Chairul Tanjung dan Erick Thohir Bicara Soal New Normal

Catatan Uni Lubis

Jakarta, IDN Times – “Target kami di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai, sesuai target yang kami berikan yaitu kurvanya sudah harus turun dan masuk pada posisi sedang di bulan Juni, di bulan Juli harus masuk posisi ringan, dengan cara apa pun,” kata Presiden Joko “Jokowi” Widodo saat rapat terbatas evaluasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang disiarkan secara daring, Selasa, 12 Mei 2020.

Pada hari itu, juru bicara pemerintah urusan COVID-19, Achmad Yurianto mengumumkan jumlah positif terinfeksi 14.749 atau naik 484 kasus dibandingkan hari sebelumnya. Kematian mencapai 1.007 orang, naik 16 orang dibandingjan sehari sebelumnya, sedangkan yang sembuh 3.063 orang.

Sehari kemudian, 13 Mei 2020, angka positif menjadi 15.458 orang, naik 689 orang dibanding hari sebelumnya. Pasien meninggal dunia ada 1.028, bertambah 21 orang dari sebelumnya. Sembuh menjadi 3.287, meningkat 224 orang.

Sebelumnya, pada 7 Mei 2020, Jokowi mencuit lewat akun Twitter-nya, “Sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan.”

Berdamai dengan virus? Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, mengatakan Jokowi menyiratkan agar masyarakat bersabar dan tidak menyerah menghadapi pandemik COVID-19.

Melihat pernyataan-pertanyaan yang membawa pesan ketidakpastian, tidak mengherankan jika masyarakat akhirnya sudah berpikir dengan perspektif “new normal” atau “normal yang baru”.

Baca Juga: Tiga Dubes Kita Bicara Soal New Normal di Pandemik Virus Corona 

1. Pengusaha Chairul Tanjung mengingatkan dampak krisis kesehatan terhadap PHK

Chairul Tanjung dan Erick Thohir Bicara Soal New NormalInstagram/@chairultanjung

Pengusaha dan Chairman Trans Corp Chairul Tanjung menyampaikan versinya soal new normal yang sudah mulai terasa saat ini dan bakal berlangsung setelah pandemik mereda.
Menurut mantan Menteri Koordinator Perekonomian di lima bulan terakhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu, manusia terbiasa berinteraksi dengan banyak pihak. Kini, interaksinya terpaksa dikurangi karena pandemik supaya memutus mata rantai penularan corona. Terjadi perubahan behaviour atau perilaku.

Interaksi menggunakan medium teknologi, banyak melewatkan waktu di rumah, bekerja dari rumah, beribadah dari rumah, ngobrol dengan teman dari rumah. “ Bisnis harus melakukan shifting paradigm untuk mengantisipasi perubahan,” kata CT, saat ngobrol dengan pemimpin media, Kamis (14/5/2020).

Kalau semangatnya antisipasi, berubah paradigma, maka banyak yang bisa dilakukan untuk tetap relevan. “Yang biasa bikin konferensi, sekarang kan gak mungkin mau undang 500-1.000. Pakai teknologi, banyak tersedia, mau Zoom, Google Hangouts, banyak pilihan. Ini new normal. Aktivitasnya ada, tapi cara aktivitasnya berubah,” kata CT yang memiliki bisnis media, bank, gaya hidup sampai tempat hiburan dan ritel modern.

Di bisnis barang kebutuhan rumah tangga, termasuk makanan, kian banyak yang pesan untuk diantar ke rumah (home delivery). Yang masih belanja ke ritel modern pun sudah pakai protokol kesehatan: suhu badan diukur, antrian diatur berjarak aman, pembatasan jumlah pelanggan yang boleh masuk ke area belanja, dan tentu saja penyediaan cairan desinfektan cuci tangan dan sabun serta keran darurat yang mengalir airnya.

Perusahaan juga melakukan efisiensi biaya, karena penerimaan turun. Efisiensinya di segala bidang. Termasuk di sumberdaya manusia. Arahnya akan menggunakan otomatisasi, pemanfaatan teknologi makin besar termasuk machine learning.

"Soal SDM misalnya, sesudah pandemik, new normal-nya, kalau sekarang jumlahnya X, lalu ada efisiensi, pengurangan. Sesudah pandemik, gak bakal kembali ke X lagi. Ini yang harus ditangani. Bagaimana penyerapan tenaga kerja yang di PHK itu,” ujar CT.

PHK dan penambahan jumlah orang miskin juga akan menurunkan konsumsi domestik. “Padahal pertumbuhan ekonomi kita selama ini terutama didorong oleh konsumsi domestic,” papar CT. Dia menekankan pentingnya memutus mata rantai penularan virus termasuk disiplin PSBB dan perbanyak tes PCR.

2. Menteri BUMN Erick Thohir menyiapkan protokol New Normal bagi kegiatan BUMN

Chairul Tanjung dan Erick Thohir Bicara Soal New NormalMenteri Erick Thohir saat live Zoom bersama pimpinan media (Dok. Istimewa)

Ada 142 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga terdampak pandemik virus corona, baik langsung maupun tidak langsung. “Dari 142 cuma 10 persen yang kondisinya masih baik,“ kata Erick, saat berbincang lewat daring dengan pemimpin media massa, Kamis (14/5/2020).

Selama pandemik, BUMN terlibat setidaknya dalam tiga bentuk kegiatan: corporate social responsibility (CSR), penugasan (misalnya membuat rumah sakit darurat di Wisma Atlet), dan aktivitas bisnis korporasi.

“BUMN yang masih punya dana CSR gak banyak. Paling Pertamina, Himbara (himpunan bank milik negara), pertambangan yang memproses emas, farmasi, telekomunikasi. BUMN perkebunan yang kelapa sawit, masih lumayan. Kalau BUMN airport, berat. Kereta Api jumlah penumpang tinggal 16 persen. Freeport? Harga tembaga lagi turun. ASDP pengelola penyeberangan? Susah. Garuda juga,” kata Erick yang juga pengusaha pendiri grup Mahaka, sebelum masuk kabinet Jokowi.

Situasinya berat, terutama berkaitan dengan aliran kas (cash flow). Utang juga jatuh tempo, dan ini mempengaruhi persediaan dana tunai. “Saya terbuka saja, kita sudah bicara dengan komisi VI DPR RI dan Menkeu. Untuk tahun ini, soal dividen, yang tadinya optimistis di atas target 49 (triliun), gak bakal tercapai. Tahun depan kalau tercapai 50 persen? Dividen baru normal tahun 2020,” kata Erick.

Dia mengatakan sudah menyampaikan ke Menkeu, kalau pun ada perusahaan yang sebenarnya bisa memberikan dividen Rp20-30 miliaran, sementara tidak disetorkan untuk menjaga arus tunai.

Pengeluaran untuk modal dan operasional BUMN dipangkas. “Termasuk yang PLN capex Rp100 triliun. Begitu juga Pertamina, capex dan opex kita cut supaya cash flow lebih baik,” ujar Erick.

Hal lain yang dilakukan, restrukturisasi utang. Pembangunan Terminal 4 bandara Sorkarno-Hatta, mundur enam bulan, sehingga pembayaran bisa mundur juga. Inalum menerbitkan surat utang untuk mendapatkan biaya dana yang lebih murah untuk restrukturisasi.

“Untung yang surat utang ke Bank Himbara maupun luar negeri, dapatnya baik. Kita sudah terbitkan bond US$3,6 miliar dolar, dapat bunganya oke,” tutur Erick.

Soal posisi yang diambil pemerintah untuk menerapkan PSBB ketimbang lockdown, menurut Erick adalah pilihan kebijakan. “BUMN harus menyiapkan diri, karena BUMN ini kan bagian dari sendi-sendi kegiatan ekonomi negeri,” kata dia, seraya menyebut kegiatan BUMN transportasi, produksi migas, listrik, sampai pangan.

BUMN sudah menyiapkan draf protokol aktivitas dalam situasi new normal. “Kan staf BUMN yang kegiatannya esensial terkait COVID-19 harus bergerak terus. Kita sudah siapkan protokolnya agar BUMN bisa di depan, jangan telat, termasuk dibandingkan dengan swasta,” kata Erick.

Protokol ini misalnya termasuk pengecekan rutin, tes cepat (rapid test), bahkan jika diperlukan tes PCR bagi karyawan BUMN. Misalnya buat yang banyak kegiatan luar, tes cepat setiap dua pekan. Akan pengeluaran operasional yang meningkat soal kesehatan. Tapi perjalanan dinas dibatasi, rapat banyak gunakan virtual, tidak perlu ada roti konsumsi, tidak perlu rapat di luar kota, dana-dana ini dialihkan ke pengeluaran kesehatan.

Cara pelayanan termasuk yang diatur. “Misalnya, perbankan, bagaimana payment-nya, bagaimana mekanisme ngantri, dan sebagainya. Draf akan saya bahas tanggal 26 Mei, sesudah Lebaran,” ungkap Erick.

3. Korporasi nasional maupun internasional beradaptasi dengan new normal

Chairul Tanjung dan Erick Thohir Bicara Soal New NormalInstruktur tari Morgan Jenkins membuat video di depan sebuah mural bertema COVID-19 di Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada 3 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Mario Anzuoni

Milladine Lubis, direktur pemasaran dan komunikasi Nielsen Research untuk Indonesia dan Asia Tenggara bercerita bahwa kantornya melakukan work from home (WFH) sejak pertengahan Maret 2020, dan ini berlaku di semua kantor kawasan. Bahkan ada negara seperti Vietnam yang lebih dulu melakukan semacam lockdown alias karantina wilayah. Praktis semua kegiatan dilakukan secara virtual, dan Nielsen sudah menyiapkan prosedur operasional standar untuk diberlakukan jika sudah ada relaksasi di masing-masing wilayah.

“Sangat bergantung kepada keputusan pemerintah, dan kesiapan karyawan juga. Apakah karyawan sudah merasa nyaman dan aman untuk masuk kantor lagi. Situasinya tidak akan pernah sama,” kata Mila.

Kiki Zulkarnain, deputi kepala pemrograman dan produksi di stasiun ANTV, mengatakan sejak pertengahan Maret praktis produksi TV menjalani new normal. “Pesbukers kan masih jalan. Untuk program sahur juga. Tapi, semua pengisi acara menerapkan protokol kesehatan termasuk menggunakan face shield,” kata Kiki.

“Jumlah penonton selama pandemik juga meningkat lumayan,” imbuh Kiki.

Data Nielsen menunjukkan, sejak diberlakukannya WFH dan PSBB, kepemirsaan TV naik rata-rata 12 persen dari periode normal. Segmen kelas atas naik lebih tinggi, yaitu 14 persen, dengan durasi menonton TV yang meningkat menjadi 5 jam 46 menit.

Menurut Kiki, meskipun pandemik corona memicu akselerasi digital, termasuk kebiasaan menonton program televisi dari siaran streaming, tetap saja jauh lebih banyak yang menonton televisi dari stasiun free to air. “Berapa banyak sih yang sudah langganan tv berbayar? Juga yang streaming?” kata Kiki.

Menurutnya, televisi harus menyiapkan strategi pascapandemik, termasuk jika harus meneruskan produksi dengan protokol kesehatan. “Kami karyawan juga demikian. Saya masih sering masuk kantor karena kalau di TV kan tidak ada yang sepenuhnya WFH. Siaran harus berjalan nonstop, apalagi di Ramadan ini ada pola acara prime time di dini hari saat sahur juga,” ujar Kiki.

Cahyarina Asri, Senior Vice President Legal di 4 televisi di grup MNC menyoroti disiplin masyarakat dalam menjalankan PSBB. “Harus ada sanksinya, dan ditegakkan. Kalau tidak ada, ya masyarakat merasa tidak harus patuh. Apalagi jika dia harus berkantor selama PSBB,” kata Yarin.

Senada dengan Kiki, bisnis televisi terpengaruh dalam hal produksi program. “Sinetron yang jadi salah satu keunggulan RCTI misalnya tidak bisa produksi. Tapi keinginan orang dapat informasi meningkat,” ujarnya.

Poppy Imlati, pengusaha yang mendirikan Souk.id dan Ways To Fit, juga harus menyesuaikan bisnis dengan situasi pandemik. “Souk.id, yang bergerak di bidang fesyen kaftan, tentu kian gencar lakukan penjualan secara daring. Sementara Ways to Fit, studio fitness kini menyajikan layanan aktivitas virtual secara gratis setiap hati Pukul 10.00 wib lewat Instagram,” kata Poppy. Layanan berbayar dilakukan di sore hari.

Selama pandemik, Poppy juga melakukan kegiatan membantu UMKM keripik di Solo, Souk Ahad Market untuk mempromosikan usaha kecil lain di akun Instagram mereka. “Bisnis itu tujuannya bukan cuma uang, tapi ini saatnya kita give back to the community,” kata Poppy.

Kiki, Mila, Cahyarina dan Poppy saya wawancarai lewat Live IG pekan lalu. Kami bicara soal bagaimana adaptasi new normal di bidang masing-masing.

Sutradara Fajar Nugros dan istrinya, produser Susanti Dewi mengakui pandemik ini adalah masa sulit bagi industri film. Semua kegiatan produksi terhenti. “Jika nanti mulai lagi, maka kita harus sesuaikan dengan protokol kesehatan. Misalnya, jumlah kru yang kian terbatas kah, jumlah hari shooting juga harus disesuaikan,” kata Santi yang kini menjadi Head of IDN Pictures, perusahaan film dalam grup IDN Media.

Fajar Nugros mengatakan sangat mungkin ide kreatif dari film yang sedang dalam proses dibuat atau film baru, akan memasukkan suasana dan tema terkait pandemik COVID-19 di dalamnya. “Film adalah bagian dari bidang kreatif yang perlu selalu relevan dan tidak terlepas dari situasi masyarakatnya,” ujar Fajar. Keduanya saya wawancara lewat Live Instagram pula pada Jumat (15/5/2020).

Meminjam istilah yang disampaikan Chairul Tanjung, semua kegiatan harus memikirkan tidak hanya saat ini, ketika pandemik masih berlangsung. “Buy the future with present value. Di setiap krisis, selalu ada peluang,” kata CT.

Kita harus antisipasi jauh ke depan. Bagaimana kegiatan tahun 2021, bahkan 2022 atau lebih jauh lagi. Karena ini masa menunggu datangnya vaksin. Sesudah vaksin ditemukan, perlu waktu untuk memproduksi secara massal dan menyebarluaskan ke seluruh dunia.

Baca Juga: Kisah Entrepreneur Poppy Imlati Bantu UMKM Hadapi COVID-19

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya