lapangan, menemukan cara peliputan jarak jauh bukan hal mudah di masa awal pandemik. Apalagi banyak institusi juga belum terbiasa dengan serba virtual. Sementara, bagi aku dan teman-teman di dalam kantor, kesulitan yang paling dirasakan di awal ialah koordinasi virtual. Maklum, selama ini koordinasi dilakukan secara langsung.

Keadaan memang memaksa semua beradaptasi. Aku dan teman-teman pun hanya bersua via zoom atau sekadar chat WhatsApp.

Akan tetapi, tiga bulan pandemik berjalan, tiba-tiba aku harus terpaksa keluar dari zona nyaman yang selama tiga tahun ditempati. Bukan perkara mudah berpisah dengan orang-orang yang telah dekat. Namun apa daya, garis jalan Yang Maha Kuasa memang begitu. Pulang ke kampung halaman di Yogyakarta akhirnya menjadi pilihan.

Ternyata, memang benar, Tuhan memang selalu menyiapkan rencana baik di balik sebuah peristiwa. Dengan keluar dari zona nyaman itu, aku bersyukur, dapat bertemu dan mendekatkan diri lagi dengan keluarga. Aku akui selama beberapa tahun terakhir kedekatan dengan keluarga berada di nomor sekian. Meski ada teknologi, tak setiap hari berinteraksi dengan keluarga.

Bahkan, untuk pulang ke rumah dalam setahun bisa dihitung jari, dalam satu tangan tentunya. Selain itu, waktu di rumah pun sangat-sangat terbatas.

Namun kepulangan saat pandemik ternyata bukan hanya kembali dekat dengan keluarga. Selama enam bulan di rumah, aku bersyukur dapat belajar hal-hal baru. Aku belajar mengenal bisnis yang selama ini dijalankan keluarga. Aku juga belajar manajemen keuangan.

Di sisi lain, dengan pengetahuan yang dimiliki, aku bersyukur bisa membantu keluarga mengembangkan bisnis secara online. Pemasaran barang dagangan di toko keluarga, sedikit demi sedikit dilebarkan ke market place. Ada momentum bisnis online ini ramai. Tapi, perlu diakui di setiap bisnis selalu ada masa surutnya.

Sementara itu, dalam urusan pekerjaan yang selama ini ditekuni, aku bersyukur tak perlu menunggu lama. Walau dengan status kontrak profesional. Yang menarik dalam pekerjaan di perusahaan baru ini, aku melakukan semuanya secara online. Wawancara pekerjaan, teken kontrak pekerjaan hingga kerja dilakukan secara jarak jauh.

Bahkan, aku juga belum pernah memijakkan kaki di kantor perusahaan tersebut selama enam bulan bekerja. Semua ini terjadi karena pandemik COVID-19 belum berakhir. Enam bulan berlalu, bermukim dan bekerja dari rumah. Aku pun memutuskan kembali ke Jakarta untuk merantau. Aku kembali bersyukur, terpilih menjadi bagian dari IDN Times.

Tepat pada tanggal 11 Januari 2021, aku resmi menjadi Timmy IDN Times. Aku bersyukur bisa dan akan ada banyak hal yang dipelajari dari perusahan ketiga dalam setahun masa pandemik COVID-19 ini.

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya