Aktivis Buruh Ini Diminta Rizieq Shihab Pidato di Markas FPI

Padahal nonmuslim

Jakarta, IDN Times - Bagi Iyut (34 tahun), yang punya nama lengkap Mangihut Hasudungan, bicara di depan ratusan demonstran, terutama para buruh, adalah hal yang biasa. Sepuluh tahun terakhir dia menjadi aktivis buruh. Di bio akun Twitter-nya, @kafiradikalis, Iyut menuliskan, “Akun pembela buruh yg sudah 3x KO suspend di era Pinokio namun tak akan pernah lelah mendukung Jokowi presiden seumur hidup agar Pancasila semakin sakti! (‘’,)”.

Akun ini memiliki 51 ribu pengikut, termasuk akun atas nama Tjahjo Kumolo, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menjabat sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Saya sudah mengecek ke Tjahjo, yang membenarkan bahwa itu akun Twitter-nya.

Tapi, diminta berbicara di depan ratusan hadirin di Markas Front Pembela Islam (FPI), di kawasan Petamburan, Jakarta, tak pernah terlintas dalam benak Iyut. Pengalaman langka itu terjadi pada Rabu malam (11/11/2020), ketika Iyut diminta Rizieq Shihab, yang dianggap sebagai imam besar FPI, untuk berbicara. “Bayangkan, saya bukan Islam, di nama akun kafir radikalis, diminta maju ke depan dan berbicara. Kaget saya. Gak menyangka,” tutur Iyut, ketika saya kontak lewat telepon, Kamis (12/11/2020).

Baca Juga: 5 Fakta di Balik Kepulangan Rizieq Shihab dari Arab Saudi

Bagi Iyut, ini kunjungan kedua ke markas FPI. Kali pertama adalah tahun 2010, tepatnya Senin, 9 Agustus 2010. Saat itu Iyut yang menyebut dirinya adalah pendukung mantan Presiden Gus Dur, atau Abdurahman Wahid, sering membahas isu toleransi di akun Twitter-nya. Dia juga kerap membahas soal agama, mulai dari Islam, Kristen sampai Yahudi.

Ketika itu, warga Twitter ramai membahas kasus-kasus sweeping warung dan tempat hiburan malam yang dilakukan FPI, saat bulan Ramadan. Seorang pengguna Twitter, Fahira Idris, lantas menginisiasi untuk mengumpulkan saran, kritik, dari warga Twitter untuk disampaikan ke Pemimpin FPI, Rizieq Shihab. Terkumpul 500-an email, Fahira didampingi sejumlah pengguna Twitter hendak beranjangsana ke markas FPI.

Saat itu saya bekerja di ANTV, sebagai pemimpin redaksi, dan aktif di-Twitter. Saya mengontak Fahira, untuk mengetahui jadwal dia bertemu Rizieq Shihab, karena saya akan mengirim tim peliput. Kebetulan saya kenal baik dengan Fahira yang saat itu, dapat julukan pengguna Twitter terinspiratif. Entah siapa yang memberikan julukan itu, saya lupa. Ayah Fahira, Fahmi Idris, adalah pengusaha yang pernah menjabat menteri perindustrian di era pemerintahan SBY-JK 2004-2009.

Ternyata Fahira mengaku belum membuat janji dengan Rizieq Shihab. Dia tidak punya kontaknya. Padahal, dia sudah kadung janji di Twitter untuk menyerahkan titipan aspirasi warga Twitter, yang intinya meminta agar FPI tidak menggunakan kekerasan saat memaksa menutup tempat makan di bulan Ramadan.

Saya kenal dan punya kontak Rizieq Shihab. Sejak menjadi pemimpin redaksi Majalah Panji Masyarakat, saya banyak berinteraksi dengan tokoh organisasi massa Islam. Jadi, pada hari Minggu (8/8/2010) saya mengontak Rizieq Shihab, memberi tahu bahwa keesokan hari, Senin, pukul 14.00 WIB, Fahira dan warga Twitter akan ke Petamburan. Saya meminta waktu dia agar mau menerima rombongan Twitter ini. Singkat kata, Rizieq membuka pintu, dan pertemuan itu terjadi.

Iyut, hadir dalam pertemuan itu. Saya belum kenal. “Saya kan sering mengkritisi sikap FPI, jadi saya penasaran ingin lihat dengan mata kepala saya sendiri, bagaimana sih FPI? Bagaimana sosok Pak Habib,” ujar Iyut.

Dia menjadi saksi, selama hampir satu jam saya tanya-jawab dengan Rizieq Shihab dan Munarman. Soalnya, Fahira Idris, yang harusnya berdialog dengan Rizieq mendadak pingsan. Padahal puluhan jurnalis termasuk semua stasiun TV hadir untuk meliput “tabayyun” itu. Jadilah saya, satu-satunya pemimpin redaksi yang ada di lokasi yang berdialog dengan FPI.

Saat itu jajaran pimpinan FPI hadir lengkap, termasuk, ini yang bikin saya kaget, kehadiran Joserizal Jurnalis, dokter aktivis, pendiri organisasi kemanusiaan Mer-C, yang banyak melakukan aktivitas kemanusiaan di wilayah konflik dan peperangan. Dokter Joserizal ternyata bergabung dengan FPI, sebagai salah satu pimpinan.

Kisah ini menjadi bagian dari “pidato” Iyut, saat diminta berbicara, di acara yang digelar sehari setelah Rizieq Shihab kembali dari Arab Saudi, setelah bermukim di sana sejak April 2017.

Akun Twitter saya ramai mendapatkan mention, atau sebutan dari sejumlah orang yang memonitor klip video cuplikan pidato Iyut yang beredar viral di media sosial. Seorang anak muda nonmuslim, diberi waktu pidato di markas FPI, disimak secara serius oleh Rizieq Shihab, dianggap peristiwa yang “wow”.

Jadi, saya ingin tahu bagaimana suasana pertemuan yang dimulai sesudah salat Maghrib itu, dan dihadiri oleh sejumlah tokoh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), termasuk Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Ketua Majelis Syura PKS Habib Salim Segaf Aljufrie dan mantan gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Aktivis Buruh Ini Diminta Rizieq Shihab Pidato di Markas FPIPemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.)

Iyut mengaku diajak ke markas FPI oleh kenalannya. Dia sempat beberapa kali bertemu dengan massa demonstran kelompok 212 saat melakukan aksi mengkritisi kebijakan pemerintah. “Teman saya fans berat Habib Rizieq, mengajak saya menjemput kepulangannya di bandara. Tapi hari Rabu itu saya masih demo buruh di Patung Kuda,” kata Iyut.

Kamis, sesudah Maghrib, Iyut dan dua kenalannya meluncur ke Petamburan. Keramaian sudah terjadi sejak di muka gang masuk ke markas FPI di Petamburan III, yang juga kediaman Rizieq Shihab. Mobil parkir mulai dari dekat Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia di Petamburan IV.

“Jalan padat dengan warga FPI, tapi kemudian kami diantarkan oleh tetangga Pak Habib, yang tinggal berjarak tiga rumah dari situ, seorang beragama Kristen. Dia punya anjing. Karena diantar tetangga dekat, yang juga kakak kelas Rizieq Shihab, kami jadi gampang masuk ke lokasi acara,” kata Iyut. Dia mengaku disambut ramah. Sebelum masuk ke ruangan acara, ada yang memeriksa suhu tubuh dan menyodorkan hand sanitizer ke semua pengunjung.

“Ruangan pertemuan sudah penuh, tapi yang di dalam mungkin 100-an. Ukurannya lebih besar, 2-3 kali dibandingkan saat Bu Uni ke sana 10 tahun lalu,” ujar Iyut. Ruangan dilapisi karpet warna merah. Para tamu dijamu kue bolu. Disediakan minuman teh, kopi dan wedang susu jahe,” kata Iyut.

Merasa tidak nyaman masuk ke ruangan yang suasananya seperti masjid, awalnya Iyut memilih duduk di luar, duduk lesehan. Dia kemudian mencolek seorang petugas FPI, memberitahu bahwa dia nonmuslim, aktivis buruh. Kedua temannya muslim. Dia datang ke sana ingin melihat dan bertemu Rizieq Shihab yang baru kembali ke tanah air. Iyut juga mengaku ingin membahas soal Undang-Undang Cipta Kerja alias Omnibus Law yang ditolak para buruh dan mahasiswa.

“Saya colek petugas itu karena sejak awal kedatangan sibuk merekam video termasuk ke saya,” kata Iyut. Maklum, penampilan Iyut dengan celana jins biru, jaket biru, syal dan topi memang beda dengan mayoritas hadirin yang menggunakan baju warna putih.

Eh, tak disangka, lima menit kemudian Iyut diminta maju ke depan dan diminta pidato. Ada empat orang yang diminta pidato malam itu, termasuk pimpinan PKS. Iyut dapat giliran pertama. “Saya gugup banget, gak siap, ” kenang Iyut. Meskipun berharap ketemu dan sampaikan beberapa hal, Iyut tidak menyangka justru diminta berbagi pendapat di hadapan jemaah FPI.

Dalam pidato 10 menit yang sempat disela adzan Isya itu, Iyut menyampaikan pengalaman dia berkunjung ke FPI 10 tahun lalu, menyaksikan tanya-jawab antara saya dengan Rizieq Shihab dan Munarman. Juga rasa penasaran ketika mengetahui bahwa dokter Joserizal Jurnalis ternyata bergabung dengan FPI. Menurut Iyut, Joserizal pernah menjadi dokter pendamping seorang pekerja yang harus diamputasi karena kecelakaan kerja. Sebagai tanda terima kasih, istri pekerja tersebut menamai putranya dengan nama yang sama, Joserizal.

Rabu malam lalu, kepada Rizieq Shihab, Iyut mengaku pertemuan 10 tahun lalu membuatnya lebih mengenal FPI, hal yang tidak dia dapatkan dari pemberitaan di media sebelumnya. Dia juga mengaku sebagai pionir Islamofobia di Twitter, sering mengkritik Islam. Dia meminta FPI memperjuangkan agar UU Cipta Kerja dicabut.

“Ketika saya bilang bahwa penyambutan Pak Habib di bandara adalah aksi massa yang luar biasa selama NKRI, semuanya tepuk tangan dan bertakbir. Saya sampai merinding,” kata Iyut.

Dibandingkan dengan peristiwa 10 tahun lalu, Iyut merasakan acara Rabu malam diliputi suasana sejuk dan ramah. “Nuansa 123 bulan lalu ketika pertama kali saya ke sana dibandingkan dengan yang Rabu malam, berbeda drastis. Nyaris tidak ada wajah curiga, padahal pakaian kami sangat kontras,” kata Iyut.

Ingatan saya melayang kembali ke suasana ketika dialog kami lakukan dengan suara meninggi, dan setiap kali Rizieq Shihab dan Munarman mengkritisi media disambut pekik takbir yang menggelegar dari seratusan anggota FPI yang hadir.

Baca Juga: Rizieq: Kalau Gak Ada Kewajiban Dakwah, Saya Gak Mau Tinggalkan Makkah

Aktivis Buruh Ini Diminta Rizieq Shihab Pidato di Markas FPIPimpinan FPI Rizieq Shihab (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Kembali ke acara Rabu malam lalu, usai Iyut berbagi suara, sebelum giliran pembicara berikut, Rizieq Shihab menangggapi Iyut. “Saya terkesan sama kharisma Pak Habib. Selama saya bicara, dia menyimak, mengangguk-angguk. Saat berkomentar, dia menyebut nama akun saya, yang diincar UU ITE,” kata Iyut.

Rizieq Shihab menyampaikan bahwa FPI sudah menolak Omnibus Law sejak Januari 2020. Dia juga menceritakan pengalaman saat uji materi peraturan presiden soal minuman keras, di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Kata Habib, permohonan dikabulkan MA, tapi tidak dieksekusi. Pemerintah malah buat aturan baru,” ujar Iyut.
Mahkamah Agung (MA) mengabulkan gugatan uji materi atas Keputusan Presiden (Keppres) 3/1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol. Uji materi ini diminta oleh Front Pembela Islam (FPI) pada Oktober 2012.

Soal UU Cipta Kerja, Rizieq Shihab mengaku mengikuti perkembangannya secara seksama. FPI sedang mempelajari naskah UU versi yang ditandatangani Presiden Joko “Jokowi” Widodo. “Kita gak boleh bersikap sebelum membaca,” kata Iyut mengutip Rizieq Shihab, yang menganggap proses pengesahan UU tersebut cacat.

Media massa mengutip Rizieq Shihab yang mengatakan, “Kami tidak akan bergerak sebelum betul-betul menguasai materinya. FPI tidak akan mengajukan menolak atau menerima sebelum memahaminya secara komprehensif.”

Lama juga saya tidak berinteraksi dengan Iyut, anak muda yang dibesarkan sebagai penganut Kristen Protestan ini. Dia menghabiskan masa sekolah dasar dan SMP di Bogor, di sekolah Katolik. Lantas pindah ke Bandung.

Sesudah berkenalan di lewat Twitter 10 tahun lalu, dia pernah datang ke kantor di ANTV. Kami wawancarai dia soal kehidupan buruh pabrik. Ketika saya suguhi makan siang, nasi bungkus, dia komentar. “Wah ini mewah sekali Bu. Biasanya saya makan mie ayam. Kelas buruh.”

Iyut mengaku bergabung dengan serikat buruh mandiri.

Soal UU Cipta Kerja, dia menggarisbawahi tiga alasan menolaknya. Pertama, prosedur pembahasan dan pengesahan. Kedua, soal perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PPKWTT) yang tidak ada batasan juga soal pesangon. Ketiga, hilangnya pasal soal karakteristik pesangon di naskah UU tersebut. “Kalau seorang karyawan kontrak tidak kunjung diangkat, karena tidak ada batasan waktu, bagaimana nasibnya? Bagaimana mau dapat pesangon?” ujar Iyut.

Di media sosial, ada yang menganggap sikap FPI yang memberikan tempat bagi seorang nonmuslim seperti Iyut, sebagai bukti bahwa FPI tidak anti kafir alias nonmuslim. Rizieq Shihab pernah sekolah di SMP Kristen Bethel Petamburan, dan tamat dari sekolah itu tahun 1979.

Jadi, gerak langkahnya selama ini, menurut saya, sebaiknya dibaca sebagai sebuah sikap politik. Termasuk dukungan FPI dalam pemilu, baik itu pilpres maupun pilkada.

Begitu juga peristiwa Rabu malam, yang dihadiri Iyut, adalah sebuah silaturahim sarat nuansa politik. PKS adalah partai yang tidak bergabung dengan kabinet pemerintahan Jokowi-Maruf Amien. Mau disebut oposisi juga gak sepenuhnya tepat, karena di sejumlah pemilihan kepala daerah terjadi koalisi antara parpol-parpol yang ada wakilnya di pemerintahan maupun tidak, termasuk PKS. Politik yang cair.

Dalam konteks UU Cipta Kerja, PKS dan Partai Demokrat menyatakan penolakan. Tapi saat pengesahan UU KPK dan meminggirkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dari prioritas legislasi nasional 2020, parpol-parpol ini kompak sikapnya.

Menurut saya, lansekap politik Indonesia tidak akan berubah signifikan dengan kepulangan Rizieq Shihab ke tanah air. Bakal makin riuh iya, karena adanya pertemuan-pertemuan tatap muka dalam safarinya, yang ini mengkhawatirkan di tengah suasana pandemik. Termasuk pertemuan yang dihadiri Iyut.

Baca Juga: Ada Rizieq Shihab, FPI dan PKS Bahas UU Cipta Kerja

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya