Tahun 2020 Itu Berat, tapi Harus Dilewati

#SatuTahunPandemik COVID-19

Gak terasa, pandemik sudah setahun saja. Kalau ingat waktu pertama kali COVID-19 terdeteksi di Indonesia dulu, semua orang ketakutan. Jakarta yang padat mendadak sepi. Sekolah dan kantor harus dilaksanakan dari rumah. Orang-orang pun berdiam diri di rumah, takut penyakit itu menghampirinya dan keluarga.

Aku masih ingat perasaan berdebar dan khawatir saat memantau jumlah orang yang dinyatakan positif setiap harinya. Setiap hari, perasaan gelisah itu ada. Bahkan aku juga mencari berbagai informasi dan prediksi tentang kapan virus ini akan berakhir.

Aku masih ingat. Jerome Polin dengan rumus matematikanya, memprediksi paling cepat bulan Juli 2020. Lalu, astrologer ternama memprediksi bulan September 2020. Oh, Presiden Jokowi pun yakin bahwa virus ini akan berakhir akhir tahun 2020. Nyatanya? Sudah 2021, virus masih ada bahkan berkembang lebih pesat.

Oleh karena itu, sekarang aku berhenti memprediksi dan mencoba hidup dalam ketidakpastian ini. Sepertinya itu pun yang dilakukan semua orang saat ini. Makanya, jumlah angka positif yang terus meningkat tidak lagi menakutkan. Beberapa orang kenalanku pun ada yang terpapar, namun aku tidak merasa terlalu khawatir.

Bahkan orangtuaku pun sempat terpapar. Gejalanya tidak parah, sehingga mereka bisa isolasi mandiri di rumah. Aku dan saudaraku pun tetap berada di rumah juga, tinggal dengan orangtua yang positif. Namun untungnya, kita tetap negatif hingga saat ini.

Di tengah ketidakkhawatiranku ini, aku pun merasa cukup waswas dan bingung dengan diriku sendiri. Mengapa aku tidak lagi setakut dahulu? Mengapa aku tidak lagi sekhawatir dahulu? Apakah aku terkesan menyepelekan COVID-19 sekarang? Semua pertanyaan ini muncul, karena jujur, walau aku selalu mematuhi protokol kesehatan, aku tetap sering berpergian.

Lalu ketika berpikir lebih dalam lagi, aku sadar bahwa aku bukannya tidak lagi khawatir dan takut. Aku hanya tidak mau membiarkan rasa itu mengendalikanku. Bayangkan, apabila hingga saat ini masih takut, aku akan melewatkan banyak sekali kesempatan.

Kembali ke tahun 2020, aku ingat saat itu ada kutipan bagus yakni ‘2020 bukanlah tahun kita untuk mendapatkan semuanya, namun menghargai semuanya’. Kutipan tersebut amat sangat ngena untukku.

Mungkin, karena aku seseorang yang ambisius dan aktif, aku selalu menginginkan lebih untuk hidupku. Apalagi di tahun sebelumnya, yakni tahun 2019, aku telah memupuk banyak sekali perjuangan. Aku kira tahun 2020 adalah waktuku memetik buah dari perjuangan itu. Ternyata, aku malah dituntun untuk beristirahat dan melihat sejauh mana aku telah berjuang.

Jadi sejauh manakah aku telah berjuang?

Hmm, aku yang dahulu kurang dekat dengan keluargaku, terpaksa menghabiskan waktu hampir setiap hari dengan mereka. Aku kira hal ini akan menyulitkan, tapi ternyata tidak. Kini aku lebih dekat dengan keluargaku, dan bisa menceritakan apa pun kepada mereka.

Dalam percintaan, aku berada dalam hubungan tanpa status dengan seseorang selama bertahun-tahun. Dahulu aku merasa tidak bisa ‘berpisah’ darinya. Tapi ternyata pandemik memaksaku berpisah dengannya. Walau awalnya tak nyaman, ternyata aku mampu.

Dalam pekerjaan, aku yang semula cukup sibuk, bisa pergi ke banyak tempat yang berbeda dalam sehari, akhirnya terpaksa memantau semua dari rumah. Ketika tidak harus berpergian ini, aku jadi bisa memenuhi target-target OKR, yang mana sebelumnya terasa cukup berat untukku.

Dari sini, ternyata tahun 2020 malah menjadi tahun yang dipenuhi berkat terselubung bagiku. Aku pun yakin, orang-orang juga merasakannya.

Akhir kata, banyak orang merasa tahun 2020 berat, aku pun begitu. Meskipun begitu, tahun tersebut memang harus dilewati. Setelah satu tahun, pandemik pun masih belum mereda. Entah sampai kapan kita harus begini, tapi kehidupan harus tetap berjalan.

Aku tidak tahu apalagi tantangan yang akan datang kepadaku nantinya. Tapi aku telah melewati berbagai transformasi tak nyaman di tahun 2020. Jadi, apa pun yang datang kepadaku nanti, aku yakin aku mampu melewatinya juga!

#SatuTahunPandemik adalah refleksi dari personel IDN Times soal satu tahun virus corona menghantam kehidupan di Indonesia. Baca semua opini mereka di sini.

Baca Juga: Pandemik, Kecemasan, dan Pelajaran Hidup Paling Berharga

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya